Beberapa saat duduk di demplot, saya sempat bingung—mulai dari mana, mau menanam apa, potensi apa yang bisa digali. Lalu tiba-tiba terhubung dengan situasi di kantor, yang sebenarnya tantangannya serupa, hanya berbeda bentuk. Dari situ saya belajar bahwa inti dari setiap situasi adalah bagaimana saya merespons tantangan: apakah memilih menunggu bantuan orang lain, menyalahkan diri sendiri hingga menjadi semakin rumit, atau justru berani mengambil tanggung jawab dan memulai—meski hanya dari langkah kecil—dengan kesungguhan dan ketulusan untuk mengupayakan yang terbaik.
Memaknai kolaborasi ternyata bukan sekadar karena saya “butuh,” melainkan tentang bagaimana menumbuhkan “rasa” bahwa ada sesuatu yang layak diperjuangkan bersama. Rasa yang muncul dari kesadaran diri untuk memberi, serta kerendahan hati untuk saling mendukung, karena saya menyadari bahwa tidak semua hal bisa saya lakukan sendiri.
Dari refleksi ini, saya menyimpulkan bahwa semangat kolaborasi sesungguhnya adalah tentang memberikan yang terbaik sesuai kapasitas yang saya miliki, sambil tetap terbuka mengakui keterbatasan diri, dan dengan rendah hati bersedia bekerjasama untuk saling melengkapi. Kolaborasi menjadi kumpulan upaya bersama yang dijalankan dalam harmoni yang indah demi mencapai tujuan bersama.
Begitu yang saya rasakan. Barangkali ada pandangan lain? Monggo, dengan senang hati saya terbuka untuk mendengarnya.
Baca juga: Menemukan Makna Perjuangan dan Kebahagiaan Bersama Pusaka Indonesia
R. Suprobo Djati
Ketua Wilayah Pusaka Indonesia DIY