Skip to main content

Sudah lama saya tidak menari. Saya pernah belajar menari saat kuliah, namun setelah bekerja secara profesional, keterampilan menari saya tidak pernah dikembangkan lagi. Awal Juli 2024 lalu, saya mendapat tawaran mengajar tari setiap hari Rabu di Sancaya Indonesia, sebuah sekolah inklusi di Tabanan, yang tak jauh dari tempat tinggal saya. Saya menyambut antusias tawaran dari Sanggar Seni Pusaka Indonesia ini, yang membuka kesempatan untuk saya kembali menekuni dunia tari yang pernah saya geluti sebelumnya.   

Karena sudah lama tidak menari, saya mempersiapkan diri dengan berlatih kembali sebelum mengajar. Di sela-sela waktu menjaga warung, saya juga sempatkan latihan menari.  Menghafalkan gerak tarian dan mempersiapkan lagu yang akan dibawakan dalam sesi mengajar nanti.

Selain agenda mengajar tari, saya pun menyiapkan beberapa jenis dolanan (permainan anak).  Tarian yang sudah disiapkan di hari perdana untuk mengajar di kelas adalah Tari Meong-meong dan Tari Katak Dongkang. Sedangkan permainan anak yang sudah disiapkan adalah Ular Naga Panjang dan Gobak Sodor. Teks nyanyian lirik tarian dibantu disiapkan oleh Cahya, salah satu kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali.

Kelas perdana menari anak dimulai tepat pukul 14.00 WITA. Namun demikian setengah jam sebelumnya anak-anak sudah tiba di Sancaya Indonesia, menampakkan antusiasme mereka terhadap kelas menari ini. Anak-anak Sancaya Indonesia sangat aktif. Sebelum kelas dimulai, anak-anak yang sudah tiba bermain bersama dengan suka cita. Dengan sigap tanpa diarahkan, anak-anak yang sudah tiba di kelas segera merapikan kelas. Ada yang mengangkat kursi, menggeser meja, merapikan karpet bahkan ada yang membantu menyalakan Speaker Aktif. Nampaknya mereka sudah terbiasa dalam pola belajar yang aktif dan disiplin di kelas.

Pengalaman menarik melihat anak-anak begitu antusias belajar menari, dan tidak canggung berinteraksi bersama saya sebagai pengajar baru mereka.  Sesi pertama, belajar gerak Tari Katak Dongkang bisa diikuti oleh semua anak dengan baik. Mereka cukup terampil dan cepat menangkap apa yang diajarkan dengan baik.

Saking antusiasnya belajar menari, setelah selesai belajar Tari Katak Dongkang, mereka meminta saya agar melanjutkan sesi menari bebas dimana setiap mereka sudah menyiapkan tariannya masing-masing untuk ditampilkan di kelas. Hal ini di luar agenda belajar yang sudah saya siapkan sebelumnya. Karena semangat dan antusias anak-anak tersebut, saya kemudian bersikap fleksibel dengan melanjutkan sesi kelas selanjutnya berupa pagelaran mini menampilkan anak-anak menari sesuai tarian yang diminatinya. Ada yang menampilkan Tari Puspanjali, Tari Gopala, Tari Garuda,  Tari Topeng Tua, dan ada yang menampilkan Tari Rejang Dewa. Alhasil, suasana kelas begitu menyenangkan jadinya. Kelas menari anak hari itu menjadi lebih hidup dan menyenangkan bagi anak-anak sampai waktu mengajar tidak terasa telah selesai.

Untuk selanjutnya, kelas dibuat dua kegiatan, yaitu menari dan kreativitas yang berhubungan dengan budaya. Tanggal 7 Agustus itu yang anak perempuan menari Puspanjali, yang anak laki menari Baris, setelah itu lanjut main gobak sodor dan ular naga panjangnya. Ternyata banyak murid yang belum mengenal permainan ini, artinya tergerus dengan zaman. Minggu berikutnya murid-murid dilatih kreativitasnya dari sedotan membuat bangunan dan manusia. Di sana terlihat anak yang muncul ide-ide lucu membentuk mainannya. 

Hasil kreatifitas, membuat bentuk manusia dari sedotan

Tanggal 21 Agustus 2024 lalu, murid perempuan menari Tari Manukrawa dan murid laki-laki menari Kodok Dongkang. Setelah itu dilanjutkan belajar membuat layangan dari kertas. Ada yang bentuk love, spongebob, kepala devils, layangan bebean, layangan janggan. 

Demikian antusiasnya murid-murid, hingga saat jam  selesai mereka malahan gak mau pulang. “Kurang waktunya,” kata salah satu murid. Memang mereka terlihat asyik menikmati kegiatannya. Untuk saya sendiri, kelas mengajar tari ini menjadi wahana untuk berkarya dengan ketulusan, dimana saya berupaya memberikan yang terbaik, tanpa berhitung biaya dan lain-lainnya. Melihat semangat dan antusias mereka, merupakan kebahagiaan sendiri yang sulit diukur dengan materi. Terima kasih Pusaka Indonesia.

 

Putu Saraswati,
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali.