Rabu, 11 September 2024 adalah kali kedua bagi Setyo Hajar Dewantoro Ketua Umum Pusaka Indonesia yang sering disapa Guru SHD, datang ke Rumah Pusaka Indonesia (RPI) Yogyakarta, kota perjuangan. Kedatangan Ketua Umum Pusaka Indonesia ini tentu saja dengan sebuah tujuan. Acara Ngaji Pancasila diadakan kembali untuk membangkitkan semangat juang para kader Pusaka Indonesia untuk tanah air tercinta, Indonesia. Ngaji Pancasila adalah cara kita mengkaji/ mendalami Pancasila sebagai jalan spiritual bangsa, karena secara faktual tidak banyak orang yang benar-benar mengamalkan Pancasila. Sebagian orang tidak menyetujui ideologi Pancasila sebagai dasar negara, sebagian lagi hanya hafal sebagai slogan dan tidak mengamalkannya. Untuk itulah Guru SHD ingin agar kita menjadi manusia-manusia Pancasilais yang bisa menjadikan negara kita lebih baik.
Bagaimana mungkin mencapai keberhasilan di tataran negara, jika kita hanya rakyat jelata yang tidak memiliki kekayaan, jabatan dan nama besar? Guru SHD mengingatkan bahwa perjuangan kita berlandaskan spiritual murni. Semesta memiliki cara kerjanya sendiri, yaitu selalu ada kekuatan adikodrati yang itu berperan dalam segala peristiwa. Perjuangan bangsa Indonesia di tahun 1945 ke belakang merupakan contohnya, di mana para leluhur berhasil mengalahkan Sekutu dengan kekuatan bambu runcing. Walaupun bisa jadi tidak sesederhana itu, namun yang ditekankan oleh Guru SHD adalah melakukan sesuatu sesuai kapasitas diri dan lakukan yang terbaik. Bukan hanya kekuatan manusiawi, kekuatan adikodrati mengiringi siapapun yang memiliki hati yang murni, pasti menggenapi segala hal yang terbaik yang sudah kita lakukan. Perjuangan agung ini melampaui nalar logika. “Jangan gentar dan ragu. Ketulusan, keterpanggilan, kepasrahan total. Pasti datang momen kemenangan,” kata Guru SHD.
Perjuangan juga tak akan berhasil jika kita masih sibuk dengan ego, sisi gelap diri dan drama-drama receh yang kita ciptakan sendiri. Hal inilah yang mengingatkan Edo, seorang kader yang hadir di RPI, “Saya ketampol karena terlalu sibuk dengan drama receh dari diri sendiri, ksatria kok mlempem ketika diputusin pacar, jadi bahan refleksi diri untuk mulai berbenah: bereskan sisi gelap dalam diri, memperbaiki diri dalam memurnikan jiwa, agar tidak mementingkan keinginan egoistik dan hanyut dalam hal-hal receh. Namun, di sisi lain tetap terus berkarya yang selaras dan mempraktilkan sikap Pancasila tidak hanya di pikiran dan mulut saja, tapi dimulai dari hal-hal sederhana, tidak buang sampah sembarangan, belajar bekerja dengan ketulusan dan rendah hati, bergotong royong berupaya memulihkan tanah dan air, dan yang paling penting selalu hening dalam bertindak apa pun. Oh iya saya juga merasakan bahagia dan sedikit haru dengan sikap kekeluargaan teman-teman Pusaka Indonesia, dan sangat bersyukur dipertemukan Mas Guru, Mbak Ay, dan teman-teman semuanya. Matur nuwun.” Demikian refleksi Edo tentang Ngaji Pancasila kali ini.

Foto bersama setelah Ngaji Pancasila di RPI Yogyakarta
Perjuangan Agung untuk mewujudkan Indonesia Surgawi juga tidak dibatasi oleh latar belakang diri kita. “Dalam keikutsertaan saya sebagai kader PI, serta mendukung perjuangan Mas Guru SHD , saya belum seberapa dalam memberikan sumbangsih kepada PI. Tapi saya tidak berkecil hati, setelah tahu dari wedaran Mas Guru, untuk jadi patriot bangsa tidak harus orang kaya atau orang yang punya jabatan, tapi rakyat jelata pun bisa.
Karena bisa disebut patriot adalah orang yang murni hatinya, tidak mementingkan diri sendiri, berjuang dengan ketulusan, bebas dari lima sisi gelap yang ada di dalam diri. Saya sebagai murid Mas SHD / kader PI, masih berjuang meluruhkan lima sisi gelap dalam diri, yang tentunya tidak mudah, meskipun dengan jatuh bangun tetap dijalani prosesnya, pantang menyerah utk meningkat hening. Tak cuma merem tapi juga beraksi sebisa saya sesuai peran saya saat ini,” begitu refleksi lainnya yang disampaikan oleh Sri Suharti, seorang kader PI yang sehari-hari bekerja sebagai pemilik usaha makanan (lotek).
Pesan-pesan Guru SHD lainnya yang berkesan juga ditangkap oleh Theo Roberto, “Kata-kata yang menurut saya paling nyess bahwa kegiatan Ngaji Pancasila adalah bentuk lanjut dalam berspiritual. Melakukan kegiatan yang bukan untuk kepentingan diri sendiri dengan didasari kesabaran dan ketekunan. Jika dilakukan dengan tulus akan menciptakan lingkaran malaikat.” Guru SHD menjelaskan bahwa saat kita turut dalam perjuangan suci, kita tetap menjalankan tugas atau kewajiban dalam mencari nafkah.
Lalu apa contoh perbuatan-perbuatan yang tidak Pancasilais? Sebagai penguasa melakukan praktik KKN, atau mengambil kebijakan yang merugikan rakyat banyak dan hanya menguntungkan segelintir orang. Sebagai rakyat jelata misalnya, membuang sampah sembarangan, merusak tanah, bertikai dengan orang lain, memusuhi orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Daripada melakukan hal-hal yang tidak baik, ada aksi nyata yang bisa kita lakukan sebagai rakyat jelata. Misalnya, berendah hati dalam menerima respons orang lain, memaklumi sikap orang lain, dan memperbaiki sifat kita.
Kita juga bisa bertindak nyata di ranah materiel, seperti yang sudah dilakukan oleh kader-kader Pusaka Indonesia di berbagai wilayah, seperti menuang Eco Enzyme ke sungai secara berkala agar bisa lebih jernih, memperbaiki tanah dengan metode pertanian Sigma Farming, menanam sorgum sebagai upaya menciptakan kedaulatan pangan di masa depan, mengupayakan terciptanya Kebun Surgawi, melestarikan budaya Nusantara dengan mengadakan kursus tari daerah, mengadakan kursus gamelan, mengadakan pelatihan atau pendalaman ilmu tentang wastra, jamu, sebagai warisan bangsa. Tentu upaya tersebut jika dilakukan dengan hening cipta yang benar agar menciptakan gerakan yang progresif, transformatif, dan revolusioner. Revolusi yang dimaksud di sini sangat berbeda dengan revolusi yang terjadi di tahun 1998. Revolusi yang dituntun oleh hikmat kebijaksanaan tentu akan membawa perubahan ke arah yang konstruktif.
Jadi, siapa pun kita, apa pun peran kita, itu semua tak akan menghalangi langkah kita untuk turut berjuang mewujudkan Indonesia surgawi. Mari kita bergerak bersama dalam irama Semesta. Selaras!
Stella Manoppo
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DIY