Skip to main content

Kevlin dan Randi, dua kader Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) yang tekun menggarap lahannya dengan metode Sigma Farming, berbagi cerita otentik bagaimana berkebun menjadi wahana memulihkan tanah yang bisa dilakukan oleh generasi muda. Mereka tergerak untuk berkontribusi dalam program 1000 Kebun Surgawi yang diinisiasi oleh PIG. Mulanya, PIG mengadakan workshop pertama pada bulan Juli 2022, yang memperkenalkan metode biodinamik kepada para kader. Lalu sejak November 2022, Adolf Hutajulu memperkenalkan Sigma Farming yang mengintegrasikan berbagai metode pertanian organik yang selaras dengan alam. Kevlin dan Randi merupakan kader yang telah mengikuti workshop dan mempraktikkannya di lahan mereka. Mari kita simak kisah inspiratif dari dua anak muda yang bersemangat mengolah kebunnya. 

 

Kevlin dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Saat belajar spiritual di Persaudaraan Matahari, Kevlin Edityo tertarik dengan salah satu wedaran Guru Setyo Hajar Dewantoro yang membahas tentang pemulihan bumi yang rusak. Pemuda yang lahir pada 9 Agustus 1998 ini pun tergerak untuk bergabung menjadi kader Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG). Meski demikian saat itu ia mengalami kebingungan karena diskusi yang berlangsung di Whatsapp Group PIG Nusantara terlalu “tinggi” hingga Ia kebingungan sendiri tentang apa yang bisa Ia kontribusikan.  

Tak lama kemudian PIG mengadakan pelatihan biodinamik di Cihirup, Kuningan, Jawa Barat. Kevlin pun antusias dan tertarik untuk mendaftar. Pemuda dari Palangkaraya ini akhirnya mendapat beasiswa hingga mampu mengikuti pelatihan tersebut untuk belajar pemulihan tanah. 

Tanaman Alpukat Kevlin

Setelah pelatihan, Kevlin mantap untuk mendaftarkan lahan orang tuanya dengan luas 2500 m² sebagai Kebun Surgawi. Di kebun tersebut, Ia mulai menanam  ±100 bibit alpukat dari berbagai jenis, antara lain aligator, miki, dan kendil. Kevlin mempraktikkan apa yang telah dipelajari saat pelatihan di Cihirup, seperti mengaplikasikan Vortex, Eco-Enzyme, dan Pupuk Organik Cair (POC) buatannya ke lahan yang Ia garap setiap seminggu sekali. Selain itu, Ia juga praktik membuat BD500, CPP dan asam amino yang berguna untuk pemulihan tanah dan memberikan nutrisi pada tanaman.

 

Farandi dari Batuwarno, Wonogiri Jawa Tengah

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Batuwarno, Wonogiri, Jawa Tengah, Farandi Burhan juga bersemangat berkebun dengan metode Sigma Farming. Pemuda yang kerap disapa Randi ini mulai berkebun sejak pulang dari Omah Gemah Ripah (OGR) Jogja. Saat melihat kebun di sekitarnya yang rusak, Ia tergerak untuk mengolahnya. Pemuda 20 tahun ini mendapat semangat dan dukungan dari Guru Setyo Hajar Dewantoro selaku guru spiritual sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah. 

Randi merawat kebunnya di sela kegiatannya berjualan roti bakar dan membantu orang tua berjualan mie ayam. Saat ini Randi menggarap tiga lahan Kebun Surgawi milik orang tuanya. Awalnya, ia ingin menanam tanaman rempah dan palawija. Namun sejak bertemu dan belajar berkebun dengan Adolf Hutajulu, ia juga menanam sayur-sayuran dan tanaman herbal daun. Selama belajar berkebun Randi juga sempat mengalami kegagalan. Tetapi Ia pantang menyerah dan terus belajar memperbaiki proses.

Tanaman Kacang Panjang Randi

Dari perjalanan menggarap lahan kebunnya, Randi mendapat berbagai pengalaman otentik berinteraksi dengan tanaman dan tanah. Pemuda kelahiran 26 Februari 2003 ini mulai bisa membedakan tanah yang masih sakit dengan yang sudah membaik. Ia mulai tahu ciri-ciri tanah yang gembur dengan merasakan tekstur dan mencium aromanya. “Kalau yang sudah bagus baunya ada bau hutannya dikit,” tambahnya. Dari tanaman katuk, yang biasa dicari ibu-ibu untuk melancarkan ASI, Randi mengetahui tanaman kecil yang ajaib tersebut bisa memperbaiki alam dengan menahan tanah agar tidak longsor. Selain itu sejak mengikuti workshop Sigma Farming 1 Randi mulai suka makan sayuran mentah dari tanaman herbal dan gulma. 

 

Inspirasi dari Bertani

Saat semakin sedikit generasi muda yang berminat dalam bidang pertanian, Kevlin dan Randi justru bersemangat menjalankan perannya sebagai petani. Dengan berkebun, Kevlin dan Randi sama-sama ingin berkontribusi dalam upaya pemulihan bumi. Mereka  tergerak untuk bergabung dalam pergerakan yang digagas Setyo Hajar Dewantoro melalui program Kebun Surgawi. Selain terinspirasi dari wedaran Guru SHD, Kevlin juga mengakui dirinya melihat ada peluang bagus dari kegiatan berkebun. Berkebun bisa membuatnya rileks, enjoy menikmati prosesnya dan mampu mendapatkan keuntungan ekonomi dari hasil kebun. Salah satu rekannya bercerita tentang penghasilannya dari berkebun, yang setara dengan gaji bulanan seorang pegawai negeri sipil. Ditambah lagi waktu bekerja seorang petani yang lebih fleksibel.

Tanaman Bayam Kevlin

Kevlin mengajak semakin banyak anak muda mengeksplorasi sosial media terkait pertanian maupun perkebunan. Membiasakan melihat tanaman yang hijau akan menyegarkan mata. “Niat yang kuat akan menggerakkan kita untuk mencoba dan melakukan langkah nyata. Menurut saya ada kepuasan tersendiri saat kita berhasil merawat tanaman hingga tumbuh dengan subur,” kata Randi. Ia juga menyarankan bagi teman-teman yang baru belajar untuk menikmati aktivitas yang dilakukan dengan rileks. Dengan begitu kegiatan berkebun akan lebih menyenangkan dan ada rasa “klik” dari dalam yang membuat kita terus semangat.

Cerita dua kader muda dalam berjuang memulihkan tanah dengan berkebun ala Sigma Farming ini patut untuk dijadikan inspirasi. Di masa yang akan datang diharapkan akan lebih banyak anak muda yang tergerak untuk menekuni bidang pertanian yang selaras dengan alam agar lebih banyak lagi Kebun Surgawi yang bermunculan di berbagai daerah.

Jika Anda tergerak untuk bergabung dalam pergerakan ini, kunjungi kanal media sosial Pusaka Indonesia Gemahripah berikut,

https://linktr.ee/pusakaindonesiagemahripah