Skip to main content

Tidak ada yang bisa mengalahkan kepuasan memanen sayur mayur dari kebun sendiri. Selain bisa mendapatkan pangan yang lebih sehat karena ditanam secara organik, kita tahu persis bagaimana perlakuannya, dari biji hingga sampai ke meja makan. Dari sisi kantong, bertanam sayuran membuat kita terhindar dari kepusingan fluktuatif harga di pasar, yang bisa disebabkan banyak faktor. Kita juga jadi punya persediaan ‘kulkas’ alami dari tanah, sayuran bisa diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. 

Sayangnya, buat yang tinggal di perkotaan, dengan kondisi ruang amat terbatas, bisakah tetap berkebun? Seringkali kendala ini membuat banyak orang ragu untuk memulai. “Memang bisa tumbuh?” “Nanti taruh di mana?” “Ribet nggak urusnya?” Kira-kira pertanyaan semacam ini yang biasa muncul di benak warga urban. 

Keterbatasan ruang adalah tantangan tersendiri. Akan tetapi, hal ini bisa disiasati dengan kreativitas. Beragam cara pertanian di kota atau urban farming bisa dilakukan, seperti, menanam di pot, planter bag, polybag, wadah bekas minuman kemasan, sampai vertikal gardening -pot yang disusun secara vertikal- yang bisa diterapkan di dinding maupun pagar rumah. Semua sayuran yang bisa ditanam di dataran rendah, seperti kangkung, bayam, pare, kemangi, seledri, cabe, tomat, mint, basil, dan sebagainya, bisa ditumbuhkan dengan urban farming.

Untuk keperluan dapur, bertanam empon-empon juga sangat berguna untuk stok bumbu, seperti jahe, kunyit, kencur, dan kecombrang. Tanaman buah yang biasanya tumbuh besar menjulang di tanah pun bisa dikembangkan dalam pot, atau dikenal dengan tabulampot (tanaman buah dalam pot), dengan tingkat produktivitas yang tidak jauh berbeda dengan tanam di tanah. 

Praktik Urban Farming menggunakan metode Sigma Farming di Kebun Surgawi Cendana milik Ficky, Kader PIG Jawa Barat

Bertanam dengan metode Sigma Farming, cara bertanam alami yang selaras dengan alam, sangat bisa diterapkan untuk urban farming. Dari perlakuan benih, media tanam, hingga perawatan. “Selama masih punya dinding dan pagar di rumah, berarti bisa berkebun,” kata Adolf Hutajulu, pengajar Sigma Farming dari Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG). Adolf menambahkan, Sigma Farming juga sangat memberi perhatian pada vitalitas dan life force yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk meningkatkan imunitas. Jadi apakah yang dibutuhkan? Hanya kemauan, untuk memulai dari langkah kecil.

 

Penulis: Ficky Yusrini, PIG wilayah Jawa Barat, yang berdomisili di Bogor.