Skip to main content

Desa Adat Sidayu Nyuhaya, sebuah desa terpencil di pesisir tenggara Pulau Bali terletak di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung adalah desa kelahiran dan tempat tinggal hingga saat ini. Begitu banyak pelajaran hidup yang bisa saya dapatkan dari desa ini, mulai dari nilai-nilai moralitas, adat, kebudayaan, bermasyarakat, pengetahuan tentang alam dan local wisdom yang masih lestari. Kehidupan di desa menurut saya penuh harmoni yang menyenangkan, dimana setiap hari alam tidak pernah lepas dari kehidupan saya. Lingkungan yang penuh dengan hijaunya pepohonan, ladang pertanian yang menghampar luas, kicauan burung di pagi hari, deburan ombak pantai, suara jangkrik malam menjadi momen indah yang saya rasakan setiap hari.

Namun sangat disayangkan, harmoni dan keindahan yang saya rasakan ini kurang dijaga dengan baik oleh warganya, terutama terkait dengan sampah yang tidak dikelola dengan baik dan akhirnya menodai tanah yang subur dan indah ini. Kesadaran masyarakat akan pengolahan sampah sangat minim sekali, karena ketidaktahuan itu membuat masyarakat membuang sampah mereka di satu tempat penampungan yang tanpa pengolahan, dan itu menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan lingkungan.

Kehidupan manusia memang saat ini tentunya tidak lepas dari sampah, Kita ketahui bahwa saat ini sampah menjadi masalah yang krusial terlebih lagi bisa berdampak buruk bagi lingkungan ketika kita belum mampu mengolah sampah tersebut dengan baik dan benar. Saya tahu betul kalau hal ini tidak mudah, tetapi kalau kita punya kesadaran bersama dan bisa memulai dari hal yang kecil itu bisa menjadi gerakan yang kolektif yang bisa berdampak pada lingkungan kita dan tentu saja berdampak besar terhadap alam tempat kita tinggal. Salah satu solusi yang bisa kita lakukan saat ini adalah pengolahan sampah organik yang sederhana, mudah, murah dan tentunya bisa di terapkan oleh perseorangan ataupun dari lingkungan keluarga.

Sampah organik merupakan sampah yang mudah terurai sendirinya oleh alam. Seperti daun kering, sisa sayuran, sisa makanan maupun bahan lainnya. Mengapa kita perlu mengolah sampah organik? Kita tahu bahwa 60-70% sampah yang kita hasilkan adalah sampah organik belum lagi jika sampah tersebut tidak kita diolah itu bisa menjadi sumber bau dan dapat menyebabkan penyakit. Ketika kita mampu mengolah sampah organik dengan baik maka dapat memberikan manfaat sirkular bagi alam, yaitu mengembalikan unsur hara kembali ke tanah.

Bagi sebagian besar masyarakat awam, pengolahan sampah organik biasa disebut kegiatan mengompos. Semua jenis sampah yang dapat terurai/dekomposisi secara alami bisa kita jadikan sebagai bahan untuk mengompos. Jenis-jenis sampah yang dipakai beragam yang dihasilkan dari limbah dapur kita di rumah, mulai dari sisa-sisa potongan buah atau sayuran mentah sisa konsumsi seperti nasi atau roti basi, sampah dari halaman seperti daun kering atau dahan pohon, dan kotoran hewan pun bisa kita jadikan bahan untuk mengompos. Intinya semua sisa-sisa sampah yang berasal dari bahan yang alami bisa kita pakai untuk mengompos.

Mengolah sampah organik sebetulnya tidaklah sulit, namun memang membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat untuk turut berkontribusi menjaga Ibu Bumi. Dari pengalaman seorang kader Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah, Sari Marieyosse, saya belajar cara mengompos yang bisa kita terapkan secara perseorangan maupun dari lingkungan keluarga dengan sederhana, mudah dan murah. Begini caranya:

CARA MENGOMPOS – SISTEM KUBUR

  1. Gali tanah sesuai dengan sampah organik yang akan ditimbun.
  2. Masukkan sampah organik lalu timbun kembali menggunakan tanah.

sumber https://www.instagram.com/plastavfall/

 

foto-foto https://www.instagram.com/plastavfall/

Cara MENGOMPOS – MENGGUNAKAN WADAH

Hal-hal yang perlu dipersiapkan (Pilih yang paling mudah menurut anda)

  1. Wadah yang akan digunakan, bisa berupa pot bekas/ember bekas/kaleng cat bekas yang dilubangi bagian bawahnya atau bekas karung beras yang terbuat dari plastik.
  1. Sampah oganik hijau seperti sisa kulit dan potongan buah, sisa potongan sayuran yang masih mentah, cangkang telur, ampas kopi, rumput, dan sejenisnya.
  1. Sampah organik coklat misalnya daun kering, ranting, bubuk/sisa gergajian, serutan kayu, sekam, dan sejenisnya.
  1. Media tanam dan/atau pupuk kandang/kohe yang sudah difermentasi (jika ada)
  2. Bioaktivator misalnya air cucian beras/air gula jawa/air gula merah/air rendaman tempe busuk/air kelapa basi/ buah-buahan yang hampir busuk.

CARA MENGOMPOS

  1. Siapkan wadah.
  2. Masukkan sampah coklat/kering.
  3. Masukkan tanah & pupuk kandang (jika ada).
  4. Masukkan sampah hijau/sampah dapur/sampah basah.
  5. Semprot/ciprat dengan bioaktivator supaya lembab.
  6. Tutupi lagi dengan sampah coklat/sampah kering.
  7. Tutup wadah

PANEN KOMPOS

Berapa hal yang perlu diperhatikan ketika panen kompos :

  • Sebaiknya komposter dialasi atau ditaruh diatas bebatuan/tanah karena akan menghasilkan air lindi (pupuk organik cair). Air lindi dapat ditampung, lalu diamkan kurang lebih semalam-satu hari dalam keadaan terbuka.
  • Pupuk organik cair (poc) ini bersifat konsentrat, sehingga perlu diencerkan dulu dengan air sebelum digunakan untuk menyiram tanaman.
  • Pupuk organik cair akan dihasilkan setelah kurang lebih 2-3 hari.
  • Selama menunggu kompos padat jadi, boleh diaduk sesekali.
  • Kompos dapat dipanen apabila keadaannya sudah menyerupai tanah dan tidak berbau. Jika masih terlalu basah, silakan dijemur dulu, lalu diayak/disaring. Tanah halus dapat langsung dipakai sebagai media tanam. Sedangkan yang masih belum terurai (misal biji-bijian yang keras) bisa langsung dimasukkan komposter lagi.

PRINSIP MENGOMPOS

  • Pasti berhasil.
  • Jika komposter terlalu basah, tambahkan sampah coklat.
  • Jika komposter terlalu kering, semprotkan bioaktivator agar lembab.
  • Jika komposter terlalu bau, tambahkan sampah coklat.
  • Komposter yang aktif biasanya akan terasa hangat.
  • Masa penguraian dan hasil akhir akan berbeda-beda, tergantung komposisi sampah organik yang kita masukkan.
  • Jika ingin menghindari bau busuk berlebihan dan ingin mempercepat proses penguraian, disarankan untuk TIDAK memasukkan sampah sisa makanan yang sudah dimasak (misal, sisa sayur, daging, tulang dan duri).
  • Kompos yang matang sempurna akan berbau tanah dan berwarna hitam/coklat kehitaman.

Demikian tips bagaimana cara mengompos dari Sari Marieyosse yang bisa kita terapkan di keseharian kita di rumah tangga, dan dengan langkah kecil ini pula saya bisa berkontribusi untuk menjaga keindahan dan kesuburan alam desa tempat saya tinggal agar tetap lestari.

Penulis I Kadek Cahya Adi Wardana, mahasiswa, tinggal di Klungkung – Bali.