Pagi hari menanam sayur
Sorenya bermain gamelan
Rumah Pusaka selalu akur
Mari berkumpul, eratkan persatuan
Izinkan saya menceritakan kisah inspiratif di balik diresmikannya Rumah Pusaka Indonesia (RPI) Pondok Labu, Jakarta Selatan. Cerita ini dimulai dari sebuah kegiatan latihan menari untuk acara peluncuran buku Sigma Leadership yang berlangsung di Yogyakarta. Pada saat itu, kediaman Julia Sularmi, atau yang kami panggil dengan penuh hormat Eyang Uti, menjadi tempat latihan yang hangat dan penuh semangat. Eyang Uti adalah ibu dari Maria Rahayuningsih, salah satu kader Pusaka Indonesia yang sangat aktif.
Lokasi kediaman Eyang Uti bersebelahan dengan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pondok Labu, Jakarta Selatan. Meskipun awalnya hanya digunakan sebagai lokasi latihan, namun seiring dengan semakin padatnya kegiatan, tempat ini berkembang menjadi pusat kegiatan pada setiap akhir pekan maupun hari-hari biasa. Tak hanya menjadi sanggar seni untuk berlatih menari, gamelan, dan kelas memasak, di rumah ini juga menjadi demplot Kebun Surgawi Sigma Farming. Lambat laun, rumah ini tidak hanya menjadi basecamp, tetapi juga tempat berkumpul dan belajar bagi para kader.

Para Kader sedang berlatih alat musik
Tepat pada tanggal 23 Juli 2024, kediaman Eyang Uti tersebut diresmikan sebagai Rumah Pusaka Indonesia (RPI). Pengesahan ini menandai perubahan status rumah tersebut dari sekadar tempat latihan menjadi pusat kegiatan resmi Pusaka Indonesia wilayah DKI Jakarta dan Banten yang dapat diakses oleh semua orang. RPI kini berfungsi sebagai tempat untuk berbagai kegiatan para kader dan juga sebagai tempat belajar bersama bagi siapa saja yang tertarik.
Bagi kader DKI Jakarta dan Banten, RPI adalah rumah kedua–sebagai tempat untuk saling berbagi pengetahuan dan mengasah keterampilan, mulai dari mempelajari gamelan, menari, berkebun, hingga memasak. Semua kegiatannya dilakukan dengan penuh antusiasme dengan semangat kolaboratif. Suasananya pun selalu dijaga agar tetap bersuka cita. Selain membuat setiap kegiatan terasa lebih ringan dan menyenangkan, juga memperkuat ikatan sosial di antara kader. Kami menganggap penting untuk menjaga suasana agar tetap hidup dan tidak monoton. Dalam bahasa Betawi, kami menyebutnya “ngelenong”—sebuah istilah yang menggambarkan betapa hangat dan akrabnya suasana di sini.
Ketua Pusaka wilayah DKI Jakarta dan Banten, Marieyosse Widi Hapsari, selalu memberikan pengingat kepada para kader untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan momen-momen hening cipta. Dengan cara ini, kami tidak hanya fokus pada kegiatan fisik, tetapi juga bertumbuh pada aspek spiritual dan refleksi diri. Beliau juga berperan sebagai penjaga suasana, memastikan bahwa setiap kegiatan berlangsung dalam suasana yang tenang dan bermakna.

Praktik pembuatan Eco Enzyme
Rumah Pusaka Indonesia (RPI) Pondok Labu adalah contoh nyata dari sebuah komunitas yang aktif dan inklusif. Seru, bukan? Kami selalu menyambut dengan tangan terbuka bagi siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan kami. Silakan masuk, bergabung bersama Pusaka Indonesia!
Makan siang makan malam
Tidak lupa cemilan kentang
Ijinkan saya mengucap salam
Siapa pun yang akan datang
Dominikus Daniel Widjaja
Kader Pusaka Indonesia Wilayah DKI – Banten