Hasil pertanian yang melimpah dari sistem berbasis pupuk dan pestisida kimia sintetis ternyata menyisakan kerusakan lingkungan: tanah menjadi rusak, air tercemar, dan kesehatan manusia terganggu. Keprihatinan inilah yang melahirkan komitmen Pusaka Indonesia untuk memulihkan tanah dan Ibu Bumi melalui metode pertanian organik Sigma Farming.
Sebagai upaya mendukung keberdikarian petani dalam menerapkan pertanian dengan pertanian organik, Sigma Farming Academy (SFA) terus melakukan riset untuk menciptakan pupuk dan pestisida alami selaras alam yang memberikan dampak pemulihan tanah secara jangka panjang. Sementara untuk mendukung penerapannya, Pusaka Indonesia terus mengembangkan Kebun-kebun Surgawi (KS) yang dikelola oleh para kader di berbagai daerah di Indonesia.
Sejumlah “amunisi” pertanian Sigma Farming yang telah dikembangkan dan diterapkan oleh petani kader Pusaka Indonesia adalah kompos Sigma 2, asam amino, Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2, Liquid Manure, Eco Enzyme, Plantonic, Pestisida Nabati, dan Fungisida Nabati. Semua amunisi tersebut bisa dibuat secara mandiri oleh para petani dengan memanfaatkan kotoran hewan (kohe) dan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan dari lingkungan sekitar. Sejumlah petani yang didampingi Pusaka Indonesia telah membuktikan bahwa penggunaan amunisi Sigma Farming ini memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Baca juga: Tiga Amunisi Andalan Kebun Sigma Farming. Yuk, Buat Sendiri!
Kini, SFA melanjutkan inovasinya dengan meriset pembuatan dan penggunaan Pupuk Organik Granul (POG), pupuk berbentuk butiran padat seperti pelet atau kristal kasar. POG dirancang sebagai pupuk slow release (pelepasan unsur hara bertahap) yang bertujuan sebagai penyedia unsur hara tanaman secara berkelanjutan, mengurangi kehilangan unsur pupuk akibat pencucian dan penguapan, serta memperbaiki kesuburan tanah secara fisik dan hayati. Penggunaan POG juga lebih praktis dalam aplikasi dan hemat biaya.
Setelah melalui sejumlah uji coba di berbagai daerah, pada 27 Juni lalu, Pusaka Indonesia Wilayah Bali juga turut serta dalam pembuatan POG. Kegiatan ini dikomandani langsung oleh Koordinator Bidang Sigma Farming Academy, Ni Kadek Dwi Noviyani di Rumah Pusaka Indonesia di Ubud. “Harapannya teman-teman pemilik KS ikut serta dalam riset POG ini. Karena makin banyak yang melakukan riset POG maka Tim SFA, bisa mendapatkan data yang lebih banyak mengenai efektivitas penggunaan POG terhadap tanaman,” ungkap Novi.

Pupuk Organik Granul hasil riset kader Pusaka Indonesia wilayah Bali
Cara Membuat Pupuk Organik Granul
Alat:
- Tampah
- Sarung tangan
- Gelas ukur
- Timbangan
- Karung/ Kantong plastik
- Sprayer
Bahan utama:
- Cairan Liquid Manure +- 350 ml
- Asam Amino 60 ml
- Eco Enzyme 120 ml
- Kompos halus 1 kg
- Serbuk cangkang telur (SCT) 100 gr
- Arang kayu yang sudah dihaluskan (tumbuk dan saring) 50-70 gr
- Pasir halus 100 gr
- Vortex Bakteri Pemulih Tanah 1 & 2 (saring dan masukkan ke sprayer)
Bahan pelengkap (taburan/spray):
- Campurkan:
- Liquid Manure cair +- 175 ml (1/4 gayung)
- Asam Amino 30 ml
- Eco Enzyme 60 ml
Saring ketiga bahan tersebut dan tuang dalam sprayer
- Kompos halus 500 gr
Langkah Pembuatan:
- Bahan kompos, pasir, dan abu dijemur dulu lalu disaring agar diperoleh bahan yang halus
- Campur Liquid Manure, Asam Amino, dan Eco Enzyme aduk merata di suatu wadah
- Tuang 1 kg kompos di tampah lalu tuang adonan nomor 2
- Aduk agar tercampur merata hingga tidak terlalu kering dan lembab (akas) sembari semprotkan vortex
- Tambahkan vortex secara merata dan campur lagi
- Tambahkan pasir dan aduk agar tercampur merata
- Tambahkan bubuk arang kayu sedikit demi sedikit sampai dirasa cukup merata, lalu aduk lagi agar tercampur merata
- Aduk sambil diputar-putar di tampah agar membentuk granul/butiran kecil
- Sembari proses granul, sesekali semprotkan cairan nomor 2 selang seling dengan vortex (jika terlalu kering). Jika dirasa terlalu basah dan sulit terbentuk butiran atau butiran terlalu kecil, bisa sambil ditaburkan kompos sedikit demi sedikit
- Lanjutkan proses nomor 8 dan 9 sampai terbentuk granul yang diinginkan
Penyimpanan dan Penggunaan:
- Simpan dalam kantong plastik, di tempat yang terlindung dari hujan dan panas.
- POG bisa langsung digunakan
Riset pembuatan dan penggunaan POG ini menjadi langkah nyata dalam mendorong kemandirian petani untuk memenuhi kebutuhan pupuknya sendiri. Bahan-bahannya tersedia di alam dan mudah diperoleh di sekitar kita. Meski memerlukan waktu dan ketelatenan, penggunaan pupuk organik akan mengurangi ketergantungan pada pupuk, pestisida, dan benih sintetis—menuju sistem pertanian yang sehat, berkelanjutan, dan berdikari.
Ke depan, setelah riset-riset POG membuahkan hasil di Kebun Surgawi para kader, Pusaka Indonesia akan menyosialisasikan hasilnya melalui website, media sosial, serta workshop tatap muka bersama para petani.
Ni Kadek Ayu Rinawati
Kader Pusaka Indonesia wilayah Bali dan Sekitarnya