Retreat adalah salah satu cara untuk mengambil jeda dari kesibukan sehari-hari, dan menengok ke dalam untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh Sang Jiwa. Martina Pratiwi pembelajar keheningan dari Jakarta, menuliskan pengalaman otentik akan perubahan dirinya setelah mengikuti tiga retreat yang diampu oleh Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD). Berikut tulisannya yang dikirimkan ke Guru SHD dalam sebuah catatan pesan di whatssap.
“Saya mau mengucapkan terimakasih yang mendalam untuk Mas Guru atas pengalaman retreat yang luar biasa❤️
Bermula dari diumumkannya Retreat di Bogor pada bulan November 2020. Ada panggilan yang begitu kuat untuk datang. Teringat dengan jelas, tanpa memurnikan jiwa raga dengan sungguh-sungguh, sesibuk apapun mengubah yang situasi diluar tidak akan bisa tercapai. Saya memberanikan diri untuk daftar dan datang meskipun belum mengenal siapapun tanpa sepengetahuan orangtua. Sepulang dari Retreat di Bogor, teman-teman yang biasa bekerja bersama satu kantor mengalami PHK, tidak diperpanjang dan resign. Saya pun masuk dalam daftar nama yang mengalami restrukturisasi. Saya menyadari kehidupan mulai diselaraskan, termasuk lingkungan pertemanan. Rasa bahagia dan damai hanya bertahan beberapa hari setelah acara Retreat.
Kemudian saya mendengar bahwasanya akan diadakan kembali acara Retreat di Bulan Desember 2020. Saya beranikan diri kembali untuk datang tanpa sepengetahuan orangtua. Kebetulan saya tinggal di rumah Om Tante di Jakarta karena dekat dengan kantor. Terbersit rasa khawatir dan cemas ketika berangkat, perusahaan mengalami efisiensi dan pindah ke kantor yang lebih kecil untuk menstabilkan cash flow saat saya hendak berangkat ke Salatiga. Saya pasrah dan berserah diri bila memang harus melepas kemelekatan jabatan di perusahaan. Saya mohon doa restu dari Mas Guru saat berangkat. Rasa bahagia dan damai juga hanya bertahan beberapa hari setelah acara Retreat.
Kehidupan saya betul-betul berubah di perusahaan sehingga harus bertanggungjawab terhadap 3 pekerjaan sekaligus. Pekerjaan saya di HR mulai diambil alih oleh partner kerja perlahan-lahan dan saya pasrah. Tapi anehnya saya mulai menikmati hidup dengan momen kekinian seperti rasa haru saat daun trembesi berjatuhan ditiup angin, angin menerpa kulit dan tubuh merasakan panas sinar matahari. Saya tidak begitu banyak pikiran mengenai pekerjaan dan perusahaan.
Maret 2021 saya mendapat kabar bahwasanya akan diadakan acara Retreat kembali. Saya dan kakak sudah menyiapkan budget khusus untuk bisa berangkat bersama. Namun di awal bulan budget yang sudah dipersiapkan tersebut dipinjam oleh Om kami dan ternyata tidak bisa dikembalikan dalam waktu dekat. Kami benar-benar pasrah. Keuangan mengalami krisis dan kami berpikir batal ke Dieng. Namun entah kenapa panggilan jiwa ke Dieng betul-betul kuat saat itu. Mungkin niat dan ketulusan kami diuji dan sisi gelap kemelekatan terhadap uang juga harus dilampaui. Saya hening selama beberapa minggu dan mendapatkan tuntunan melepas beberapa saham. Sedangkan kakak menggunakan tabungan tersisa. Kami pun berangkat tanpa sepengetahuan orangtua.
Sepulang dari acara Retreat Dieng, saya dituntun untuk menyewa sebuah kamar kost di dekat kantor. Saya dan kakak berencana pindah dan hidup mandiri. Namun sebelum betul-betul pindah, saya mendapatkan tuntunan untuk membantu membuka jalan usaha Asinan Sayur Betawi bagi Om Tante. Usaha ini sedang kami rintis dari nol awal April 2021 ini. Bermula dari berbelanja dari satu pasar ke pasar lainnya membeli bahan-bahan, meracik bumbu kacang hingga menyebar tester. Saya berbelanja pulang kantor ke Pasar Karbela dan mulai menyiangi sayur mayur hingga jam 2 pagi. Tante menggoreng kerupuk, merebus tahu dan meracik bumbu kacang, sedangkan Om siap mengantar jemput Asinan Betawi yang sudah siap dijual dengan sepedanya dari satu tempat ke tempat lain. Dan anehnya, setelah orangtua mengetahui rencana kost ini, mereka setuju sekali. Semesta seperti memudahkan semua prosesnya. Saya bersyukur sekali.
Saya kembali pasrah ketika fisik terkuras dan mulai mengalami kelelahan dimana saya juga masih membagi waktu bekerja di kantor. Saya bersyukur sekali usaha ini tetap berjalan walaupun tidak terlibat penuh di dalamnya. Kini Tante dan Om mengelola Asinan Betawi Sayurnya dengan membeli sayur mayur di Pasar Bukit Duri. Dan saya cukup membantu semampunya saja saat ini.
Saya merasakan dan mengalami begitu banyak moment perubahan di kehidupan terjadi dalam enam bulan terakhir serta bertemu dengan keluarga jiwa saya. Momen perubahan yang semula saya pikir memberatkan, ternyata setelah mengalir membuat jiwa saya merdeka. Setelah Retreat Dieng, saya dapat menikmati momen kekinian lebih lama, hidup mengalir, lebih tenang dan damai. Saya menyadari bahwasanya ketenangan, kedamaian begitu sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehingga saya betul-betul dapat mengambil keputusan sesuai tuntunan dan terus terhubung dengan Guru Sejati. Saya bahagia dapat melewati semua proses jatuh bangunnya sampai saat ini. Biarlah selalu mendapatkan kemudahan dalam menjalani rancangan agung.
Demikian sepenggal pengalaman saya. Sekali lagi saya mengucapkan banyak terimakasih untuk Mas Guru. Rahayu.”