Bertani tak harus di lahan luas. Pekarangan rumah dengan lahan terbatas bisa dikelola menjadi kebun yang bermanfaat sebagai sumber pangan dan kesehatan keluarga. Sebagai kader Pusaka Indonesia saya sudah lama mengikuti kiprah Sigma Farming Academy (SFA) dengan program Kebun Surgawi (KS), saya baru bergabung dengan mendaftarkan pekarangan rumah saya di Ubud Gianyar Bali empat bulan lalu, dan terdaftar sebagai KS 33.
Ukuran KS 33 cukup mini, hanya 16 meter persegi. Kondisi awalnya berupa lahan pekarangan biasa yang ditanami rumput dan tanaman hias, dan pohon jambu biji yang kondisinya sakit terserang hama kutu putih. Tanahnya memang kurang subur, cukup keras, dan selama ini dirawat dengan pupuk kimia sintetik.
Proses awal pemulihan lahan dimulai dengan membuat bedengan. Saya membuat 5 buah bedengan yang dicampur dengan kompos setengah matang. Kompos saya dapatkan dari daun-daun kering memang cukup banyak dari tanaman di sekeliling yang disapu setiap hari. Saya sudah memilah sampah dengan memisahkan dedaunan kering serta sampah organik di dalam tong tersendiri, yang kemudian terurai menjadi kompos.
Baca juga: Kebun Surgawi 78: Menghidupkan Tanah, Mengedukasi Generasi
Setelah bedengan jadi, bibit pertama yang ditanam di bedengan adalah kangkung, sementara untuk cabe dan terong disemai terlebih dahulu dalam wadah semai yang terbuat dari daun, setelah tumbuh daunnya baru dipindah ke bedengan. Proses perawatan secara rutin menggunakan amunisi-amunisi wajib metode Sigma Farming, seperti Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2, Liquid Manure, Asam Amino, Eco Enzyme, plantonik sargassum, dan pestisida nabati untuk mengatasi serangan hama.
Setelah merawat kangkung selama 25 hari, sudah waktunya kangkung dipanen. Tak menunggu lama, sayur kangkung hasil panen pun saya masak. Saya mendapatkan rasa kangkungnya lebih segar dan renyah. Tidak mengherankan, karena skor hasil panen kangkung ini adalah 5 dari skala 0-10 dalam penilaian evaluasi Sigma Farming, cukup baik untuk kebun yang baru saja bergabung.

Panen Sayur Kangkung KS 33 Ubud
Sedangkan pada bedengan lainnya, saya menanam berbagai jenis herbal, seperti temu ireng, temu mangga, serai, jahe emprit, dan kunyit putih. Tak hanya itu, untuk memaksimalkan ruang yang terbatas, KS 33 juga menggunakan planter bag untuk menanam ubi cilembu dan tanaman daun sirih yang akan dirambatkan.
Menurut Noviyani, Kapten KS SFA Bali, KS 33 ini merupakan salah satu lahan percobaan untuk menguji cara mengatasi hama uret dengan alami. “Hama uret itu biasanya memakan akar tanaman muda, dan saya menemukan uret ini di dalam kompos setengah matang yang digunakan dalam campuran bedengan. Namun saya biarkan untuk melihat apa yang terjadi,” kata Novi.
Baca juga: Si Cantik yang Beracun, Pemanfaatan Bunga Mentega Sebagai Pestisida Nabati
Setelah empat bulan, ternyata tanaman-tanaman yang ditanam di KS 33 tumbuh subur, tidak mati atau layu seperti biasanya tanaman muda yang digerogoti hama uret. Kesimpulan Novi, ternyata hasil uji coba ini cukup berhasil menyelamatkan tanaman muda. “Ketika uret diberikan makanan dalam bentuk kompos setengah matang, ternyata akar tanaman muda cukup aman tidak menjadi sasaran uret, yang sibuk memakan kompos, dan tidak mengganggu akar tanaman,” kata Novi.

Membuat polibag dari daun pisang
Untuk saya sendiri, sebagai petani pemula, mengolah lahan mini di pekarangan ini memberikan banyak pembelajaran tentang berfokus pada proses, tidak memaksakan hasil sesuai kemauan ego, konsisten, dan berlatih ketulusan untuk merawat tanaman ini tanpa berharap hasil yang instan. Rasanya ada sukacita yang sederhana ketika melihat tanaman cabe yang meninggi dan mulai berbuah kecil-kecil, hasil panen kangkung yang segar dan renyah, dan melihat pohon jambu yang tadinya sakit sekarang lebih segar dipenuhi daun baru dan hama kutu putihnya juga berkurang banyak.
Anda yang berminat berkebun dengan cara alami dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, bisa mencoba metode Sigma Farming ini. Lahan terbatas bukan hambatan, mulai dari kecil dan sederhana. Sehatkan keluarga dari pekarangan sendiri.
Baca juga: Solusi Keterbatasan Lahan dalam Menanam, Metode Sigma Farming
Nenden Fathiastuti
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali dan Pengelola KS 33