Skip to main content

Setelah beberapa waktu aktif berkiprah dalam pemulihan sungai melalui kegiatan bersih-bersih sungai dan kocor ekoenzim ke sungai, Deviani, kader Pusaka Indonesia asal Tasikmalaya, menginisiasi pelatihan Sigma Farming untuk diselenggarakan di kotanya. Bekerjasama dengan tim Sigma Farming Academy (SFA), Workshop Sigma Farming 1 berhasil terselenggara pada tanggal 18-21 Januari 2024, bertempat di rumah dan kebun Deviani, di Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta dari berbagai latar belakang dan asal daerah.

Materi workshop dibawakan oleh tim SFA and kapten-kapten Kebun Surgawi. Migan Zulmi selaku koordinator SFA menjelaskan bahwa pada workshop kali ini lebih banyak praktik daripada teori. “Materi workshop kali ini 10% teori dan 90% praktik serta tanya jawab langsung di lapangan,” jelasnya.

Bersentuhan dengan Kohe Sapi

Pada hari pertama, Jumat, 19 Januari 2024, tim SFA memperkenalkan konsep Sigma Farming dan mengapa Sigma Farming memainkan peran kunci dalam pemulihan lahan pertanian. Tentang pentingnya memahami tanah dan kebutuhannya. Kita perlu mengenali tanah yang menjadi lahan kita bertanam. Di banyak tempat, kondisi tanah sudah pada kondisi sakit, bahkan kritis, sehingga tidak bisa ditanami. Tanah dapat diidentifikasi tingkat kesehatannya melalui aromanya. Peserta diajak menciumi aroma masing-masing tanah, lalu mendiskusikan pengalamannya dengan sesama peserta.

Membuat BD 500

Peserta dikenalkan amunisi wajib Sigma Farming, yakni Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2. Peserta dibagi kelompok, tim yang membuat BPT Sigma 1 dan tim BPT Sigma 1. Tim BPT Sigma 1 terbagi menjadi tim tanduk sapi, dan tim pembuat lubang BPT Sigma 1. Sedangkan tim BPT Sigma 2 terbagi menjadi tim pengepal kohe sapi, tim pembuat cairan vorteks, dan tim pembuat lubang BPT Sigma 2.

Tim tanduk sapi membuat BPT Sigma 1 dengan memasukkan kohe sapi ke dalam tanduk. Tanduk sapi dimasukkan ke dalam lubang berukuran 60 x 120 cm dengan kedalaman 40 cm dengan posisi menghadap ke atas, kemudian dikubur dengan tanah bekas galiannya.

Di tim BPT Sigma 2, beberapa peserta terlihat mengayak pasir, menumbuk kulit telur, membersihkan kohe dari sisa rumput dan cacing dan membuat larutan vorteks BPT Sigma 2. Pasir dan tepung kulit telur kemudian dicampur dengan kohe sapi. Setelah tercampur, salah satu peserta memercikkan larutan vorteks biang BPT Sigma 2 ke atas kohe sapi.

Setelah itu, mereka mulai mengaduk, mengulen, dan mengepal kohe sapi menjadi bola-bola BPT Sigma 2, dibuat seukuran bola tenis dan terlihat mengkilap. Bola-bola ini dimasukkan ke dalam lubang di tanah berukuran 60 x 150 cm dengan kedalaman 40 cm.

Lubang BPT Sigma 2 dibagi menjadi 2 bagian sama besar dan dikelilingi susunan batu bata merah. Bola-bola BPT Sigma 2 dimasukkan ke dalam lubang secara bertingkat, dengan susunan 5×5 dalam satu lapisannya. Setiap lapisan bola BPT Sigma 2 dikubur dengan kompos dan diciprati vorteks. Setidaknya terdapat enam lapisan bola, sehingga keseluruhan terdapat 300 bola BPT Sigma 2.

Selama praktik, para peserta mengikuti kegiatan dengan suka cita. Dewi, salah satu peserta mengungkapkan, “Pengalaman paling berkesan adalah waktu memegang kohe, awalnya jijik, ternyata setelah pegang langsung rasanya biasa saja. Waktu bikin vorteks adem, tidak bau, mengasyikkan seperti masa kecil.” 

Mengelola Limbah

Bertani selaras alam berarti belajar mengenali dan memanfaatkan segala sesuatu yang seringkali sudah dianggap sampah atau limbah yang dibuang oleh orang-orang. Tidak ada yang terbuang sia-sia. Limbah bisa diolah salah satunya menjadi kompos. Kompos adalah jantungnya kebun. Dalam Sigma Farming, dikenal Kompos Sigma 1. Pembuatan Kompos Sigma 1 menjadi materi yang diajarkan dalam workshop kemarin. Kompos Sigma 1 dibuat dari limbah dedaunan kering dan hijauan, limbah jerami, dan kohe sapi.

Membuat Kompos Sigma 1

Peserta diajak praktik langsung membuat Kompos Sigma 1 secara gotong royong. Bahan-bahan dioper dan diangkut menuju ke lokasi pembuatan Kompos Sigma 1, di lahan kebun Deviani. Ada tim yang membuat vorteks, tim penyusun lapisan Kompos Sigma 1, tim “arsitek” yang membuat tahanan kompos dari bilah bambu, tim pendukung yang siap menjadi “palugada”, mulai dari menyediakan hiburan, air minum, dokumentasi, hingga peralatan yang diperlukan. Di tengah proses persiapan sempat terhenti karena hujan turun. Namun tak lama kemudian cuaca kembali cerah dan pengerjaan Kompos Sigma 1 dapat dilanjutkan hingga selesai.

Selain Kompos Sigma 1, ada pula materi pembuatan kompos dari limbah rumah tangga, menggunakan peralatan galon bekas. Materi yang disampaikan Retno Sulistyowati, kader Pusaka DKI-Banten, membagikan resep-resep pembuatan kompos, pupuk, dan pestisida nabati dari limbah rumah tangga.

Pemanfaatan limbah lainnya adalah untuk dibuat menjadi ekoenzim. Ekoenzim termasuk amunisi wajib yang harus dimiliki dalam Sigma Farming karena punya peran besar dalam pemulihan tanah dan penyuburan tanaman. Sesi pembuatan ekoenzim dibawakan oleh Agus Haryono dan Deviani. Peserta tampak antusias ketika Deviani membabarkan pengalaman otentiknya dalam memanfaatkan ekoenzim dalam kesehariannya.

Di hari ketiga workshop, bersamaan dengan acara “Bersihkan Jernihkan Sungai #8” yang rutin diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia, peserta pun diajak untuk turut berpartisipasi. Berangkat dengan menggunakan kendaraan bak terbuka, seluruh peserta melakukan kocor ekoenzim di Sungai Leuwi Munding. Mereka berjalan turun mendekati bibir sungai dan menuangkan ekoenzim secara serempak dan penuh sukacita. Pengalaman baru dan tak terlupakan.

Di hari ketiga, dilakukan field trip ke Kebun Surgawi (KS) 84 milik Deni Diyana. Di lahan ini Deni bercerita mengenai proses yang telah dilakukan sejak awal membuka dan menggarap lahannya dengan metode Sigma Farming. Migan Zulmi dan Niniek Febriany mengajak peserta berkeliling kebun sambil mengamati dan membahas teori Sigma Farming. Dari mulai bedengan, parit, jarak tanam, tumpang sari, gulma, turus, hama, mulsa organik, dan sebagainya, dan aplikasinya di lahan.

Sebagai acara penutup, dibuka sesi berbagi pengalaman dan tanya jawab. Beberapa kader Pusaka Indonesia yang telah menikmati hasil Sigma Farming berbagi pengalamannya mengkonsumsi dan menyimpan hasil panen KSi. Hasil panen kebun yang diolah dengan Sigma Farming memiliki daya simpan yang relatif lebih tinggi, tidak mudah layu setelah dimasak, dan rasanya lebih crunchy serta menyehatkan.

Ketua Umum Pusaka Indonesia Setyo Hajar Dewantoro

Sebagaimana pesan Ketua umum Pusaka Indonesia, Setyo Hajar Dewantoro yang turut hadir di Tasikmalaya, menyampaikan bahwa belajar bertani selaras alam adalah kontribusi besar untuk pemulihan bumi. “Maka kalau kita peduli pada kehidupan kita dan kehidupan anak cucu ke depan, jangan sampai mewariskan tanah yang tidak bisa ditanami, kita harus berbuat sesuatu. Filosofi dasarnya sederhana, jika kita sudah dikasih makan sama bumi, maka kita harus menghormati dan memuliakan bumi,” pesannya. 

 

Fathul Hadi (Peserta Workshop Sigma Farming 1 Tasikmalaya) dan Sari Mariyosse (Tim Sigma Farming Academy)