Skip to main content

Sejak panen singkong diumumkan sebagai kegiatan resmi Pusaka Indonesia Wilayah Jatim pada bulan Februari, saya sangat antusias untuk mengikutinya. Maka tibalah saatnya pada hari Minggu, 18 Februari 2024, sebanyak 18 kader Jatim kembali berkumpul untuk beraksi dalam kegiatan Sigma Farming. Aksi kali ini dilakukan di Kebun Surgawi (KS) 26 Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, yang dikelola oleh Ketua Pusaka Jatim, Dudik Dwijatmiko. Selain panen singkong, kami akan bersama-sama membuat amunisi atau pupuk andalan Sigma Farming, yakni Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1 dan 2

Sebagaimana tagline Pusaka, yaitu hening dan beraksi. Maka, setiap kegiatan selalu diawali dengan hening cipta. Kami diajak untuk masuk ke dalam keheningan, menyadari anugerah Tuhan dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, sehingga muncul rasa syukur dan sukacita dalam menjalani hidup. Setelah itu, kami menuju ke KS 26, yang letaknya berada di belakang rumah Dudik. Sesampainya di kebun, saya melihat beberapa macam tanaman yang semuanya tampak sehat, termasuk pohon singkong yang terlihat berbeda dari singkong biasanya. Pohonnya tinggi, batangnya besar, banyak cabang, dan rimbun.

Ketakjuban semakin bertambah ketika melihat beberapa orang mencoba secara bergantian untuk mencabut paksa pohonnya, namun tidak berhasil. Akhirnya kami menggali tanah bedengan di bawah pohonnya. Sesaat kemudian, umbi singkong mulai terlihat, dan “Wow”, itulah kata paling tepat untuk mengungkapkan rasa takjub kami semua. Bagaimana tidak, kami menemukan umbi singkong yang tidak umum di pasaran. Umbinya banyak, panjang, dan besar, sebesar paha orang. Dalam hati saya berkata, “Baru kali ini saya melihat singkong sebesar itu.” 

Penggalian terus dilakukan, saking gemburnya tanah bedengan. Mudhar, salah satu kader Pusaka Jatim, menggali tanah hanya dengan tangannya. “Wah, rupanya ini nih yang membuat singkongnya bahagia,” candanya ketika menemukan cacing tanah saat menggali. 

Setelah penggalian dirasa cukup, Mudhar pun mencoba mengangkat pohonnya, namun terlihat kerepotan. Ia harus dibantu satu orang untuk mengangkat dan memindahkannya ke tempat yang agak lapang. Saya mengetahui beratnya setelah di rumah. Saya menimbang singkong yang saya bawa pulang dengan berat berkisar antara 1 hingga 1.5 kilogram per satuannya. 

Setelah satu pohon berhasil dipanen, kami bergeser ke pohon lainnya. Total sebanyak 11 tanaman singkong berhasil dipanen. Rata-rata semua pohon menghasilkan umbi yang sama besar dan panjang, hanya satu pohon yang mendapatkan jumlah umbi lebih sedikit dibanding lainnya. Usut punya usut, ini disebabkan karena jarak tanam yang terlalu dekat. Hal ini dimungkinkan karena selain memang ini pertama kali kami menanam singkong ala Sigma Farming, hasil panen ini juga sebagai bahan riset untuk penanaman singkong selanjutnya. Sebagai catatan, selain jarak tanam, faktor lain yang menentukan hasil panen adalah proses pembibitan, teknik penyambungan, dan sebaran cahaya matahari, serta perawatan yang menggunakan metode Sigma Farming.

Seusai panen, kami juga mendapatkan pelatihan cara menanam singkong ala Sigma Farming, mulai dari cara membuat bedengan, memilih bibit yang bagus, cara pembibitan, cara penyambungan (grafting), hingga teknik perawatannya. Salah satu bagian penting dari penanaman singkong Sigma adalah penyambungan antara bibit singkong utama dengan singkong karet. Selanjutnya adalah cara penanaman, bibit singkong utamalah yang ditancapkan di tanah bedengan untuk dibuahkan, sedangkan batang utamanya adalah singkong karet.

Singkong hasil panen selanjutnya dicuci sebelum nanti dibagikan kepada para peserta sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Sebagiannya ada yang sengaja dimasak untuk dinikmati di tempat kegiatan. Sajian singkong rebus rasanya enak, manis, empuk, tidak ngayu (tidak mengeras atau berubah jadi kayu), dan tidak berserat. Karena saking besarnya, makan satu potong aja rasanya sudah kenyang. Untuk kebutuhan rumah tangga, ada cara unik saat memanen singkong. Singkong diambil seperlunya saja, tidak dicabut semua beserta pohonnya. 

Jadi, apakah masih meragukan berkebun dengan metode Sigma Farming? Kalau saya sih tidak, karena saya telah membuktikan sendiri bahwa metode Sigma Farming memang menghasilkan buah yang bagus, banyak, besar, dan sehat tanpa mengeksploitasi tanah.

 

Yahya Firmansyah

Kader Pusaka Indonesia wilayah Jawa Timur