Skip to main content

Ecoprint adalah teknik mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami dan membuat motif dari daun secara manual, dengan cara menempel sampai timbul motif pada kain. Prinsip pembuatannya dapat melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tubuh tanaman lain yang mengandung pigmen warna dengan media kain tertentu. Ada 3 cara yang dapat digunakan dalam ecoprint, yaitu teknik steaming (dikukus), teknik pounding (dipukul), dan direbus.

Pada 19 November 2023 lalu,  kader Pusaka Indonesia wilayah Yogyakarta belajar bareng membuat ecoprint dengan cara dikukus (steaming). Ada beberapa langkah dalam membuat ecoprint, yaitu scouring, mordant, dan fiksasi.

  1. Scouring 

Scouring adalah proses pembersihan atau proses menghilangkan sisa-sisa kotoran dan lilin dari kain yang akan digunakan. Proses pembersihan ini pertama-tama kain dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan detergen TRO (detergen khusus untuk ecoprint dan batik). Setelah itu, kain direndam dengan larutan yang terdiri atas air mendidih, tawas bubuk dan soda ash selama 24 jam, lalu dijemur hingga kering. Hal ini bertujuan untuk merontokkan lilin yang masih menempel pada kain. Kain yang digunakan untuk ecoprint adalah kain yang berbahan serat alami, karena hal itu bertujuan untuk memudahkan penyerapan warna dari daun ke serat-serat benang. Contoh kain yang berbahan serat alami, antara lain kain sutra, ATBM, linen, pasmina, rayon, katun, kain bamboo, kain kanvas, dan masih banyak lagi. Kali ini kain yang digunakan dalam membuat ecoprint bersama adalah kain pasmina.

        2. Mordant

Setelah kain di-scouring, langkah selanjutnya adalah mordant. Mordant bertujuan untuk membuka pori-pori pada serat kain, sehingga zat-zat warna dari daun dan bunga akan mudah terserap atau menempel pada kain. Kali ini para kader membuat 2 larutan mordant, yang pertama larutan yang terdiri atas air hangat dan tawas. Larutan ini bertujuan agar warna kain dan daun yang dihasilkan setelah dikukus menjadi warna-warna terang. Yang kedua larutan yang terdiri atas air hangat dan tunjung. Larutan ini bertujuan agar warna kain dan daun yang dihasilkan setelah dikukus menjadi warna-warna gelap. Kain tersebut dicelupkan di dalam larutan mordant selama 2 menit, setelah itu diperas dan diangin-anginkan sampai tidak ada air yang menetes pada kain.

Proses selanjutnya adalah proses pewarnaan kain. Warna yang digunakan adalah zat warna alam (ZWA) dari tanaman yang mengandung zat warna yang kuat. Contoh zat warna alam (ZWA) yang digunakan dalam ecoprint, antara lain secang, batang pohon akasia, bubuk kunyit, jolawe, daun mangga, dan masih banyak lagi. Bahan-bahan tersebut direbus sampai mendidih atau sampai mengeluarkan warna yang pekat, setelah itu celupkan kain yang akan diwarnai. Setelah kain sudah berwarna, kain tersebut diperas dan siap ditempeli daun.

Proses penempelan daun pada kain

Sebelum ditempel daun, daun direndam terlebih dahulu dalam larutan air dan cuka selama 30 menit. Hal ini bertujuan agar pigmen pada daun tersebut keluar sempurna pada kain yang akan digunakan. Proses penempelan daun ini merupakan proses yang paling mengasyikkan, kita bisa berkreasi sebebas mungkin dengan selembar kain. Tempelkan daun atau bunga di atas kain sesuai selera dan gulung kain, ikat kuat dengan menggunakan tali agar daun tidak bergeser ketika proses pengukusan. Proses pengukusan memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah selesai mengukus, gulungan kain ecoprint siap dibuka dan dibersihkan daun-daun yang masih menempel.

Kain diangin-anginkan di ruangan yang tidak terkena sinar matahari langsung, agar warna pada kain tidak memudar. Warna kain ecoprint ini bisa berubah lebih jelas ketika diangin-anginkan beberapa hari, karena pigmen pada daun dan warna yang dihasilkan dari ZWA masih berjalan.

       3. Fiksasi. 

Fiksasi adalah proses pengunci warna pada kain, agar warna pada kain tersebut tidak berubah-ubah lagi dan mengurangi luntur ketika dicuci. Larutan yang digunakan pada proses fiksasi ini berbeda-beda. Pertama bisa menggunakan campuran dari air dan cuka (untuk hasil warna akhir yang netral atau warna sesuai dengan aslinya), kedua menggunakan campuran dari air dan tunjung (untuk menghasilkan warna akhir yang lebih gelap), dan yang ketiga menggunakan campuran dari air dan tawas (untuk menghasilkan warna akhir yang lebih terang). Kain tersebut cukup direndam selama 5 menit dan dijemur hingga kering.

Demikian keseruan para kader Pusaka Yogyakarta dalam membuat ecoprint dengan cara dikukus. Produk-produk ecoprint tersebut rencana akan dijual di Pasar Gemah Ripah (PGR) sebagai karya para kader Yogyakarta.

 

Mertha Prana, Kader Pusaka Indonesia wilayah DIY