Skip to main content

Dua puluh lima orang anak usia 3-15 tahun dengan beragam latar belakang ikut berpartisipasi kocor ekoenzim di subak yang berlokasi di sekolah Sancaya Indonesia di Desa Pandak Gede, Tabanan, Bali, Minggu 17 September 2023 lalu. Sancaya Indonesia merupakan sekolah inklusif yang juga mengakomodasi anak-anak berkebutuhan khusus, dengan beragam program pendidikan seperti berkebun, Out in the Community Program serta Art Therapy untuk memaksimalkan proses belajar anak. Sancaya sudah memiliki ratusan anak binaan dari desa di sekitar sekolah dan untuk anak lokal dari desa ini tidak dipungut biaya sama sekali hanya mewajibkan untuk berkomitmen dan membawa plastik untuk didaur ulang oleh sekolah. 

Anak-anak ini berpartisipasi dalam kegiatan Bersama Jernihkan Sungai #5 yang digagas Pusaka Indonesia. Adalah Nabila Nurfatkhiyah, pendiri Sancaya Indonesia yang juga kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali yang mengajak anak-anak didiknya turut belajar mengenal manfaat ekoenzim untuk pemulihan tanah, air dan udara. 

Kocor ekoenzim ke Subak oleh anak-anak didik sekolah Sancaya Indonesia Tabanan Bali

Didampingi juga oleh Noviyani, Kapten Kebun Surgawi Wilayah Bali, anak-anak ini berkegiatan sebagai bagian dari rutinitas mingguan yang disebut Sunday Service. Kegiatan ini  berupa kerja bakti, membersihkan subak dari plastik, dan sekarang dirutinkan menuang ekoenzim di subak yang merupakan jalur irigasi ke sawah-sawah dan kebun masyarakat sekitar. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam dan berlokasi di depan Kebun Surgawi 78, tak lain bagian dari Sancaya Indonesia sendiri. 

Subak ini menghubungkan perairan ke kebun sekolah dan sawah-sawah di sekitarnya.  Sancaya Indonesia sangat beruntung karena sekolah ini dikelilingi sawah dan banyak kebun sehingga bisa menjadi sumber belajar anak-anak.

Sebelum kegiatan, anak-anak mendapatkan pengertian tentang sampah, plastik, dan ekoenzim yang dijelaskan dengan sederhana oleh Novi. Novi juga menjelaskan manfaat ekoenzim untuk tanaman dan air di subak. Anak-anak sangat bersemangat dan penasaran. Beberapa dari mereka mempunyai pendapat pribadi tentang ekoenzim dan tertarik untuk ikut dalam proyek membuat ekoenzim ini. Salah satunya, Bagus Rai (17). Ia berkata, “Baunya seperti jamu, tapi jamu yang ini untuk tanah agar sehat.” Sedangkan, Friska (8) berkomentar “Warnanya seperti jus jeruk, tapi baunya bukan.” Yang lain, seperti Agung (8) berkomentar, “Kalau mau buat ini gimana caranya ya, Miss? Ini obat agar tanaman nggak sakit ya?”

Ekoenzim mudah dibuat dan kaya manfaat, Anda bisa membuatnya sendiri di rumah dengan sisa buah-buahan yang sudah tidak layak dikonsumsi. Ikuti cara membuatnya di video tutorial ini .

 

Nabila Nurfatkhiyah

Kader Pusaka Indonesia Wilayah Bali, Pendiri Sancaya Indonesia