Skip to main content

Sore itu, langit terlihat mendung saat beberapa kader Pusaka Indonesia berkumpul di Omah Gemah Ripah (OGR) Yogyakarta pada hari Minggu, 11 Februari 2024. Mereka bertemu dalam aksi mengumpulkan dan memilah sampah anorganik dengan tepat. Setiap orang membawa aneka sampah yang sebelumnya telah mereka kumpulkan secara mandiri, mulai dari botol mineral, botol kecap, botol detergen, botol saus, kantong kresek, polybag bekas, dan lainnya sehingga terkumpul beberapa karung. Dua tempat sampah besar juga telah disediakan. Rencananya, sampah-sampah tersebut akan dijual ke pengepul. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan asri, mencegah pencemaran lingkungan, serta menambah nilai ekonominya dengan mengubahnya menjadi barang yang berguna. 

Kali ini, para kader tidak sendirian. Mereka mengundang Listiana Purwanti dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Sido Makmur untuk berbagi wawasan tentang cara memilah sampah, terutama plastik yang mempunyai beberapa jenis yang nilai dan sifat yang berbeda-beda. KWT Sido Makmur yang berlokasi di dekat OGR, tepatnya di Dusun Somokaton, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, telah meraih penghargaan sebagai juara dalam uji kandungan pembuatan pupuk kandang dengan hasil terbaik se-Yogyakarta. Mereka mendapatkan bantuan dana Mataraman yang berupa bibit, pupuk, benih, dan rumah pembibitan. Selain itu, mereka juga mengelola bank sampah yang bernama Bank Sampah Sehat Selalu.

Sebelum dijual ke pengepul, sampah-sampah ini terlebih dahulu dikelompokkan sesuai jenisnya. Listiana menjelaskan pentingnya memilah sampah, ia mengatakan bahwa botol plastik yang belum bersih dari label dan tutupnya mempunyai nilai jual yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah bersih dan terkelompokkan. 

Acuan yang harus diperhatikan dalam pemilahan dan pengelompokan sampah plastik, kertas, kaca, dan logam adalah sebagai berikut:

  1. Bodong: botol mineral harus bersih dari tutup dan plastik label, termasuk tempat makan sekali pakai yang bersih putih. Di bawah botol terdapat bulatan di tengah.
  2. Ember warna: sampah, lengser, minuman botol susu seperti Milku, gelas berwarna. 
  3. Plastik kaca: toples nastar, piringan CD (bahan getas atau mudah pecah dan kaku). 
  4. Putihan:  wadah oli, ember cat, tutup botol segala macamnya, jerigen, wadah sampo, wadah lulur.
  5. Kerasan: botol, wadah, atau toples yang di bawahnya terdapat garis lurus, termasuk botol Yakult maupun mika. 
  6. Jadelan: kran regulator. 
  7. Beling: pecahan gelas atau piring bening putih/coklat/ biru, yang penting bukan keramik. 
  8. Duplex: buku gambar, sampul buku. 
  9. Aluminium: pelat motor, wajan.

Memilah Sampah di Omah Gemah Ripah Yogyakarta

Sampah yang terkumpul pada kegiatan kali ini sebagian besar berupa botol mineral. Para kader pun mulai melepas plastik label, ring tutup, dan tutup botol, lalu mengelompokkannya ke wadah yang terpisah. Plastik label dijadikan satu dengan sampah plastik lain yang tidak memiliki nilai jual, seperti bungkus makanan ringan, bungkus sampo saset, dan bungkus detergen kemasan isi ulang. Selanjutnya, sampah jenis ini dimasukkan ke dalam botol hingga benar-benar padat untuk dijadikan ecobrick. Demikian juga sampah jenis lainnya, tutup-tutup botol bisa didaur ulang menjadi tas, botol bertipe nomor 4 bisa dilelehkan di wajan hingga menjadi pasta untuk kemudian dicetak menjadi barang baru sesuai keinginan. Sedangkan botol-botol air mineral bisa didaur ulang menjadi biji plastik.

Beberapa desa di Kabupaten Bantul, DIY, saat ini sedang marak menggalakkan program bank sampah. Demikian pula beberapa tempat umum, mulai menyediakan tempat khusus untuk mengumpulkan botol bekas agar sampah tidak lagi menjadi masalah. Bagi yang belum ada bank sampah di dekat kediamannya, dapat mengikuti langkah-langkah tersebut untuk kemudian dijual ke pengepul secara mandiri.

 

Stella Manoppo

Kader Pusaka Indonesia wilayah DIY