Pussaka – Sebenarnya politik itu memang jalan bagi siapapun yang punya niat menata negara. Pertanyaan pada judul itu muncul karena faktanya, mayoritas orang yang terjun ke politik, praktiknya beda dengan niat. Meski niat bagus, kenyataannya banyak orang yamg terjun ke politik malah menjadi bagian dari pihak yang merusak negara dengan sikap yang koruptif. Sementara yang bertahan dalam idealisme pasti dikucilkan. Dalam kacamata banyak orang, politik telah jadi wilayah yang menyeramkan, tempat dimana “yang kuat menindas yang lemah, penghianatan, penghalalan segala cara karena ambisi”, menjadi warna keseharian.
Partai politik yang didirikan dengan konsep idealis – pada praktiknya jauh panggang dari api, entah itu partai relijius maupun partai nasionalis. Terlebih jika menimbang, di balik partai politik akan bermain juga kelompok bayangan, para bandar, mereka yang coba mengendalikan negara dengan kekuatan uang. Bagi banyak orang, sungguh absurd memimpikan perubahan negara lewat jalur politik.
Saya mengerti itu semua. Tepat di titik inilah tantangan terbesar saat saya digerakkan untuk membuat parpol. Bagaimana saya memastikan parpol ini tidak hanya idealis pada konstitusinya? Bagaimana kebajikan tidak hanya ditorehkan di atas kertas tapi menjadi sebuah praxis?
Begini, ini semua tentang manusia. Manusia dengan dualitasnya, selama tidak terlatih berada di dalam keheningan, saat berhadapan dengan iming-iming kekuasaan dan uang pasti tumbang. Mereka yang tak terlatih setia pada diri sejati dan telah netral pada gemerlap dunia, pasti jatuh saat dihamparkan godaan yang menggairahkan. Justru pada titik ini pulalah terletak solusinya. Pasti berbeda praxis dan kenyataannya, jika sebuah parpol didirikan, digawangi, dijalankan, oleh orang yang terlatih lewat jalan keheningan sehingga tak lagi punya ambisi, tak punya target, netral pada uang dan kekuasaan, hanya punya kasih murni yang mengejawantah menjadi semangat pelayanan.
Baca Juga : Memadukan spiritualitas dan Politik
Nah, saya telah menjadi pakar dalam hal ini. Saat ini saya punya persediaan SDM dengan kualifikasi tercerahkan untuk menjadi motor parpol yang saya dirikan. Saya tidak mengajak orang terkenal dan punya banyak uang. Itu bukan hal yang diandalkan oleh parpol yang hendak saya dirikan. Kekuatan parpol ini adalah pada keberadaan orang-orang tercerahkan yang siap menjalankan lakon satria pinandita. Dan selanjutnya, parpol ini merekrut kader atas dasar kesiapan menjalankan lakon sebagai patriot yang murni, gak sembarang comot. Saya tak peduli soal kemenangan atau suara, saya hanya berfokus membangun kekuatan yang solid – sebagai benteng terakhir NKRI.
Saya sudah buktikan tim saya meski tak terlihat, sangat solid, sehingga bisa mengawal bangsa ini sampai selamat dari issue pandemi yang dibuat orang-orang yang punya kekuasaan.
Sekarang saatnya bergerak lebih lanjut, memastikan NKRI yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja.