Skip to main content

Sabtu, 23 Maret 2024, para kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta – Banten turut serta dalam aksi penanaman pohon sebagai upaya konservasi air tanah untuk memperingati Hari Air Sedunia. Sebanyak 26 bibit pohon beringin ditanam di area Pasir Madang, Tenjo, Kabupaten Bogor. Perjalanan ke lokasi penanaman menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang berangkat berenam belas orang. Mereka di antaranya, Sari Maryosse, Niniek Febriany, Natalia Puri, Haryani, Iman Jaya, Rochkus, Daniel, Stefani, dan lainnya.

Untuk sampai ke sana, kami perlu hiking menempuh jarak sekitar 8 km. Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit, kami sampai di pos istirahat pertama. Di bale istirahat ini, kami duduk sejenak untuk melakukan meditasi formal bersama, sambil memberkati lingkungan sekitar, dan menikmati pastel siram bumbu kacang. Kemudian kami mendengarkan arahan dari koordinator lapangan (korlap), Denny Riswana. 

Menurut Denny, sepanjang perjalanan tadi, banyak ditemukan pohon jati dan pohon akasia, yang invasif. Kedua jenis pohon ini merupakan pohon yang kurang baik untuk tata kelola air. Denny memberikan instruksi, “Nanti ketika menanam pohon beringin, perlu diperhatikan juga untuk membersihkan sekitar area tanam, dan memberi jarak dari bibit pohon akasia. Pohon akasia mudah sekali tumbuh, sehingga banyak ditemui di area Pasir Madang ini.”

Sepanjang perjalanan kami menyusuri persawahan. Tipikal tanah di area Pasir Madang cenderung kering sehingga kami banyak menemukan sawah yang ditanami oleh padi yang tahan ditanam di tanah tanpa pengairan atau air mengalir. 

Menanam pohon beringin

Berjalan kaki kurang lebih satu jam, kami sampai di lokasi penanaman. Setelah beristirahat dan makan, kami berbagi tugas. Ada tim yang membuat vorteks, tim yang mensurvei titik-titik penanaman pohon, tim yang membuka jalur dan membersihkan area penanaman pohon, dan tim yang siap sedia membawa alat dan bahan untuk menanam. Ketika melakukan penanaman pohon, kami menemukan beberapa spot rumpun pohon bambu yang dibakar oleh warga. Sungguh sangat disayangkan, karena pohon bambu termasuk jenis pohon yang menahan air. Pada area bekas pohon bambu kami tanami kembali dengan bibit pohon beringin. Kami menemukan juga satu titik mata air, namun debit airnya tampak telah mengecil. Kami menanam bibit pohon beringin di area sumber air tersebut. 

Matahari telah berada tepat di atas kepala, kami kembali ke bale istirahat untuk makan siang dan meditasi formal bersama. Ketika kami beristirahat, cuaca sempat mendung dan hujan rintik, tetapi kemudian cerah kembali ketika kami akan melanjutkan penanaman pohon. Rute yang dilewati menyeberangi pematang sawah dan mendaki bukit. Para kader bekerja sama mengupayakan bibit pohon beringin ditanam dengan tersebar merata di area Pasir Madang ini. Adakalanya kami harus menyeberangi pematang sawah dengan berjalan di atas sepotong bambu. Agar tidak terjatuh, maka kami saling bantu-membantu ketika menyeberang sawah. Semua kader berjalan sambil menggotong pacul, ember berisi air vorteks, media tanam, dan semua peralatan yang dibutuhkan. Kami berjalan naik turun bukit dengan sukacita, lelah jadi tidak terasa karena dikerjakan bersama-sama. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. 

Menjelang sore kami istirahat kembali di bale-bale. Kopi sudah tersedia dibuatkan oleh tim konsumsi yang merebus air minum dan menyiapkan makanan. Disisakan 6 bibit pohon beringin yang akan ditanam sambil perjalanan pulang. Mengingat ada kegiatan dari Lembaga The Avalon Consulting, yakni kelas kepemimpinan yang biasa disebut ALOC (Avalon Leadership Online Course) malamnya, sebagian pulang terlebih dahulu karena lanjut bertugas di kelas ALOC yang sudah memasuki batch keenam. Tim yang tersisa melanjutkan menanam bibit pohon beringin dalam perjalanan pulang ke titik kumpul. 

Kegiatan Konservasi Air Tanah #1 ini menjadi pengalaman berharga bagi kami kader Pusaka Indonesia DKI – Banten. Hal ini merupakan pembelajaran tersendiri bagi kami, berinteraksi langsung dengan alam, tanah, dan tanaman. 

 

Natalia Puri Handayani dan Tim Kader Pusaka DKI – Banten