Apa kabar pendidikan nilai Pancasila di sekolah masa sekarang? Kita harus realistis menyadari bahwa karakter Pancasila dari bangsa ini sudah mengalami degradasi. Di lembaga pendidikan, jamak ditemui perundungan, tawuran, intoleransi. Dalam masyarakat, kita disuguhi isu ketidakadilan, pemalakan, korupsi, nepotisme, dan lain-lain. Ini semua merupakan sebagian bukti bahwa karakter Pancasila di masyarakat sudah terkikis.
Kurikulum Merdeka memberikan solusi dengan membentuk Profil Pelajar Pancasila (P3). Program untuk mencapai P3 salah satunya adalah dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nah, apa sebetulnya Profil Pelajar Pancasila? Benarkah bisa membentuk karakter Pancasila?
P5 dan Pembelajaran Eksperiensial
P5 merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar. Tujuannya, agar siswa dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Sederhananya, P5 dijadikan sebagai sarana belajar yang mendorong peserta didik berperilaku kompeten, berkarakter, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, pelajar diberi kesempatan untuk ‘mengalami pengetahuan’, tidak hanya secara kognitif. Sebagaimana ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa ”Anak-anak mesti didekatkan hidupnya kepada kehidupan rakyat agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan saja, tapi bisa mengalaminya sendiri dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya.”
Ada empat prinsip penting dalam penerapan P5. Di antaranya, holistik, kontekstual, berpusat pada siswa, dan eksploratif. Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh. Dalam perancangan P5, kerangka berpikir holistik ini mendorong pelajar untuk menelaah sebuah teks secara utuh untuk memahami suatu isu secara mendalam. Prinsip kontekstual artinya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengalaman dan pemecahan masalah secara langsung, diharapkan siswa bisa mendapatkan pelajaran bermakna untuk meningkatkan kemampuannya. Siswa juga berkesempatan memilih dan mengusulkan topik sesuai minatnya, sementara pengajar menjadi fasilitator. Sedangkan eksploratif, berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang bagi pengembangan diri dan inkuiri. Sekolah bisa melibatkan masyarakat dan atau dunia kerja untuk merancang atau menyelenggarakannya P5 dengan tema yang sudah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan.
Adapun tema P5 yang telah ditetapkan Kemendikbud untuk jenjang SD sampai SMA/SMK, antara lain:
- Gaya Hidup Berkelanjutan. Bertujuan membuka kesadaran siswa akan dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap lingkungan dan keberlangsungan hidup di sekitarnya.
- Kearifan Lokal. Diharapkan mampu mencegah lunturnya budaya dan kearifan lokal di tengah masyarakat. Selain itu, tema ini bertujuan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa akan budaya sendiri.
- Bhinneka Tunggal Ika. Bertujuan mendorong siswa untuk berpikir kritis akan stereotip negatif terkait suatu golongan serta menghormati keberagaman di Nusantara.
- Bangunlah Jiwa dan Raganya. Untuk meningkatkan kesadaran siswa agar memelihara kesehatan fisik dan mental dirinya maupun orang-orang di sekitarnya.
- Suara Demokrasi. Diharapkan mampu menumbuhkan jiwa-jiwa demokrasi.
- Kewirausahaan. Mengajak siswa mengidentifikasi berbagai potensi ekonomi di wilayah sekitarnya.
- Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI. Mengasah siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Tujuannya agar siswa dapat menciptakan sesuatu yang nantinya bermanfaat bagi dirinya dan sekitarnya.
- Kebekerjaan (untuk SMA/MAK). Tema ini menjadi persiapan siswa sebelum terjun ke dunia kerja. Siswa dapat mempelajari segala hal tentang ketenagakerjaan, peluang kerja, hingga kesiapan kerja.
- Budaya Kerja (untuk SMA/MAK). Siswa mendapatkan ilmu tentang sikap, perilaku, maupun budaya positif yang perlu dibangun dalam dunia kerja.
Masyarakat Bisa Terlibat
P5 sebenarnya memiliki tujuan yang sangat bagus. Orientasinya pada proses yang berprogres. Pembelajaran secara projek dengan sintaks dan fase-fase yang jelas membuat siswa belajar secara nyata dalam menggunakan kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional, sehingga merupakan pengalaman langsung untuk menghadapi masalah dalam hidup dan mampu memberikan solusinya. Setiap produk pasti ada proses yang terdiri dari beberapa fase. Dan dalam fase-fase inilah dibutuhkan implementasi karakter Pancasila dari para pelajar, seperti bergotong-royong, menghargai kerja orang lain, menyikapi kebhinekaan, kreatif, kritis, objektif, adil, bijak, dan sebagainya. Jadi, produk P3 adalah pengaruh atau hasil dari berbagai proses dan fase yang dilalui. Implementasi karakter Pancasila dalam setiap fase ini akan menjadi suatu pembelajaran dan kebiasaan bagi para pelajar untuk menyiapkan diri dalam menjalani kehidupan di dalam masyarakat nantinya.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan mengalami banyak tantangan, terutama dalam pemahamannya. P5 masih dipahami hanya sebentuk proyek yang nantinya akan menghasilkan suatu produk karena ujung-ujungnya yang dilihat produknya, tanpa melihat proses dan perjuangan siswa untuk menghasilkan sebuah produk. Belum dipahami bahwa P5 adalah bentuk proyek untuk penguatan P3. Proyek ini merupakan cara agar P3 makin kuat atau semakin berimplikasi dalam kehidupan para siswa.
Hal yang menarik, dalam P5 yang tertuang di kurikulum merdeka ini, masyarakat umum bisa ikut terjun membantu terbentuknya P3. Para orang tua bisa membantu dari rumah sebagai bagian dari pendidikan keluarga, bisa juga membantu di lingkungan rumah sebagai anggota masyarakat. Bahkan instansi dan masyarakat umum juga bisa ikut terlibat dalam pembentukan Profil Pelajar Pancasila.
Baca juga
Hidupkan Tradisi Hening Cipta di Sekolah
Wiwik Endang Mardiastutik – Guru SMA di Jakarta
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI Jakarta – Banten
Sumber:
SK Kepala BSKAP (Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan) Kemendikbudristek Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Sumber foto: https://pendidikan.infoasn.id/