Saat disuguhi kopi oleh rekan saya yang juga tuan rumah di Desa Kalaodi, Pulau Tidore, Provinsi Maluku Utara awalnya saya menanggapi dengan biasa saja. Sebelumnya saya sudah minum kopi dari hotel tempat menginap di Ternate. Lagi pula pikir saya, kopi tradisional khas pedesaan tentu tidak ada istimewanya. Namun, ketika mulai menuangkan kopi ke dalam gelas, saya menyadari ada aroma yang sangat unik menguar dari kopi dalam gelas yang masih mengepul panas. Semacam perpaduan berbagai jenis rempah yang menjadi satu dalam aroma yang khas dan menenangkan. Penasaran dengan aromanya, saya pun segera mencicipi. Kesan pertama yang saya rasakan adalah aroma khas rempah-rempah yang berpadu dengan rasa manis sempurna.
Hari itu saya berkunjung ke Desa Kalaodi, sebuah desa kecil di atas ketinggian Pulau Tidore, karena diajak seorang rekan untuk melihat-lihat kebun pala. Sudah lama saya terobsesi melihat kebun pala secara langsung karena terngiang ingatan pelajaran sejarah waktu kecil, tentang awal mula kedatangan VOC ke Kepulauan Maluku.

Pemandangan Pulau Tidore dari atas ketinggian Desa Kalaodi
Di Desa Kalaodi, kami diajak naik ke sebuah rumah panggung kecil. Bangunan ini biasanya digunakan oleh komunitas anak muda di desa tersebut untuk berembuk tentang kegiatan di desa. Tamu-tamu yang datang dari luar juga diajak ke sini. Kami berbincang banyak hal, terutama tentang aktivitas masyarakat desa ini. Sambil berbincang, rekan saya meminta seseorang di rumahnya untuk menyiapkan kopi. Lalu datanglah satu teko plastik berisi kopi hitam dan gelas kaca. Saya pun menuang kopi ke gelas sedikit saja, sekadar menghormati tuan rumah yang sudah repot-repot membuat dan menyajikan.
Kata rekan saya, ketika ada tamu yang datang dan mencicipi kopi ini untuk pertama kali, biasanya memang akan kaget dan takjub dengan aromanya. Ia menjelaskan, ini memang bukan kopi biasa. Namanya Kopi Dabe. Bahkan menurut cerita, dahulu kala, Kopi Dabe adalah minuman khusus di Kesultanan Tidore. Dalam Bahasa Tidore, Dabe artinya ‘baku tambah’ atau saling menambahkan. Dengan penuh semangat, rekan saya menjelaskan resep khas Kopi Dabe yang memang tidak pernah dirahasiakan. Racikannya terbuat dari buah pala yang dihaluskan, bunga cengkeh, kayu manis, serta jahe. Bisa juga ditambahkan daun pandan.
Cara membuat Kopi Dabe cukup sederhana. Bahan rempah-rempah yang telah dihaluskan direbus dalam air. Setelah air mendidih, kopi bubuk bisa langsung dicampurkan dan diaduk hingga menyatu dengan rempah. Hanya saja, untuk menghasilkan aroma yang seimbang, tentu takaran masing-masing bahan tadi harus pas. Cara pengolahan ini jauh lebih mudah dibandingkan zaman dulu. Dahulu, Kopi Dabe dibuat dengan menyangrai kopi dan rempah-rempahnya bersamaan sebelum dihaluskan menjadi kopi bubuk.
Terdapat satu lagi rahasia yang bisa membuat aroma Kopi Dabe ini sangat khas dan enak. Orang-orang Tidore biasanya tidak menggunakan air tanah atau air sumur, melainkan menggunakan air hujan. Entah mengapa, air hujan membuat aroma rempahnya terasa lebih kuat, juga membuat aroma kopi tetap terjaga, dan tidak didominasi oleh aroma rempah tadi. Maka, menyeruput Kopi Dabe memang akan terasa jauh lebih nikmat pada musim penghujan.
Sebagai daerah penghasil rempah, pulau-pulau di Maluku Utara, termasuk Tidore, memang terbiasa mengolah makanan dengan bahan rempah khas daerah masing-masing. Selain dalam racikan kopi, aroma rempah akan kita temukan dengan mudah pada penganan dan kue tradisional, seperti halnya Kopi Dabe ini. Bagi masyarakat Tidore, rasanya jamuan untuk tamu yang datang dari jauh belum lengkap tanpa sajian Kopi Dabe.
Aniswati Syahrir
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI – Banten