Hari Sabtu, 29 Juli 2023, merupakan momen yang bersejarah bagi Pusaka Indonesia. Berkolaborasi dengan Nusantara Centre dan Persaudaraan Matahari, Pusaka Indonesia menyelenggarakan Pagelaran Kebangkitan Pancasila, bertempat di Auditorium Abdul Rahman Saleh Radio Republik Indonesia, Jakarta. Acara ini menampilkan seni budaya Nusantara, hening cipta, dan orasi kebangsaan, menandai peluncuran buku Logika Berpancasila karya M. Yudhie Haryono, Direktur Eksekutif Nusantara Center dan Nyalakan Api Pancasila karya Setyo Hajar Dewantoro, Ketua Umum Pusaka Indonesia. Pagelaran ini juga merupakan puncak dari rangkaian diskusi Pancasila dalam kegiatan Kuliah Kelas Karakter Konstitusi yang berlangsung atas kerjasama Pusaka Indonesia, Nusantara Center, dan Forum Komunikasi Purnawirawan TNI Polri, yang sukses diselenggarakan bulan Juni 2023 lalu. Selain berlangsung secara offline, acara yang sumber pendanaannya independen dan gotong royong ini juga disiarkan online secara langsung di kanal Youtube Bumi Surgawi.
Di antara 200-an tamu datang dari berbagai kota di Indonesia, acara ini dihadiri pula oleh mantan Kedubes Belgia Nurrachman Oerip, Mantan Wagub DKI Jakarta Mayjen Prijanto, Ahmad Bahri (Kepala RRI Jakarta), Brigjen Nyoman Astawa, Sri Eko Sriyanto Galgendu, dan beberapa tokoh lain.
Dalam sambutannya, M. Yudhie Haryono atau yang akrab disapa Prof. Yudhie, menyinggung tentang kurangnya edukasi Pancasila sebagai ideologi negara, sejak reformasi bergulir sampai tahun-tahun belakangan. “Kita sedang mengalami apa yang disebut dengan defisit ipoleksosbudhankam berbasis Pancasila.” Prof. Yudhie menambahkan, pascaamandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang kita kemudian menyebutnya sebagai produk UUD tahun 2002, praktis diskursus ekonomi Pancasila, politik Pancasila, budaya Pancasila, pertahanan dan keamanan Pancasila tenggelam. Prof. Yudhie menawarkan gagasan Panca Dharma, yakni lima cara menerjemahkan Pancasila, antara lain, rekonstitusi, rekapitalisasi, nasionalisasi, refinansialisasi, dan industrialisasi -yang selengkapnya diulas dalam bukunya berjudul Logika Berpancasila.
Setyo Hajar Dewantoro, atau yang sering dipanggil Mas Guru SHD, selaku ketua umum Pusaka Indonesia dan pendiri Persaudaraan Matahari, di acara ini memandu hening cipta. Mas Guru SHD terus mengingatkan dan mengajak semua untuk kembali mentradisikan hening cipta karena inilah jembatan yang hilang ketika bicara Pancasila. “Tidak mungkin kita punya kesadaran Ketuhanan Yang Maha Esa jika kita tidak sungguh-sungguh menjalankan hening cipta. Hening cipta adalah esensi dari semua tradisi dan esensi dari semua agama yang ada di Nusantara ini maupun di seluruh dunia. Hening cipta adalah poros tentang bagaimana kita menyadari keilahian yang ada di dalam diri, tentang bagaimana kita menyadari Tuhan yang sesungguhnya yang menjadi sumber dari segala yang ada. Dengan hening cipta, kita akan mengerti bahwa kita semua bersumber kepada realitas yang tunggal yang kita sebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa,” tegas Mas Guru SHD. Beliau juga mengajak kita untuk tetap optimis, tidak menyerah pada tantangan yang sangat berat yang dihadapi bangsa ini.
Diawali dengan performa band Genta Mahakarya dari Wonogiri, membawakan lagu Sabda Nusantara, peragaan upacara adat Seren Tahun yang merupakan simbol dan sarana rasa syukur petani kepada Tuhan diiringi alunan musik kecapi dan lantunan lagu “Sabilulungan” yang bermakna gotong royong, merupakan nilai luhur Pancasila yang hidup dalam masyarakat kita. Dari Bali ada persembahan seruling dan tarian. Ditampilkan pula tari-tarian tradisional dari berbagai daerah Nusantara, seperti tari Lenggang Nyai dari Betawi, tari Ksatria Nusantara, tari Manuk Dadali, tarian dari Bali, dan Papua. Mas Guru SHD juga memberi kejutan istimewa lewat performa Tarian Jiwa yang dibawakannya.
Di acara ini, disuguhkan pula sajian puisi, lagu, dan teater. Cak Rokhim bersama kader Pusaka Indonesia hadir membawakan lagu-lagu patriotik gubahan Cak Rokhim, berjudul Kita Saudara dan Grilyawan. Imam Ma’arif dan Harna Silawati membacakan puisi patriotik. Ada pula Kidungan Jawa Timur yang dibawakan sebagai pembuka ludruk dan lenong yang dibawakan kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta dan Jawa Timur, sungguh sajian yang menghibur sekaligus menggugah kesadaran untuk mewujudkan cita-cita menjadi bangsa berdaulat.
Ditutup dengan lagu Api Pancasila dan Kebyar-Kebyar dari Genta Mahakarya, sebuah akhir yang memantik semangat patriotisme.
Mengutip Prof. Yudhie dalam orasinya, dengan mengatakan bahwa momen ini merupakan “Proklamasi Kedua” sembari membacakan naskah teks proklamasi:
Kami bangsa Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaan yang kedua
hal-hal mengenai penggunaan
Pancasila dan undang-undang Dasar ‘45 yang asli
akan diselenggarakan dengan cara seksama
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
Jakarta, 29 Juli 2023 atas nama bangsa Indonesia
kami semua yang hadir di RRI.
Dan, dari RRI Jakarta, bergaunglah kembali semangat berpancasila di negeri ini dan bangkitnya para ksatria Pancasila.