Untuk mencapai keadaan gemah ripah atau sejahtera-berkelimpahan, kita perlu mengembangkan beragam model keberdikarian. Dalam persoalan beras, sudah waktunya kita bergerak dari kita, untuk kita, oleh kita. Kita menghasilkan dan mengkonsumsi beras sehat berkualitas, dengan harga yang rasional. Petani senang, penjual senang, konsumen senang. Kita memangkas ketergantungan pada komponen yang pergolakan harganya bisa membuat harga pokok produksi jadi tak terkendali. Saat yang sama, kita bertani sembari menyembuhkan luka-luka Ibu Bumi, menyembuhkan tanah yang sekian lama teracuni.
Saat ini, saya mendukung penuh upaya Pak Tohar memproduksi beras dengan pendekatan biodinamik. Hasilnya adalah beras premium yang diberi label Golden Muria karena asalnya dari Kudus. Harganya rasional, setengah dari harga beras organik yang saya beli. Golden Muria harganya 17.000 rupiah per kilogram. Hasil ujicoba, nasinya bisa tahan 2 hari tidak basi. Rasa tentu istimewa, ia menyehatkan karena diusahakan semaksimal mungkin bebas residu pestisida dan pupuk non organik.
Secara teknis, berikut data dari beras ini:
Jenis Padi : Varietas IR 32
Pengolahan Sistem Organik menggunakan Pupuk Organic Cair:
1. Fermentasi Probiotik (Kohe Sapi dan berbagai Jenis Buah).
2. Eco Enzyim
3. POC Vegetatif
4. POC Generatif
Penyemprotan dilakukan dari 14 setelah tanam dan setelah itu penyemprotan POC setiap 7-10 hari POC yang disemprotkan selang seling.
Khusus untuk POC Vegetatif disemprotkan pada padi usia 50 an ketika padi mulai bunting dan POC Generatif disemprotkan setelah padi usia 60 hari setelah bulir padi keluar semuanya. Penyemprotan terakhir menggunakan POC Eco Farming pada usia padi 72 -75 hari setelah tanam.
Untuk anda yang tertarik untuk mulai hidup selaras dengan Ibu Bumi, dan ingin mencoba beras organik Gunung Muria, silakan hubungi dua simpul penjualan, di Yogyakarta dan Jakarta.