Skip to main content

Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-54, kader Pusaka Indonesia-Tasikmalaya, berkolaborasi  kembali dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, melanjutkan program Pusaka Indonesia yaitu Konservasi Air Tanah #1, yang berlangsung pada 22-24 Maret 2024 lalu. Deviani berkolaborasi dengan Deni Diyana, Kader Pusaka Indonesia yang juga Kepala DLH Kota Tasikmalaya untuk melakukan aksi penanaman pohon di lahan konservasi wilayah kerja DLH. Hal ini dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk menjaga ketersediaan air tanah Kota Tasikmalaya. Pada musim kemarau tahun lalu, Kota Tasikmalaya mengalami kekeringan di beberapa tempat, sehingga mengakibatkan pengiriman air bersih oleh Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) meningkat.

“Tanggung jawab semua pihak adalah menjaga bumi tetap lestari, dengan menjaga lingkungan. Di sektor pemerintahan DLH memiliki tugas utama dalam menjaga lingkungan, itulah sebabnya saya sebagai kader Pusaka Indonesia berinisiatif berkolaborasi dengan DLH Kota Tasikmalaya,” ungkap Deviani sebagai alasan untuk berkolaborasi. 

Di sisi lain, Deni memiliki alasan sendiri mengapa ia mau berkolaborasi dengan Kader Pusaka Indonesia.  Di hadapan tim DLH, Deni menyatakan, “Karena tujuannya murni untuk pemulihan bumi, penghijauan, dan lainnya, tanpa ada motif lain,” kata Deni.

Kamis pagi, tanggal 18 April 2024 kami beserta tim Konservasi DLH berangkat ke Gunung Kokosan, salah satu dari sebelas lahan konservasi DLH yang terletak di Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Setibanya di lokasi, saya cukup kaget melihat kegiatan penambangan pasir tepat bersebelahan dengan bukit Gunung Kokosan milik Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya. Alat berat excavator dengan rakusnya mengeruk bukit hingga mencapai  batas lahan konservasi, sementara belasan mobil truk kosong terparkir menunggu giliran untuk diisi.

Pada tahun 2022 sebagai upaya mempertahankan mata air agar tidak dirusak oleh para penambang pasir, Pemkot Tasikmalaya membeli bukit ini dari masyarakat secara bertahap. Bukit ini memiliki permukaan yang cukup landai, ditumbuhi banyak pohon bambu yang rindang. Bambu dapat menyimpan cadangan air bawah tanah hingga 240% lebih banyak dibandingkan hutan pinus, atau sekitar 5.000 liter pada satu rumpun bambu. Bambu berkembang biak secara vegetatif atau tanpa perkawinan, berasal dari tunas yang keluar dari pangkal tumbuhan dan ruas-ruas akar rimpang. Melimpahnya pohon bambu memudahkan kami mendapatkan bibit untuk ditanam kembali di sekitaran bukit Gunung Kokosan yang membentuk pagar batas. Pekerja lapangan DLH telah menyiapkan 100 (seratus) batang bambu dan membantu menggali 30 (tiga puluh) lubang untuk menanam bambu tersebut. 

 Sebelum menanam bibit bambu, Deviani memperkenalkan dan menjelaskan penggunaan pupuk organik ala Sigma Farming kepada tim konservasi dan pekerja lapangan DLH. Pupuk organik Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 1  dan BPT Sigma 2 yang sudah divorteks, persiapan dari rumah, untuk diaplikasikan saat penanaman bibit pohon bambu. Tim konservasi DLH terlihat antusias saat mereka melakukan aksi penanaman pohon, dengan harapan akan membawa manfaat yang baik.

Deni mengajak kami ke sumber mata air yang terletak tidak jauh dari lokasi penanaman. Sumber mata air ini berada di bawah hutan bambu, menghasilkan air yang jernih dan sejuk, serta mengalir ke 3 (tiga) kecamatan sekitar yang menjadi sumber kehidupan bagi ribuan penduduk. Jika tidak ada upaya revitalisasi dan konservasi air tanah sekarang, perlahan sumber mata air akan mengering. Tidak hanya saat peringatan Hari Bumi, kedepannya akan dipantau lahan konservasi yang telah ditanam untuk memastikan tanaman tersebut dirawat dan melanjutkan revitalisasi ke 10 (sepuluh) lahan konservasi lain. Telah diberikan 14 gram dan 5 bungkus Bakteri Pemulih Tanah (BPT) Sigma 2 untuk perawatan kepada pekerja lapangan DLH yang bertugas menjaga dan merawat bukit Gunung Kokosan.

Aksi Penanaman Pohon Bambu Di Gunung Kokosan

Mengenai aksi penanaman ini, Deni menyatakan, “Aktivitas penambangan (pasir) seperti ini di kawasan hutan konservasi, kita tidak bisa menyalahkan karena itu lahan pribadi, namun yang penting di sini adalah upaya kita. Barusan kita menanam pohon bambu sebagai upaya revitalisasi kawasan konservasi, agar lahan yang digusur untuk penambangan dapat tergantikan dengan menanam pohon lebih banyak lagi. Terima kasih kepada kader Pusaka Indonesia-Tasikmalaya yang telah turut berkontribusi dan bergandengan tangan bersama kami dalam upaya-upaya konservasi. Ini merupakan langkah pertama, hari pertama, dan akan kita jadwalkan berikutnya pada beberapa bukit yang harus kita revitalisasi. Terima kasih.”

 

Lutfi Daya

Kader Pusaka Indonesia – Jawa Barat