Skip to main content

Batuwarno, mungkin bukan nama yang populer di mesin pencari Google. Namun daerah ini cukup istimewa di kalangan kader Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG), karena disinilah rumah para kader PIG yang menjadi motor pergerakan di Jawa Tengah. Ada Fajar Prihattanto (Ketua PIG Jawa Tengah), guru SMP yang jago mengedit video yang karyanya telah menjadi alat belajar keheningan para pembelajar keheningan melalui channel Youtube Persaudaraan Matahari. Arif Fajar Nugroho alias Fajar Way pelukis mandala dengan karya-karya istimewanya, berikut istrinya Rika Efian. Ada juga Mufi Nurlaili, Parjono, dan Farandi Burhan, serta kader lain yang bermukim di Baturetno.

Ada beberapa kegiatan PIG di Batuwarno, dari pertanian, peternakan, pembuatan minyak kelapa dan pupuk organik cair, dan wirausaha jahit dan seni. Semua dimulai dengan kesederhanaan dan keterbatasan sarana dan prasarana, namun bermodalkan semangat yang menyala untuk mulai berkarya nyata. Tak ada teori akademik yang ruwet, atau diskusi yang berlarat-larat tanpa solusi. Mereka memulai dan belajar dari proses praktik yang dilakukan secara terus-menerus.

Belajar dari Kegagalan

Dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan ini tak selalu mulus. Ada banyak tantangan yang berujung kegagalan, sebagai akibat koordinasi yang kurang baik, kekurangpahaman mengenai kondisi tanah dan jenis tanaman yang sesuai. Namun tidak menyerah atau berhenti, sebaliknya mereka makin solid untuk terus berbenah dan mengambil pelajaran dari rangkaian kegagalan tersebut. Salah satu yang menjadi pelajaran penting adalah mengelola kesibukan masing-masing kader, dan juga domisili mereka yang tak semua berkumpul di Batuwarno, yang sempat menyebabkan dinamika kekompakan diantara mereka.

Hal yang tidak kalah penting untuk diperbaiki adalah kurang kuatnya pondasi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan perbaikan setiap kegiatan. Sehingga beberapa kegiatan semisal pengolahan lahan, penanaman sayur dan sorgum kurang maksimal. “Kami mengalami kegagalan panen sorgum di dua lahan, dan gagal panen sayuran di lahan yang lain. Hasil analisa sementara lahan kurang gembur karena terlalu banyak terkontaminasi zat kimia pada pengolahan-pengolahan sebelumnya, kurangnya perawatan, dan kesalahan penanaman yang jaraknya terlalu dekat,” jelas Fajar P, ketua PIG Jateng.

Berdikari melalui Berkebun, Beternak dan Wirausaha Seni

Tahun 2022, Batuwarno terus berbenah. Tiga program baru menjadi fokus karya nyata dengan mengembangkan perkebunan dan pertanian dengan prinsip utama memuliakan Ibu Bumi, merintis bidang peternakan yang disinergikan dengan pertanian, perkebunan, dan wirausaha, merintis kegiatan di bidang wirausaha, sosial, dan seni budaya sebagai modal berdikari secara ekonomi dan berbudaya sesuai jati diri bangsa.

Praktik Ecoprint

Melanjutkan yang sudah dilakukan tahun sebelumnya, yakni pengolahan lahan, perkebunan sayur dan empon-empon di lahan Fajar Way, penanaman sorgum di lahan Parjono dan Riyanto, pembuatan Pupuk Organik Cair (POC), pembuatan bibit persilangan merica dan melada oleh Parjono, dan pembuatan ecoprint oleh Fajar Way dan Rika.

Jadi Tempat Nyantrik

Nyantrik adalah istilah Bahasa Jawa untuk berguru di sebuah tempat biasa yang dilakukan oleh nenek moyang kita, untuk menambah ilmu atau kesaktian pada jaman dulu. Istilah ini rasanya tepat untuk disematkan pada Batuwarno dalam konteks sebagai tempat kader-kader PIG untuk berguru menyerap ilmu kehidupan, dan belajar keahlian baru untuk berkarya dalam kebersahajaan. Keguyuban dan kekompakan dalam berkarya rekan-rekan PIG disini memang istimewa, maka tak heran bila dijuluki Batuwarno Kingdom, panggilan kesayangan untuk sebuah tempat yang menjadi bagian dari perjalanan terwujudnya Bumi Surgawi.

Secara geografis, Batuwarno daerahnya berbukit dan pegunungan padat, sebagian berbatu kapur terutama di daerah bagian selatan, dengan ketinggian 274 m dari permukaan laut. Batuwarno adalah sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 42 Km dari ibu kota Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ke arah selatan melalui Baturetno. Bila berangkat dari Yogyakarta, perjalanan menuju ke Batuwarno ini sekitar 2 jam 30 menit.

Beberapa kader PIG telah menempuh jarak yang cukup jauh itu untuk tiba di Batuwarno. Ada yang berkunjung beberapa hari, ada yang tinggal cukup lama hingga beberapa minggu.  Irma Rachmi dari Jakarta, Bendahara Umum PIG, termasuk yang tinggal paling lama di Batuwarno, untuk sebuah misi pembelajaran pertumbuhan spiritual sekaligus belajar ilmu kehidupan, dari keluarga Fajar Way dan Rika, serta ketiga anak mereka.

Selama di Batuwarno, Irma juga juga berinteraksi dan berkegiatan bersama kader PIG lainnya, serta masyarakat setempat. Irma belajar mensyukuri nikmat kehidupan dalam kesederhanaan, mengalami jadi petani yang turun ke sawah merawat padi, dan juga sebagai guru yoga, ia mengadakan kelas yoga yang diadakan di lapangan dan diikuti oleh kader PIG dan keluarganya.

Tak hanya Irma, ada Anastasia Hartini atau yang biasa disapa Bu Anas, yang tergerak untuk nyantrik selama seminggu di Batuwarno. Bu Anas yang masih gesit di usianya yang menjelang 70 tahun, berangkat sendirian menggunakan bis umum dari kediamannya di Salatiga, menuju Batuwarno.

Selama nyantrik di Batuwarno dan menginap di rumah Fajar Way dan Rika, Bu Anas belajar banyak hal, yang dirasakannya sangat bermanfaat untuk pembelajaran personal dan menumbuhkan semangatnya berkarya. “Kehangatan keluarga Mas Fajar dan Mbak Rika yang rukun, berusaha memberikan yang terbaik meskipun harus berjuang keras, keakraban rekan-rekan kader PIG di Batuwarno untuk saya adalah pembelajaran berharga. Seperti keluarga sendiri, Sagrada Familia mini di Wonogiri yang hidup tanpa sekat, kompak, rukun, saling mendukung,” kata Bu Anas.

Selain itu Bu Anas juga belajar membuat minyak kelapa dari 10 butir kelapa yang diparut manual, pekerjaan rumah yang biasanya dihindari itu ternyata bisa dilakukannya tanpa cidera terparut. Sepuluh butir kelapa jadi minyak hampir 800 ml dengan bonus blondo yang gurih. Bu Anas juga dapat ilmu cara membudidayakan merica dari pengalaman Parjono.

Kader lain yang juga terpanggil untuk nyantrik singkat di Batuwarno, adalah duo bakul soto kakak beradik dari Yogyakarta, Sri Suharti dan Tuti Wijayanti atau yang biasa disapa Romi. Dua malam di rumah Fajar Way dan Rika, rasanya seperti pulang ke rumah keluarga dengan sambutan hangat dan keakraban yang tulus. Tidur beralas tikar, berselimut sarung, memasak dengan kayu bakar, kesederhanaan yang semakin memicu rasa syukur atas segala anugerah yang nyata.

“Kedatangan duo bakul soto ke sini, bukan dolan biasa, tapi lebih ingin belajar kegotongroyongan antar anggota PIG, belajar menanam lada, dan ada momen berjatah dilukis ama duo Fajar. Melihat dengan nyata kegiatan-kegiatan PIG Jateng yang semua berjalan lancar dengan swadaya murni,” kata Tuti.

Catatan Sekjen PIG Nyoman Suwartha: Belajar dari Wonogiri, Bersinergi dalam Karya Nyata

Meski tergolong singkat (2 hari 1 malam), kunjungan ke Batuwarno, Wonogiri banyak jejak pengalaman dan pembelajaran ditinggalkan. Mulai dari perjalanan menuju lokasi dari rumah di Maguwoharjo Jogja (sekitar 2,5 jam) yang melalui jalan tanjakan-turunan, berkelok, hamparan hijau dan hutan jati sungguh jadi pemandangan yang memesona.

Di Batuwarno, dimana sebagian besar para pengurus PIG wilayah Jawa Tengah berdomisili, sangat terasa keguyuban dan kekompakkan dengan khas guyonan dalam setiap interaksi. Saat kunjungan, beruntung berkesempatan dikenalkan kegiatan perkebunan yang telah dilakukan, mulai dari pembuatan pupuk organik cair (POC), pembibitan lada dengan metode stek lada-melada (tanaman lada yang disambungkan dalam tanaman melada yg punya perakaran kuat), pohon lada dan lada-melada yang sudah siap panen, serta pohon vanili hingga sorgum yang pernah diujicobakan namun belum berhasil. Di lahan yang baru, akan ditanam bibit-bibit lada-melada dan beberapa tanaman empon-empon seperti jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, bangle, dan lainnya. Selain itu juga sedang dicoba, trial and error pembuatan ecoprint, minyak VCO hingga kegiatan kesenian (bermusik) yang akan coba diaktif-kembangkan.

Sungguh jadi pengalaman yang berkesan selama kunjungan bisa menginap semalam di rumah Mas Fajar Prihatanto, mengunjungi rumah Mas Parjono, singgah di rumah Mas Fajar Way, hingga mampir ke rumah Mas Iponk, meski relatif singkat namun bisa terlihat dan merasakan langsung penerimaan yang tulus, serta energi kebahagiaan dalam kebersahajaan.

Penulis : Fajar Prihattanto. Kontributor: Tuti Wijayanti, Anastasia Hartini, Nyoman Suwartha.

Editor : Nenden Fathiastuti