Skip to main content

Pagi itu, Minggu, 10 Desember 2023, tiga kader Pusaka Indonesia sudah berkumpul di Jakarta International Stadium (JIS) untuk mengikuti pemecahan rekor MURI 1000 biola di Festival Musik dan Budaya Anak Indonesia 2023. Mereka adalah Herdi Satria, Raden Allan Maulana, dan Stefani Dwi Cahyani. Ketiga kader ini bermain biola bersama ratusan peserta lainnya dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga dewasa. Tak main-main, lagu yang mereka bawakan adalah lagu kebangsaan, Indonesia Raya, gubahan WR Supratman. 

Totalitas Bermusik

Herdi Satria, Raden Allan Maulana, dan Stefani Dwi Cahyani, Kader Pusaka Indonesia

Menuju penampilan di festival tersebut, para kader mempersiapkan diri dengan berlatih mandiri di rumah masing-masing. Stefani yang telah belajar biola sejak SMA ini ternyata cukup kesulitan dalam teknik bowing dan membaca partitur yang diberikan panitia. Untungnya ada Herdi, berpengalaman mengajar biola, membantu membimbing. Sementara itu, Allan yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik, akhirnya memberanikan diri untuk kembali bermain biola setelah 3 tahun berhenti berlatih. Persiapan yang singkat tak menyurutkan tekad mereka untuk menampilkan yang terbaik.

Di acara yang menampilkan berbagai pertunjukan seni budaya oleh anak-anak ini, para kader Pusaka Indonesia belajar tentang totalitas dalam berkarya dan ketulusan. Sempat dilanda rasa kecewa karena berbagai hal yang terjadi di luar dugaan. Namun, tak membuat mereka patah semangat dan menjadikan momen penampilan ini sebagai latihan mental untuk performa yang lebih baik di masa yang akan datang. Rasa lelah dan kecewa tidak membuat mereka hanyut hingga menyurutkan semangat untuk berkarya. 

Harapan akan Masa Depan Seni Budaya Indonesia

Selain pemecahan rekor MURI, kegiatan ini juga menampilkan pertunjukan seni oleh ratusan anak-anak. Ada yang menari, menyanyi, bermain musik, peragaan busana, dan sebagainya. Mengamati beragam ekspresi anak-anak tersebut dalam mempersiapkan dan menampilkan kemampuan seninya, membuat saya terharu. Saya semakin punya harapan akan masa depan Indonesia melalui anak-anak ini. Lewat kegiatan seni budaya ini, anak-anak tidak hanya terasah talentanya, tetapi juga membangun jiwa raganya menjadi pribadi yang kokoh.

Tentu saja tak dapat dipungkiri, masih ada berbagai tantangan untuk menjadikan seni budaya sebagai wahana pembentuk karakter pada diri anak-anak ini. Maka, di sinilah peran Pusaka Indonesia dan seluruh masyarakat yang peduli pada dunia anak dan pendidikan untuk mengambil peran nyata. 

Budaya hening cipta harus tetap menjadi fondasi yang perlu dibiasakan pada anak-anak. Lewat hening cipta ini anak diajak untuk bersyukur dan mengenali esensi Tuhan di dalam dirinya.

Selain itu, anak-anak juga perlu diajarkan untuk berkesenian dengan disiplin, tanpa ambisi, mengutamakan kolaborasi, bersyukur atas anugerah talenta yang diberikan Tuhan padanya, menghayati warisan luhur budaya Indonesia, serta pantang menyerah menghadapi segala kesulitan yang dihadapi selama menjalani prosesnya. Dengan demikian anak-anak akan menjadi manusia-manusia bermental Pancasila, yang tidak hanya peduli pada dirinya tetapi juga negaranya. 

Mari, bagi siapa pun yang memiliki minat seni dan peduli pada kebangkitan budaya Nusantara yang luhur, bisa bergabung dalam berbagai kegiatan seni budaya yang dikembangkan di Pusaka Indonesia. Kita songsong Indonesia yang semakin gemilang dengan karya nyata dan talenta yang kita punya.

 

Wening Fikriyati

Koordinator Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia