Skip to main content

Upaya memulihkan tanah yang rusak dan merawat sumber mata air terus dilakukan oleh anggota Pusaka Indonesia wilayah Yogyakarta. Setelah workshop tiga hari yang diikuti oleh para pegiat pertanian organik Sigma Farming awal November lalu, para kader Pusaka Yogyakarta mengunjungi area pembuatan kompos dan penanaman pohon di dekat mata air di daerah Karangrejo, Karangnongko Tirtomartani, Kalasan (17/11).

Salah satu agenda kegiatan pagi itu adalah mengecek dan mengaduk Kompos Sigma 2 dan Kompos Sigma 3 yang sudah dibuat. Pada workshop Sigma Farming lalu, para fasilitator menekankan pentingnya pemberian kompos pada lahan. Bahkan, kompos disebut sebagai jantungnya kebun. Kompos Sigma 2 terbuat dari kotoran hewan yang dipercik vorteks Bakteri Pemulih Tanah (BPT) 1 dan BPT 2. Namun, jika di area tempat tinggal sulit menemukan kotoran hewan, kita tetap bisa membuat kompos Sigma dengan bahan yang mudah didapat di sekeliling kita. Rumput liar dan daun-daun kering dapat disulap menjadi kompos dengan dipercik vorteks secara rutin. 

Pada lahan yang terbatas, kita bisa membuat kompos versi mini seperti yang dibuat di Kalasan, Yogyakarta. Caranya mudah, tumpuk daun hijauan dan daun kering secara berselang-seling di dalam jaring kawat yang sudah dibentuk melingkar seperti tabung. Setelah itu percik dengan vorteks seminggu sekali atau bisa juga menggunakan air beras. Inilah yang disebut Kompos Sigma 3. 

Ni Kadek Dwi Noviyani (Novi), Koordinator Sigma Farming Academy (SFA) menghimbau para kader supaya rutin mengecek dan mengaduk kompos untuk mempercepat proses dekomposisi atau penguraian bahan-bahan kompos. Pengadukan kompos lebih baik dilakukan dua minggu sekali atau jika tidak memungkinkan bisa dilakukan sebulan sekali. 

“Jaga kelembaban kompos agar organisme dan mikroorganisme pengurai bisa bekerja maksimal. Jika kompos kering bisa basahi dengan air, tapi  tidak sampai becek, hanya lembab saja,” tambah Novi. 

Jika prosesnya dilakukan dengan baik, maka  amunisi-amunisi tersebut bisa bekerja optimal dalam membantu memulihkan tanah yang rusak. Inilah kunci pertanian organik yang selaras alam ala Sigma Farming, tanah yang pulih akan menghasilkan tanaman dan sumber pangan yang sehat.

Observasi Bibit Pohon

Perawatan Bibit Pohon Baru Ditanam

Tak hanya merawat amunisi, para kader Pusaka Yogyakarta juga mengobservasi beberapa bibit pohon yang ditanam saat workshop antara lain Beringin (ficus benjamina), Cendana Bali  (santalum), dan Nam-nam (cynometra cauliflora). Salah satu program Pusaka di bawah koordinasi Akademi Bumi Lestari tengah menggalakkan penanaman pohon-pohon yang berperan penting dalam konservasi air seperti pohon beringin. Pohon-pohon tersebut ditandai dan diberi label nama untuk memudahkan pengawasan. Tim Pusaka Yogyakarta juga memastikan pohon-pohon tersebut tumbuh dengan baik dengan dipercik BPT di sekitar area penanaman, di Dusun Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman.

Ketua Wilayah Pusaka Yogyakarta, Robertus Suprobo Jati, menuturkan bahwa edukasi akan kesadaran melestarikan lingkungan tidak cukup dengan kegiatan sosialisasi, tetapi juga harus dengan keteladanan. “Masyarakat perlu merasakan manfaat nyata dari gerakan kita dan mereka butuh teladan dari kami sebagai inisiator gerakan pemulihan tanah,” tambahnya.

Kegiatan pagi itu memberi banyak pembelajaran bagi kader Pusaka Yogyakarta. Tak hanya melatih berkolaborasi dengan ketulusan, kami juga belajar mengamati proses natural yang terjadi di alam dari proses pengomposan. Hewan-hewan kecil, seperti semut, uret, dan rayap membantu penguraian daun-daun, jerami, dan kotoran hewan yang nantinya akan menjadi kompos kaya nutrisi bagi tanah dan tanaman. 

Jika membuat kompos bisa semudah ini, tak ada lagi alasan untuk tidak membuat kompos. Mari mengompos di rumah!

 

Wening Frikiyati
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta