Harus kita akui bahwa kita ada dalam situasi yang ekstrem. Bukan karena virus, tetapi kejahatan global yang mengatasnamakan virus. Justru pada titik inilah kita layak bersyukur karena kita mendekati pada satu titik perubahan. Kita bisa memandang apa yang terjadi pada saat ini sebagai momentum final battle dalam spiritual. Jika kita mengacu pada sejarah Nusantara, kita bisa katakan bahwa sekitar abad ke-15 terjadi degradasi: secara kesadaran kita mengalami penurunan dan secara peradaban kita menjadi mundur. Kedaulatan kita tidak lagi sepenuhnya seperti layaknya Kerajaan Majapahit. Abad ke-15 inilah titik awal kegelapan meliputi Nusantara dan ini terjadi di negara-negara lain, seperti Cina dan Mongol.
Siapa sebetulnya pemain utama dari proses ini?
Tentu di satu sisi kita sebagai bangsa berbuat kekeliruan tertentu sehingga pertahanan kita jebol. Tetapi, pada sisi yang lain memang ada pelaku dari kejahatan ini. Ada keberadaan yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kegelapan di Nusantara dan berbagai negara. Pada abad tersebut, orang-orang serakah bisa mengkonsolidasi diri, bisa membangun kekuatan politik, sosial, ekonomi, dan militer yang luar biasa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang kita saksikan pada saat ini. Pada saat itu mereka tampil dengan wajah tradisional menurut kacamata kita sekarang. Mereka inilah yang bertransformasi menjadi kekuatan elite global, iluminati palsu.
Kenapa mereka disebut sebagai iluminati palsu?
Karena mereka memakai kata iluminati sebagai pembajakan makna. Saat kita membaca iluminati asli, ini sebetulnya tentang gerakan pencerahan. Kata ini dibajak, tepatnya pada nama Lucifer. Ketika kita menyelami realitas, masuk ke dalam keheningan untuk membaca segala yang ada, kita akan mengerti bahwa Lucifer adalah sosok yang berjiwa agung sampai sekarang. Lucifer adalah malaikat pembawa cahaya atau penebar pencerahan. Nama Lucifer dibajak oleh iluminati palsu untuk disepadankan dengan bangsa iblis. Mereka berkampanye bahwa mereka menyembah Lucifer. Padahal kenyataannya, Lucifer tidak berurusan dengan mereka. Mereka mengakses kekuatan supranatural dengan banyak cara. Mereka memuja iblis dengan ritual yang kejam. Di sisi lain, mereka juga dekat dengan keberadaan para dark alien. Mereka ada dibalik kekuatan-kekuatan ini. Iblis memberi kekuatan supranatural, sedangkan dark alien menjadi sumber dari kekuatan pikiran, kemampuan teknologi, dan seterusnya. Mereka memiliki karakter yang sama. Mereka yang mau membuat kontrak/perjanjian, di satu sisi akan mendapat imbalan: kekayaan, kekuasaan, ketenaran, tetapi mereka harus menggadaikan jiwanya.
Tahun 1945, NKRI diproklamasikan dan mengalami dinamikanya tersendiri. Proklamasi NKRI mempunyai cita-cita agung, yakni mengembalikan kedaulatan tanah Nusantara yang selama ratusan tahun ada dalam cengkraman kuasa kegelapan melalui berbagai institusi. Seperti, VOC, kesultanan, institusi yang bersifat imperium yang berpusat di Turki (Khilafah Usmani) yang turut menanamkan pengaruhnya di Indonesia. Ini rajutan yang tidak sederhana.
Lalu, sebenarnya dulu kita memerdekan diri dari siapa?
Sebetulnya kita memerdekakan diri bukan dari pemerintah Belanda. Yang menjadi sumber masalah adalah kekuatan-kekuatan jahat tersebut, yakni VOC yang sepadan dengan kelompok-kelompok yang memiliki multi national corporation. Mereka tidak berurusan dengan pemerintahan, tetapi bisa memerintah, bahkan memanipulasi orang yang menjabat di pemerintahan.
Sebab itulah Bung Karno di zaman dulu tetap menyampaikan dengan bahasa, bagaimana kita terbebas dari Neo Kolonialisme dan Imperalisme (Nekolim). Penjajah sebetulnya tidak pernah hilang. Walaupun NKRI sudah diproklamasikan, kekuatan Neo Kolonialisme dan Imperalisme tetap ada dan mencoba untuk mencengkram kembali tanah ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangan, Bung Karno sebenarnya menyiapkan negeri ini menjadi maju dan makmur, hingga mengirimkan anak-anak negeri untuk bersekolah di luar negeri. Jika program ini berhasil, kita tidak akan jadi bangsa yang terbelakang. Akan banyak orang pintar yang menjadi mesin pembangunan yang sesungguhnya. Namun, faktanya secara politik Bung Karno kalah. Pada tahun 1965, ada penggulingan kekuasaan yang di back up oleh kekuatan Neo Kolonialisme dan Imperalisme.
Model pertarungan ini berkelanjutan dan terjadi pada saat ini. Isu pandemi ini sebetulnya adalah satu manuver yang dilakukan oleh mereka yang kita sebut Neo Kolonialisme dan Imperalisme. Mereka adalah para iluminati palsu, para pemuja iblis yang di dalam dirinya hanyalah keserakahan yang tanpa batas. Dalam kacamata mereka, manusia yang lain layak diperbudak, diperlakukan seperti binatang ternak: domba-domba yang bisa digiring semaunya. Segala peraturan yang terkait dengan isu pandemi ini, tidak lain dan tidak bukan merupakan sebuah upaya menaklukkan perbudakan terhadap umat manusia. Manusia dipaksa untuk terputus dengan sumber energi Ilahiah dengan aturan masker. Manusia dipaksa untuk meninggalkan watak humanismenya, guyub rukun, dengan aturan tidak boleh bersalaman atau berkerumun. Ini adalah satu fakta dan dibiaskan menjadi teori. Saat kita bicara tentang hal ini, kita disebut penganut teori konspirasi. Padahal ini jelas bukan teori, ini fakta.
Apa yang sedang kita alami saat ini semacam momen penentuan. Bagi mereka, ini semacam ultimate effort, final war. Mereka yakin betul bakal menang, yang memungkinkan manusia yang tidak seirama dengan mereka bisa diperbudak sesukanya. Lewat isu pandemi ini, mereka mau menceraiberaikan kita sebagai umat manusia, melumpuhkan segala kegiatan spiritual kebudayaan perekonomian, sehingga manusia menjadi sangat egoistik. Di saat yang sama, manusia akan merasa putus asa karena dipisahkan dari sesamanya sehingga kehilangan kekuatannya. Ketika ekonomi hancur, mau tidak mau pasti terjerat utang dari mereka yang kaya. Ini tidak hanya terjadi di level individual. Secara negara juga didesak, didorong, digiring untuk berutang semakin besar. Kepada siapa berutang? Tentu saja kepada lembaga-lembaga yang berkuasa, seperti IMF, World Bank, dan seterusnya.
Apakah semua yang direncanakan oleh mereka akan berjalan sesuai dengan visi mereka? Apakah betul bangsa kita akan tumbang dan kita menjadi bagian umat manusia yang diperbudak?
Di dalam keheningan, saya sering bertanya, “Tuhan sebetulnya bagaimana rancangan agung-Mu? Apakah kita, manusia yang selama ini telah berupaya untuk ada di dalam jalan-Mu, mengikuti dengan setia apa yang menjadi titah-Mu, apakah akan terkalahkan? Apakah bangsa Indonesia ini akan selesai sejarah keagungannya. Lalu, tercatat dalam sejarah baru sebagai bangsa yang tak terkalahkan sepenuhnya?”
Jawaban yang saya dapatkan, dalam keheningan yang muncul dalam relung jiwa adalah, “Bangsa ini, umat manusia yang betul-betul setia kepada akal sehat dan suara dari relung jiwanya, pasti terselamatkan.”
Iluminati palsu, yang merasa menguasai uang dan teknologi, mempengaruhi pemerintahan, mencengkram media, merasa akan menang dan tidak akan ada perlawanan sedikit pun. Tetapi secara faktual, justru pada titik ini ada kekuatan yang membuat kita memenangkan pertarungan. Kita bangkit sebagai sebuah bangsa dan masa-masa kegelapan di Nusantara ini bisa dipungkasi. Ini adalah momen transisi, kita bergeser dari zaman kaliyuga ke zaman Shangrila. Di dalam perjuangan seperti ini, kita tidak mungkin mengandalkan kekuatan rasional dan intelektual. Hanya perjuangan yang dilandasi oleh kekuatan spiritual yang punya tempat di sana. Hanya jika kita menjadi jiwa-jiwa yang agung yang bisa melakukan revolusi spiritual yang bisa membawa keselamatan bagi bangsa ini. Di dalam situasi seperti ini semua model aktivis lama itu bungkam. Yang kita anggap tokoh HAM, tidak ada suaranya. Hanya sedikit orang yang masih punya kesadaran spiritual yang tinggi. Inilah era para tokoh spiritual yang murni menjadi lokomotif perubahan.
Jangan kecil hati, jangan minder, jangan berpersepsi bahwa kita jumlahnya sedikit. Kita tidak punya kekuatan uang sebagaimana mereka. Bahwa kita tidak punya kekuasaan nyata di pemerintahan. Cara pandangnya bukan begitu. Ini momentum segala sesuatunya hendak dibalikkan, maka kita tetap mengakui keberadaan kita sebagai rakyat jelata yang punya kesetiaan total dengan Diri Sejati, punya bakti yang paripurna kepada Ibu Pertiwi, yang berjuang tanpa pamrih, yang hanya melakukan yang terbaik, tidak berhitung-mengandalkan kekuatan manusiawi kita. Kita hanya menempatkan diri sebagai wahana dari kekuatan Semesta yang tanpa batas untuk bekerja.
Para iluminati palsu ini bisa disebut anti-Christ, anti ajaran kasih murni, anti kesadaran spiritual. Mereka cenderung punya asumsi bahwa tidak akan ada juru selamat dalam momentum ini yang bisa menggagalkan jurus mereka. Tentu saja itu hak mereka berpikir seperti itu. Tetapi, secara faktual, gerak kosmik justru menunjukkan bahwa inilah momentum juru selamat itu ada dan siapa pun yang terpanggil untuk hidup di dalam kesadaran murni, menjadi bagian dari para penyelamat ini. Kekuatan yang terkonsolidasi di dalam proses ini, secara energi jauh lebih besar. Tetapi, perjuagan kita memang tidak mudah. Walaupun secara spiritual kita kuat, mereka pun mempunyai kekuatan-kekuatan secara materi. Namun, nantinya akan ada banyak keajaiaban yang tak terpikirkan. Siapa yang menyangka Donald Trump waras seperti sekarang? Dia menjadi motor dari sebuah gerakan yang melawan perubahan. Jangan kecil hati. Secara material pun, ada kekuatan besar yang bekerja.
Hari ini, di tempat yang bersahaja ini kita mengukuhkan bagaimana kekuatan rakyat jelata yang murni, bebas pamrih, yang didukung oleh kekuatan Semesta itu yang akan megutuhkan NKRI. Ini adalah era rakyat jelata yang berjiwa murni: mengembalikan keadaan dari situasi yang penuh cengkraman kegelapan menjadi masa-masa baru yang penuh dengan kegembiraan dan kesadaran spiritual.
Hening Cipta dan Ngaji Pancasila
Orasi oleh Setyo Hajar Dewantoro
Bogor, 2 Februari 2021