Pusaka Indonesia baru saja menuntaskan Kelas Akademi Herbal Nusantara (AHN) Batch 2 yang berlangsung sejak 1–15 Februari 2025 lalu. Kembali diampu oleh dr. Prapti Utami, praktisi herbal, kelas ini melanjutkan pembelajaran tentang jenis herbal yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan keluarga, cara membuat ramuan, hingga pemahaman terkait herbal sebagai anugerah warisan Nusantara yang wajib dilestarikan. Kelas AHN merupakan upaya Pusaka Indonesia untuk mengembalikan peradaban jamu yang sudah mulai terlupakan. Sebelumnya, pada Sabtu 28 Desember 2024 lalu, Pusaka Indonesia juga telah meluncurkan sebuah buku berjudul ‘Jamu: Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern’.
Baca juga: Kenalkan Jamu pada Anak-Anak, Cara Lestarikan Warisan Nusantara
Salah seorang Kader Pusaka Indonesia yang juga peserta kelas AHN, Anastasia Hartini (72 tahun), mengisahkan tentang jamu – bagaimana keseharian ia di masa kecil hingga remaja, ketika dunia jamu masih menjadi gaya hidup masyarakat Jawa kebanyakan. Anastasia lahir tahun 1953 di sebuah desa kecil di Yogyakarta. Di masa kecilnya, konsumsi jamu adalah hal yang sudah menyatu dengan hidup keseharian. Puskesmas belum ada, tapi orang-orang hidup dengan sehat. “Di masa itu tiap hari saya melihat orang minum jamu,” ungkap Anastasia. Keluarga Anastasia juga ada yang membuat jamu gendong untuk dijual. Bahan-bahannya dari kunir, kencur, jahe, dan daun asam muda.
Seingat Anastasia, Puskesmas mulai muncul pada sekitar tahun 1990-an. Saat itu, orang kesehatan mulai banyak yang menawarkan obat-obatan dari bahan kimia sintetik. Sejak itu, ia melihat orang-orang juga sudah mulai jarang yang membuat jamu. Tapi ada seorang ibu di Kutu (nama kampung di Yogyakarta) yang menjual empon-empon dengan bahan lengkap. Jadi ketika ada yang butuh jamu, mereka akan beli ke sana. Lalu di sekitar tahun 1995, Puskesmas semakin banyak. Dan pada akhirnya orang-orang semakin jarang minum jamu.
Anastasia sendiri, sejak kecil menderita sakit asma karena bawaan genetik. Jika sakitnya kambuh, ia harus mengonsumsi obat farmasi. Adik perempuannya juga ada yang menderita asma akut. Jika sakit adiknya kambuh, ia akan bersepeda selama satu setengah jam ke Kutu untuk membeli obat. Di sana ada seorang dokter yang memiliki apotek. “Sebenarnya saya sejak kecil tidak pernah konsumsi obat farmasi, kecuali untuk asma bawaan yang memang tidak bisa sembuh 100 persen,” jelasnya.
Ketika mulai bekerja kantoran, Anastasia juga akhirnya jarang minum jamu karena kesibukan. Akhirnya ia harus rutin berobat ke rumah sakit. Anastasia tidak tahan dengan cuaca panas. Cuaca panas akan membuat asmanya kambuh sehingga ia harus selalu menyiapkan inhaler. Sejak pensiun pada 2008, ia mulai kembali rutin membuat jamu. Biasanya ia merebus jahe, serai, kunyit, temulawak, asam jawa, dan binahong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dan ternyata ia memang merasa tubuhnya jauh lebih sehat. Ia bahkan sudah jarang mengonsumsi obat kimia untuk mengatasi penyakit asmanya. Ia hanya menyediakan inhaler untuk berjaga-jaga.
Ketika Covid merebak pada 2020, Anastasia pernah tinggal di Lampung dan diminta membuatkan ramuan herbal daya tahan tubuh untuk karyawan di sebuah koperasi di sana. Setiap hari ia membuat 24 porsi jamu. Bahannya dari temulawak, kunir, jahe, serai, kencur, asam, kapulaga, dan gula aren. Semua bahan tersebut direbus. Manfaatnya untuk daya tahan tubuh. “Dan semua karyawan di sana yang rutin minum jamu memang tidak ada yang terkena Covid,” ungkapnya.

Anastasia sedang meracik jamu
Sejak mengikuti Kelas Meramu Herbal di AHN, Anastasia baru paham bahwa ramuan herbal yang selama ini ia konsumsi untuk tujuan daya tahan tubuh, ternyata juga punya kandungan yang bermanfaat untuk mengobati penyakit asma. Sebagai dampaknya, penyakit asma yang dideritanya sudah tidak pernah kambuh. “Sudah 4 tahun ini saya tidak pakai inhaler lagi,” kata Anastasia.
Saat ini, Anastasia aktif bekerja di Rumah Warisan yang dikelola oleh Retno Sulistyowati, yang juga merupakan Kader Pusaka Indonesia. Anastasia ikut membantu meracik jamu ketika ada pesanan dari pelanggan. Jika selama ini ia meramu jamu dengan bahan yang ia ketahui dari masa kecilnya, sejak ikut AHN dan aktif di Rumah Warisan, ia semakin paham kandungan yang terdapat dalam setiap bahan herbal yang ia racik.
Anis Syahrir
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten