Sabtu (27/7) lalu, Pusaka Indonesia bidang Seni Budaya menyelenggarakan Talkshow Wastra, dengan narasumber terkenal Sri Sintasari (Neneng) Iskandar, seorang pengamat budaya dan pengurus perhimpunan Wastraprema bersama Benny Grata, kurator wastra. Di seri keempat tersebut, talkshow membahas tentang batik yang menyatu dengan alur kehidupan manusia. Menarik sekali untuk diperdalam dan diperbincangkan.
Batik memang bukan sekadar kain atau pakaian, tetapi warisan budaya yang kaya dengan makna dan nilai. Dalam setiap motif batik, terkandung doa, harapan, dan filosofi yang mencerminkan pandangan hidup serta kearifan lokal dari para pembuatnya. Setiap garis dan titik adalah hasil dari proses kreatif yang penuh perasaan dan makna.
Batik menemani kita dari lahir hingga akhir hayat. Selama masa kehamilan, saat acara tujuh bulanan, batik yang dikenakan oleh sang ibu mengandung doa dan harapan agar buah hati yang dilahirkan menjadi manusia yang berguna dan berkelimpahan.
Pada acara lamaran dan pernikahan, keluarga inti sering kali mengenakan batik sebagai simbol menjaga niat, menjaga hati, dan menjaga perasaan kedua mempelai. Kedua orang tua juga mengenakan batik untuk menciptakan suasana kebersamaan dan menyatukan ikatan yang akan terbentuk di antara keluarga, disertai doa agar hubungan tersebut langgeng hingga akhir hayat.
Saat kelahiran, motif batik seperti “Tumbar Pecah” melambangkan harapan agar si anak menjadi seseorang yang harum namanya di lingkungan sekitarnya. Sementara itu, dalam upacara pemakaman, batik dengan motif “Slobog” sering digunakan. “Slobog” bermakna longgar, yang dalam konteks ini berarti kita harus merelakan dan mengikhlaskan kepergian orang yang telah meninggal.
Pentingnya Memahami Jenis Batik
Memahami jenis batik yang kita kenakan merupakan langkah pertama dalam menghargai warisan budaya kita ini. Kita perlu memahami jenis batik yang kita kenakan untuk mengetahui apakah batik tulis, batik cap, atau batik printing. Batik tulis, misalnya, dibuat dengan tangan dan proses yang lebih panjang, menjadikannya unik dan lebih bernilai tinggi. Sedangkan batik cap dan batik printing, meskipun lebih terjangkau, tetap memiliki peran penting dalam memperluas akses terhadap budaya batik.
Pada saat menghadiri acara Pusaka Indonesia Menyingkap Pesona Wastra Nusantara, Batik & Alur Kehidupan 27 Juli 2024 lalu di Auditorium RRI Jakarta, saya mengenakan baju batik dengan motif Tritik, yang dikenal dengan pola titik-titiknya yang halus dan rapi, mirip dengan rintik-rintik hujan. Motif Tritik ini mencerminkan ketelitian dan kesabaran, serta memberikan kesan yang unik dan estetis.
Jujur dalam berpakaian berarti mengenali dan menghargai nilai dan makna di balik pakaian yang kita kenakan. Ketika kita memilih batik dengan motif dan jenis yang sesuai, kita tidak hanya menghormati tradisi tetapi juga menunjukkan identitas dan nilai-nilai kita sendiri.
Salam Wastra Salam Pancasila, sebuah ungkapan yang mengingatkan kita akan pentingnya keberagaman budaya dan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.
Eko Suryono
Peserta Talkshow Wastra Batik dan Alur Kehidupan