Skip to main content

Saat kita ingin mulai beralih ke gaya hidup makan sehat, maka kita tak akan bisa lepas dari keberadaan dapur: tempat mencipta dan mengkreasi sendiri bahan makanan untuk menu makan kita.

Memasak sendiri menu makanan membuat kita punya kendali atas bahan-bahan yang ingin kita gunakan, rasa yang ingin didapatkan, hingga cara pengolahan yang sehat. Kita bisa memilih pangan yang organik, pastikan tidak ada zat sintetis maupun berbahaya masuk ke dalam makanan kita. Tidak ada bahan yang memicu alergi atau jadi pantangan buat tubuh. Kita juga bisa memastikan kebersihan dan memproses secara higienis. Secara rasa, kita bisa memastikan makanan itu sesuai selera kita. Dari sisi kesehatan, makanan dari bahan berkualitas yang kaya nutrisi, yang dimasak sendiri dengan proses yang tepat, akan lebih mudah dicerna, dan menyuplai ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan.

Nasi Sorghum – Resep Warisan

Terkoneksi Kembali dengan Makanan

Apa yang kita makan, sesungguhnya tidak hanya memengaruhi kesehatan tubuh tapi juga pikiran dan kesehatan mental. Fakta menunjukkan, sebanyak 70 persen remaja berusia antara 15-21 tahun mengalami gangguan kecemasan dan depresi (Pew Reasearch Center, 2019). Begitu juga, American Psychological Association (APA) mengungkap, sebanyak 90% anak Gen Z mengalami gejala fisik dan psikologis akibat stres. Tidak bisa dipungkiri, merebaknya budaya junk food turut berkontribusi. Makanan tinggi lemak dan gula turut menjadi penyebab meningkatnya depresi dan kecemasan pada anak dan remaja. Anak-anak juga rentan menderita berbagai penyakit degeneratif yang diturunkan dari orang tua.

Melibatkan anak dengan aktivitas memasak bareng di dapur bisa menjadi salah satu cara agar anak terhubung dengan kembali dengan makanan yang akan ia makan, dengan bahan pangan. Anak mengenali sumber dari mana makanan berasal, yakni dari ibu bumi, bukan semata produk yang mudah ditemukan dalam kemasan di supermarket. Anak juga belajar berinteraksi dengan beragam bumbu dan rempah, agar mendapatkan rasa yang ia suka, rasa yang alami, bukan semata perasa sintetis. Anak bisa belajar berkreasi agar makanan sehat itu terlihat menarik dan enak. Misalnya, membuat nugget sendiri yang dibentuk cetakan karakter binatang, membuat air putih yang dicampur dengan timun atau buah-buahan, dan sebagainya. Kepuasan yang akan memberinya kebanggaan, karena berkarya dengan tangannya.

 

Belum Jadi Prioritas

Muncul pertanyaan, kenapa banyak orang enggan ‘menghidupkan’ dapur? Ada pendapat menarik dari Konsultan Gizi Healthy Family Formula (HFF), Detria Branch, umumnya orang beralasan sibuk, sehingga tidak sempat memasak. “Banyak orang merasa tidak punya waktu. Makan sambil di jalan, makan di mobil. Yang di rumah, makan di tangga. Sebagian lain merasa capek, pulang kerja sudah nggak ada energi untuk masak. Ada saja alasan. Kita pasti semua punya waktu, hanya saja kita alokasikan waktu kita untuk hal lain,” kritiknya, dalam percakapan dengan Coach Carla Atherton, penulis buku Family Health Revolution.

Bagi kebanyakan orang sekarang, untuk duduk relaks di kursi meja makan, makan bareng bersama keluarga menjadi momen yang kian langka. Makan menjadi aktivitas yang dilakukan dengan terburu-buru dan sambil lalu, boro-boro memasak sendiri. Kalau Anda tipe yang seperti ini, pikirkan ulang alokasi waktu Anda. “Jadikan makan sebagai aktivitas bermakna untuk merawat dan menutrisi tubuh,” saran Detria. Karena itu, aktivitas makan bareng ada baiknya dipandang sebagai sebuah kebiasaan positif yang perlu dibangun.

Adapun, buat yang beralasan tidak ada waktu, sebetulnya ada tip dan trik masak praktis yang bisa dicoba. Seperti, selalu sedia bumbu praktis untuk stok di rumah. Memasak tidak harus berarti membuat menu dengan bahan bumbu seabrek dan keribetan panjang serta durasi lama. Bumbu praktis, misalnya, bawang putih baceman, minyak cabai, bumbu kuning, bumbu putih, bumbu rendaman, dan sebagainya, yang ini semua bisa dibuat sendiri, saat waktu kita sedang luang. Trik lain misalnya, masak dalam jumlah banyak, untuk dibekukan di freezer dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. Saat ingin dikonsumsi, cara masaknya tinggal plung ke panci, wajan, atau… air fryer. Sedangkan, sayuran bisa dikonsumsi mentah-mentah sebagai lalap. Bebas ribet, bukan?

Telur Bumbu Bali – Resep Warisan

Selain alasan kesibukan, keengganan untuk memasak juga bisa karena faktor emosional. Sewaktu kecil, tidak suka dengan masakan ibu, atau karena dulu ibunya tidak pernah memasak. Suka jajan karena dengan jajan itu ada nilai emosionalnya. Bisa jadi, juga karena tidak punya kenangan indah saat makan masakan rumahan yang sehat bersama keluarga. Untuk kasus ini, ada mindset yang perlu diubah. Cara pandang bahwa makan sehat itu menyenangkan, itu yang perlu ditanamkan. Bahwa ada pilihan cara makan yang lebih sehat, sesuatu yang perlu diupayakan.

 

Sumber:

Referensi: Kanal Youtube Healthy Family Formula, Your Family Health Revolution Conversation Series 2022: Your Body Is a Temple: Food and Nutrition, Carla Atherton dan Detria Branch

Foto: Retno Sulistyowati, kader PIG wilayah Banten DKI Jakarta, yang mengelola Jamu dan Makanan Sehat Warisan (Instagram @warisanotentik)