Skip to main content

Usia saya tak lagi muda, rasanya sudah enggan mencoba ini itu, apalagi sesuatu yang baru. Namun ketika saya mendapat mandat menjadi Koordinator Seni Budaya Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Timur, saya tak bisa menolak. Jujur awalnya deg-degan dan sempat bertanya kenapa saya yang dipilih?

Tugas perdana saya sebagai Koordinator Seni Budaya adalah mengkoordinir persiapan tim kader Pusaka Indonesia Jawa Timur untuk berpartisipasi dalam Pagelaran Pancasila Sakti 1 Oktober 2023 di Jakarta, dan juga menjadi Liaison Officer (LO) Pengisi Acara. Bukan tugas remeh tentunya, karena banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk tim Jawa Timur, sementara sebagai LO saya juga bertugas mendata akomodasi, transportasi, konsumsi pengisi acara secara keseluruhan.

Ada keraguan juga pada diri saya, namun saya bertanya pada diri sendiri dalam keheningan, pasrah, meniatkan biarlah kehendak Gusti yang terjadi, bukan kehendak ego. Lalu  muncul pemahaman bahwa mendapat sebuah kepercayaan adalah anugerah yang patut disyukuri, dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Saya pun siap menerima tugas ini.

Saya tahu potensi saya ada di bidang Seni Budaya, begitu juga dengan rekan-rekan kader Pusaka di Jawa Timur lainnya. Mereka sebetulnya memiliki bakat terpendam untuk digali, dimunculkan menjadi kontribusi nyata untuk bangsa Indonesia. Ini adalah misi mengembalikan nilai-nilai luhur seni budaya Nusantara di masa kini.  Pusaka Indonesia didirikan oleh Ketua Umum Setyo Hajar Dewantoro yang juga adalah Guru Spiritual, Pendiri Persaudaraan Matahari yang mengajarkan spiritualitas murni. Kami para muridnya diajarkan  untuk selalu hidup dengan mencerminkan kasih murni lewat laku hening dengan berkarya dimulai dari hal kecil sederhana, tidak harus sesuatu yang besar atau luar biasa.

Untuk Pagelaran Pancasila Sakti Menyalakan Api Pancasila di Sanubari Bangsa Indonesia, tim kader Pusaka Jawa Timur akan menampilkan tarian Gending Sriwijaya asal Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini menggambarkan kegembiraan, keramahan para gadis Palembang dalam menyambut para tamu istimewa yang diagungkan. Personel penari tari Gending Sriwijaya ini berasal dari berbagai tempat di Jawa Timur antara lain, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Tuban. Bahkan kami pun berkolaborasi dengan personel dari Yogyakarta dan DKI.

Ada pun tantangan dalam menampilkan tarian ini, antara lain soal waktu latihan bersama, mengingat kondisi peserta yang berjauhan. Padahal latihan bersama cukup penting demi menyatukan kesamaan gerakan agar kompak dan harmoni. Maka sebagai wujud tanggung jawab dalam pagelaran nanti,  semua harus berani mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dana, yang diupayakan dengan berbagai cara. Akhirnya, terlaksana latihan offline sekali, yang kami semua bisa berkumpul bersama di Malang. Sedangkan, selain itu, latihan kami lakukan via zoom, di rumah masing-masing, dan lewat VC (video call).

Tantangan berikutnya soal kostum yang akan digunakan saat tampil. Berbagai pendapat berbeda itu biasa, namun di sinilah diuji bagaimana kita harus bisa mengesampingkan hasrat egoistik, untuk kepentingan bersama. Ini demi memberikan yang terbaik yang kita bisa saat hari H pagelaran. Diingatkan kembali, pagelaran diadakan bukan untuk memperlihatkan kehebatan diri sendiri, melainkan wahana untuk membangun, memupuk rasa cinta tanah air, gotong royong, kolaborasi dengan ketulusan, serta kerendahan hati.

Dari tugas yang dipercayakan pada saya, saya mendapat pembelajaran cara membangun komunikasi dan berkoordinasi, serta kolaborasi yang baik dengan teman-teman dan pengurus wilayah lainnya, juga dengan tim panitia dan pusat. Saya juga belajar untuk mengesampingkan hasrat egoistik dalam menghadapi karakter yang berbeda, memberikan yang terbaik yang saya bisa dengan totalitas dan ketulusan.

Dalam menjalankan tugas ini, saya selalu berkoordinasi dan mendapat banyak dukungan dari Ketua Wilayah Jawa Timur, Dudik Dwijatmiko yang juga berperan sebagai Asisten Direktur Acara pagelaran. Dudik dipilih karena memiliki kepekaan lebih dalam detail pembuatan suatu atraksi agar lebih hidup dan berbobot. Ternyata, Mas Dudik, demikian ia biasa disapa oleh kami para kader Pusaka, memang hobi dan berpengalaman dengan dunia panggung, bahkan pernah menjadi sutradara teater besar juga ketika bergabung dalam Himpunan Pemuda Pemudi Cinta Seni.

Tak heran bila Mas Dudik yang asal Malang ini ternyata multitalenta di bidang seni budaya. Menurut ceritanya, sejak SMA ia sudah sering manggung, ludrukan, dan main teater musikal, bahkan pernah jadi sutradara. Dengan bahasanya yang sedikit medok ala Malang, ”Seni budaya iku memang asyik, menyenangkan bila dilakoni dengan menjiwai sebuah peran, mengekspresikannya lewat gerak, kata-kata yang bisa dinikmati, sekaligus menghibur dengan sukacita. Dan yang nggak kalah penting adalah pesannya harus sampai pada penonton yang menyaksikan,” kata Dudik.

Demikianlah persembahan dari tim Jawa Timur, nantikan kami bersama rekan-rekan lainnya di Pagelaran Pancasila Sakti 1 Oktober 2023. Anda yang belum mendaftar, segera hubungi Sdri. Irma Rachmi di 0818-599-807.

 

Diana Y. Wowiling

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Jawa Timur