Skip to main content

Sekitar tiga tahun lalu, saya mulai menyadari bahwa limbah cucian yang mengandung detergen berpotensi besar mencemari lingkungan. Saat ini belum ada teknologi pengurai zat-zat kimia di dalam rumah tangga. Saya mulai bertanya-tanya: seberapa bijakkah kita menggunakan detergen yang memang membersihkan, tetapi justru membahayakan ekosistem? Dari kegelisahan ini, saya mencari solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Awalnya saya baru mengenal buah lerak. Setelah dipraktikkan untuk mencuci baju, ternyata kurang efisien jika baju yang dicuci banyak. Butuh buah lerak yang lebih banyak lagi. Pencarian mengenai pembersih ramah lingkungan terus dilakukan. Selain lerak, ada bahan-bahan natural lain yang bisa menjadi sabun yang membuat baju bersih dan kesat. Bahan-bahan tersebut adalah minyak sawit, minyak jarak, dan minyak kelapa. Diproses dengan campuran soda api dan soda ash, lalu ditambahkan pewangi sintetis atau essential oil

Pembuatan sabun dengan metode saponifikasi tersebut mudah dilakukan di rumah, dengan alat sederhana, dan bahan-bahan yang mudah diperoleh. Proses ini memadukan lemak dengan basa kuat (soda api atau NaOH) untuk menghasilkan sabun yang bersih dan lembut tanpa bahan kimia keras. Hasilnya? Baju yang dicuci menjadi bersih dan kesat.

Namun kelemahan sabun dengan metode saponifikasi ini adalah membutuhkan masa curing 4-6 minggu. Masa curing adalah sabun ditunggu sampai pH-nya turun selama 4-6 minggu, dengan cara sabun dijemur di dalam rumah, dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari. Sebab jika langsung dipakai, pH masih terlalu tinggi dan membuat kulit perih. 

Melanjutkan pencarian, saya juga memperdalam ilmu tentang pembuatan produk lainnya, seperti sabun mandi batangan, sabun cair green surfactant, garam mandi, sampo cair, dan deodoran natural. Meskipun formula ini ramah lingkungan, saya merasakan ada yang kurang: banyak bahan utamanya merupakan tumbuhan yang berasal dari negara empat musim. Hal ini memunculkan keinginan untuk menggunakan herbal Nusantara sebagai bahan utama, sehingga produk perawatan kita benar-benar mencerminkan kekayaan lokal.

Deodoran Natural Jagaddhita

Mengulik Bahan Herbal Nusantara

Saya pun belajar ‘ke sana-sini lagi’ sampai mendapatkan resep produk perawatan tubuh yang menggunakan ekstrak tanaman yang ada di dalam negeri. Akhirnya ditemukan pula formula perawatan tubuh yang modern, awet, namun menggunakan tanaman herbal Nusantara, baik ekstrak ataupun bahan mentahnya. Di antaranya adalah sampo cair dengan ekstrak lidah buaya; sabun mandi dengan tambahan kunyit, tepung beras, dan temu giring; deodorant balm berbahan pati Garut dan VCO; bath salt; sabun batang berbahan minyak telon; sabun dengan tambahan air lerak. Sebagian besar formula tersebut sudah dipraktikkan.

Berikut adalah sedikit contoh tanaman yang tumbuh di Indonesia, yang memiliki manfaat bagi kulit, yang bisa ditambahkan dalam sabun:

  1. Kunyit: mengandung antioksidan, melembutkan, dan melembabkan kulit.
  2. Daun binahong: mengencangkan kulit, mengatasi jerawat, dan membantu menyembuhkan luka.
  3. Temugiring: anti penuaan dini.
  4. Lidah buaya: mencegah kerontokan rambut, menutrisi kulit kepala, melembabkan kulit.
  5. Serai: memiliki sifat antiseptik alami.

Sabun madi herbal rempah

Kini, dari usaha pencarian dan pengembangan yang saya lakukan, sudah ada tiga produk yang dipasarkan dengan brand “Jagaddhita”, yaitu garam mandi, detergen green surfactant, dan body wash. Meskipun body wash yang dijual saat ini belum menggunakan tambahan ekstrak tanaman, karena baru saja mendapat formula untuk penambahan ekstrak tanaman. Dalam pemasarannya, Jagaddhita berkolaborasi dengan Mertha Prana untuk memperkenalkan produk ke masyarakat luas. 

Saya berharap agar lebih banyak masyarakat Indonesia bisa memanfaatkan aneka rempah dan herbal, tak hanya sebagai jamu tapi juga sebagai perawatan luar tubuh dan pembersih sehari-hari. Akhirnya, sangat terbuka jalan untuk hidup dalam kemudahan dan kepraktisan namun tetap menggunakan khasiat tanaman rempah dan herbal Nusantara.

 

Stella Manoppo
Kader Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta

 

Sumber foto: Koleksi pribadi penulis