Skip to main content

Keberadaan hutan beserta keanekaragaman hayati (biodiversitas) di dalamnya sangat penting dalam keberlangsungan hidup atau keseimbangan Bumi ini. Dengan keseimbangan akan menciptakan keselarasan dalam menunjang pola hidup yang sehat, bahagia, serta menjaga dari timbulnya bencana. Sebagai contoh keberadaan air bersih menjadi kebutuhan mendasar, hal ini sangat ditopang oleh keberadaan hutan dan keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang optimal. 

Ekosistem hutan memiliki manfaat yang sangat banyak, di antaranya dari sisi kualitas tanah yang selalu ada pembaharuan atau pelestarian kesuburan tanah, terlihat dari ketebalan solum/humus tanah yang berada di lantai hutan; dari sisi jenis tertentu diambil dari kulit, batang dan buah sebagai bahan baku farmasi, kosmetik, obat, kerajinan, bahan baku industri. 

Manfaat lain dari ekosistem hutan adalah kemampuan alami dalam mitigasi kekeringan dan banjir; detoksifikasi dan pengurai limbah yang dapat mencemari lingkungan akibat pembuangan sampah, pertanian dan perkebunan yang massif menggunakan bahan kimia; mengendalikan hama penyakit pertanian yang berpotensi menurunkan kualitas tanaman budidaya; perlindungan erosi; terjaganya mata air; menciptakan iklim lokal serta moderasi cuaca ekstrem yang dapat memberi dampak merusak; dan menciptakan keindahan estetika dan rangsangan rasa syukur atas anugrah Gusti.

Lebih dari itu, berdasarkan pengalaman pribadi penulis, masyarakat lokal yang ada di Papua juga memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam hutan untuk meramu obat-obatan seperti buah merah, sarang semut, dan akar kuning. Meskipun demikian, masih ada banyak sumber daya yang belum disentuh sebagai bahan baku yang bernilai tinggi, salah satunya kulit Pohon Masoi sebagai bahan baku kosmetik maupun minyak atsiri. 

Alih Fungsi Hutan di Kalimantan Timur

Dewasa ini, ancaman deforestasi kian nyata. Dengan kondisi hutan yang masih sangat baik saja, pada saat hujan turun tetap menyebabkan erosi ringan. Sedimen lumpur yang masuk ke dalam sungai akan pulih dalam beberapa menit atau jam saja setelah hujan reda. Hal ini akan berbeda pada kondisi hutan sudah mulai terdegradasi atau hutan monokultur/homogen, hujan akan berdampak jauh lebih besar. Debit air yang tidak bisa ditahan oleh perakaran tanaman mengakibatkan erosi yang masif. Sedimen yang terbawa aliran air mengakibatkan pendangkalan di hilir sungai. Lebih dari itu, volume tanah permukaan atau top soil juga terbawa oleh aliran air yang mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah.

Melihat posisi Indonesia yang berada di garis Khatulistiwa dan memiliki luasan hutan hujan tropis yang cukup besar tentu menjadi harapan keseimbangan di bumi, tetapi kondisi ini menjadi renungan bahwa keberadaan hutan sudah mulai berkurang drastis. Gambaran laju deforestasi dapat terlihat dari perubahan tutupan lahan dari citra atau potret udara lainnya. 

Salah satu contoh terlihat dari wilayah daerah aliran sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, dalam rentang 1 tahun terjadi gradasi warna dari hijau tua ke hijau kekuningan sampai kecoklatan seluas +- 1000 Ha. Kebijakan pemerintah dalam memberikan izin maupun pihak berwenang dalam menangani tindakan kerusakan hutan perlu lebih serius terhadap banyaknya praktik pertambangan ilegal atau alih fungsi lahan.

Penanaman Bambu di Hutan Surgawi Malang

Sebagai langkah nyata, Pusaka Indonesia melalui subbidang Akademi Bumi Lestari mulai berkontribusi dalam menciptakan, dan mendukung kelestarian hutan dengan membangun Hutan Surgawi perdana yang berlokasi di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Info selengkapnya mengenai Hutan Surgawi Malang Selatan bisa diakses di sini: https://pusakaindonesia.id/hutan-surgawi/ 

 

Denny Riswana
PIC Riset Akademi Bumi Lestari Pusaka Indonesia

Sumber foto: bbc.com dan ottimmo.ac.id