Skip to main content

Mungkin banyak yang baru pertama kali mendengar tentang Trisakti Pancasila. Apakah itu Trisakti Pancasila? Mari kita segarkan lagi ingatan kita tentang apa itu Trisakti Pancasila, dan maknanya dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Trisakti Pancasila adalah berbudaya sesuai jati diri, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik, yang telah dirumuskan oleh para Founding Fathers bangsa Indonesia. Senyatanya Trisakti Pancasila adalah jalan kebangkitan untuk menata bangsa di tataran praktis.

Mengapa harus dihidupkan kembali? Karena faktanya, Trisakti Pancasila sudah lama dilupakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita sebagai orang Indonesia. Ketua Umum Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG), Setyo Hajar Dewantoro, mengurai kembali dengan detail setiap rumusan Trisakti Pancasila dan bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berbudaya sesuai Jati Diri Bangsa

Bangsa Indonesia seharusnya hidup berbudaya sesuai dengan jati diri. Pada kenyataannya, saat ini kita bisa melihat dengan gamblang bahwa sangat sulit menemukan warga bangsa, para pemimpin di lembaga-lembaga pemerintahan, atau para pejabat yang sungguh-sungguh hidup sesuai jati dirinya. Secara faktual, manusia yang hidup di negeri ini pada saat ini hidup dengan pikirannya sendiri, langkah keputusannya cenderung hanya menggunakan pikiran egoistiknya. Sementara, kita punya jalan spiritual bangsa yang pada saat ini menjadi dasar negara kita, yaitu Pancasila.

Pada kenyataannya Pancasila hanya menjadi hiasan verbal semata, hanya diucapkan dan dimengerti secara kognitif, tidak sungguh-sungguh menyala di dalam sanubari dari mayoritas bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila tidak sungguh-sungguh mendasari proses pengambilan keputusan yang berdampak pada nasib orang banyak, mewarnai laku keseharian dari para pemimpin bangsa dan elemen-elemen masyarakat di negeri ini. Hal ini berdampak pada jarak yang sangat jauh dengan cita-cita NKRI. Tingkat kesatuan kebersamaan dari bangsa kita sedang sangat rentan. Terlalu banyak konflik atas nama sentimen agama, perbedaan kelas sosial, dan sebagainya.

Hal ini terjadi karena kita melupakan nilai Pancasila. Pancasila adalah pembentuk jati diri bangsa. Pancasila adalah dasar untuk membangun budaya luhur yang memastikan kejayaan dari bangsa Nusantara. Ketika dilupakan jelas membuat diri kita sendiri tidak bisa mencapai rancangan agung atau kejayaan yang menjadi impian agung kita bersama.

Berdikari secara Ekonomi

Bangsa kita yang dianugerahi dengan kekayaan sumber daya yang luar biasa, baik Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), maupun sumber daya lainnya, namun kita belum menjadi bangsa yang sejahtera dan berkeadilan. Sebagian orang tentu saja sudah mengalami kesejahteraan finansial, tetapi nilai kesenjangan finansial di negeri ini sangatlah besar. Mayoritas rakyat masih hidup di dalam batas kemiskinan, banyak yang belum sejahtera. Hal ini tidak patut terjadi karena kita punya kekuatan yang luar biasa untuk membuat kesejahteraan ini dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Ini bisa terjadi karena kita belum berdikari. Sebagai sebuah bangsa, kita belum menyelaraskan antara ekspor dan impor kita yang membuat kita tidak tergantung pada mereka yang ada di luar sana. Pada skala individu, kita lebih banyak menjadi konsumen, belum menjadi produsen. Kita belum menjadi bangsa penuh karya dan mandiri dengan kekuatan kita sendiri.

Berdaulat secara Politik 

Faktanya kedaulatan bangsa kita mengalami kesenjangan antara idealitas dengan realitas. Idealitasnya kita menjadi bangsa yang berdikari. Contohnya isu kedaulatan politik, seharusnya pemerintah mengambil keputusan dengan hikmat kebijaksanaan, demi kepentingan rakyat dan bangsa itu sendiri. Tapi, pada faktanya dalam kehidupan politik modern, idealitas tersebut  jelas susah terjadi. Banyak keputusan dan undang-undang yang dibuat dengan bujukan dari pihak-pihak yang punya kepentingan egoistik, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar sana.

Pada isu yang lebih spesifik seperti kedaulatan pangan. Kita belum sepenuhnya punya keberdikarian pangan. Buktinya kita punya tanah yang sangat luas, tapi kita belum mengalami swasembada pangan, karena sebuah sistem yang dibangun sedemikian rupa sehingga kita tidak berdikari. Pasalnya petani kesulitan untuk mengembangkan pertaniannya dengan menggunakan benihnya sendiri. Benih-benih untuk berbagai komoditas itu sudah diset, hanya bisa diakses dengan jalur tertentu yang disediakan pihak-pihak tertentu. Mereka mengabaikan pentingnya keberdikarian sampai ke level yang paling bawah. Fakta-fakta yang terjadi membuat kita mengerti bahwa masih jauh antara kenyataan bangsa dengan cita-cita sebagai bangsa merdeka yang diproklamasikan tahun 1945.

Kalau kita mencintai negeri ini, sebenarnya kita masih punya harapan untuk negeri ini mengalami perbaikan di masa depan. Tidak ada jalan lain, kecuali kita menghidupkan kembali Trisakti. Tidak ada cara lain yang bisa ditempuh, kecuali kita menghidupkan kembali Pancasila, menjadikannya sebagai jalan spiritual bangsa Indonesia, meresap di dalam sanubari kita, menjadi nyala api yang melandasi semangat kita dalam berkarya.

 

Catatan: Disarikan dari Orasi Setyo Hajar Dewantoro – Ketua Umum Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) pada acara Sumpah Trisakti Jalan Kebangkitan Bangsa – 28 Oktober 2022