Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya yang menakjubkan, baik yang bersifat benda maupun non-benda. Warisan budaya benda, misalnya berupa candi dan keris, sementara non-benda berupa tradisi tarian dan upacara adat. Berbagai riset pun terus dikembangkan oleh berbagai pihak dalam rangka membangun pemahaman dan melestarikan warisan budaya tersebut.
Pusaka Indonesia, sebagai sebuah perkumpulan kebangsaan, turut secara aktif melakukan riset dan kajian untuk menggali makna dan nilai filosofi dari kekayaan budaya Nusantara. Ketua Bidang Riset dan Kajian (RK) Pusaka Indonesia, Natalia Puri Handayani, dalam Obrolan Komunitas RRI pada Juli 2025 lalu memaparkan secara lebih mendalam kegiatan-kegiatan riset yang dilaksanakan oleh Pusaka Indonesia.
Puri bergabung di Pusaka Indonesia berawal dari ketertarikan dengan Visi dan Misi yang diusung, yakni mengangkat kembali nilai-nilai Pancasila dan menggali nilai-nilai filosofi kekayaan budaya Nusantara. Mempunyai latar belakang profesi sebagai akademisi, klinisi, dan dokter, Puri telah terbiasa melakukan riset. Namun riset yang dilakukan di Pusaka Indonesia membahas isu yang berbeda dengan profesinya, yakni Ideologi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan Keamanan (Ipoleksosbudhankam), serta lingkungan.
Baca juga: Masalah Lingkungan dan Kesehatan di Balik Hilirisasi Nikel
Hasil riset dan kajian, didokumentasikan dalam bentuk tulisan yang fokus menyuarakan kebenaran secara objektif, memberikan pemahaman, dan meluruskan nalar agar masyarakat tidak termakan isu atau hoax yang menyebabkan pesimisme tentang bangsa ini. “Walaupun sulit untuk menjadi optimis dengan kondisi bangsa saat ini, namun Bidang Riset dan Kajian tetap konsisten menyampaikan bukti-bukti bahwa kita tetap bisa memberikan sumbangsih untuk bangsa ini sekecil apapun bentuknya,” tutur Puri.
Lebih lanjut Puri menuturkan bahwa Bidang Riset dan Kajian bertujuan mewartakan nilai-nilai filosofi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, karena selama ini pelaksanaan dan penghayatan Pancasila telah jauh menyimpang dari kebenaran. Di Pusaka Indonesia sendiri, para kader diajarkan untuk secara otentik mempraktikkan nilai-nilai Pancasila lewat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Riset dan Kajian adalah Ngaji Pancasila dan Sarasehan. Ketika menyelenggarakan sarasehan tentang Majapahit, Bidang Riset dan Kajian menggunakan pendekatan interdisipliner, mengundang narasumber terpercaya, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan guru besar dari Departemen Arkeologi Universitas Indonesia, Profesor Agus Aris Munandar. “Ini bertujuan untuk menemukan benang merah dalam nilai-nilai luhur Pancasila sehingga yang ditemukan di dunia pragmatis dan dunia akademik dapat disandingkan secara spiritual,” kata Puri.
Bidang Riset dan Kajian juga berperan memberikan saran dan rekomendasi kepada bidang-bidang lain dalam lingkup internal Pusaka Indonesia. Dalam setiap kegiatan riset, tim akan menghimpun data dan mendokumentasikan dalam bentuk laporan. Riset-riset kolaboratif juga dilakukan dengan melibatkan para kader.
Baca juga: Danantara dan BUMN Farmasi
Tantangan yang dihadapi saat ini, menurut Puri, adalah adanya sudut pandang yang berbeda dari masyarakat pada umumnya, sehingga Pusaka Indonesia sering dianggap anti mainstream. Misalnya, ketika beberapa waktu lalu muncul tagar #IndonesiaGelap dan #KaburAjaDulu yang viral di media sosial, Pusaka Indonesia justru mengambil langkah strategis untuk melawan arus dengan menyelenggarakan sarasehan bertajuk ‘Membaca Indonesia Harus Optimis atau Pesimis’.
Beberapa proyek riset yang dilakukan saat ini, lanjut Puri, di antaranya adalah riset tentang unsur hara dan mineral yang terkandung dalam pupuk organik yang sedang dikembangkan kader Pusaka Indonesia. Riset ini dilakukan secara kolaboratif bersama Sub Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan, Sigma Farming Academy (SFA). “Saat ini hasilnya masih belum bisa dipublikasikan karena masih proses riset,” kata Puri.
Lebih lanjut, Puri mengungkapkan, generasi muda juga dapat berpartisipasi melestarikan budaya dengan cara banyak melakukan aktivitas positif. Hal ini juga yang sering ditekankan kepada para kader di Pusaka Indonesia, dengan mengusung semboyan ‘Hening, Beraksi dan Mencipta Mahakarya’.
“Jangan hanya berdiam diri saja, dan gampang termakan hoax. Lakukan sesuatu yang positif untuk lingkungan, gunakan media sosial untuk menyuarakan berita yang baik tentang Indonesia,” tegas Puri.
Ia juga menekankan agar generasi muda tetap optimis dengan keadaan Indonesia, kembali ke akar dan jati diri bangsa yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia DKI-Banten