Skip to main content

Sekitar 50 anak berbaju olahraga berkumpul dengan antusias, pagi itu, Kamis 31 Agustus 2023, di sekolah mereka TK Indriasana II Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Ini bukan pagi yang rutin untuk anak-anak TK A dan TK B ini, karena mereka kedatangan Kakak-Kakak, Pakde, dan Bude dari Pusaka Indonesia (PI) Wilayah Yogyakarta, yang akan membersamai mereka belajar menanam sayur, dalam kegiatan Cinta Bumi.

Diawali dengan story telling oleh Kak Prapti dari PI Yogyakarta, menggunakan dua buku terbitan Book for Mountain, yaitu ‘Yori & Tunas Kemiri’ serta ‘Yori & Pupuk Alami’. Buku-buku tersebut dipilih karena bercerita tentang proses penanaman dari biji, pengamatan pertumbuhan, serta perawatan tanaman yang dilakukan oleh anak-anak dengan pendampingan orang dewasa, sebagaimana proses yang akan dipraktikkan oleh anak-anak di TK Indriasana II Duwet ini.

Anak-anak terlihat serius menyimak cerita dari Kak Prapti, perhatian mereka tertuju kepada layar proyektor yang terpampang di dinding depan ruangan kelas, menampilkan proyeksi kartun dari buku seri Kemiri Yori. Dalam kegiatan ini juga terjadi dialog interaktif dengan anak-anak tentang pengalaman menanam di rumah masing-masing.

Setelah acara story telling selesai, anak-anak diajak membuat kolase dari bahan-bahan alami. Dengan contoh kolase yang telah diberikan, anak-anak dibagi menjadi sepuluh kelompok yang masing-masing dibimbing oleh satu ibu guru atau kader PI Yogyakarta. Setiap kelompok membuat gambar pola berupa pot beserta tanamannya, yang kemudian akan diisi atau ditempel dengan material kolase berupa kertas daur ulang dan herbarium kering (batang kecil, daun, dan bunga yang sudah dikeringkan dengan alat press).

Kemudian anak-anak diajak ke halaman sekolah untuk memulai kegiatan utama, yakni penanaman benih sayuran di polybag. Ada benih kacang panjang, kacang tanah, cabai, terong, daun bawang, sawi, kangkung berikut media tanam dan polybag yang dibawa oleh tim dari PI Yogyakarta. Anak-anak bekerja dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima anak.

Kader Pusaka Indonesia sedang menunjukkan cara menanam kepada anak-anak

Theo dan Probo, dua kader PI Yogyakarta mengedukasi para murid tentang bagaimana tanaman tumbuh, dimulai dari memperlihatkan benih-benih sayuran yang akan mereka tanam pada hari itu, kemudian mendemokan cara menanamnya. Mula-mula, ambil media tanam dengan sekop yang terbuat dari botol plastik bekas minuman kemasan yang telah dipotong secara menyamping. Langkah tersebut kemudian dicontoh oleh anak-anak dengan memasukkan media tanam ke polybag-polybag kecil yang telah disiapkan oleh tim PI Yogyakarta. Selain menggunakan sekop, tiap anak juga diberikan kesempatan untuk mencoba memegang media tanam dengan tangan mereka secara langsung. Langkah berikutnya adalah memasukkan benih sayuran ke dalam lubang kecil yang dibuat dengan jari, kemudian ditutup kembali dengan media tanam. Setelah proses penanaman, polybag ditempel dengan stiker untuk menuliskan nama benih sayuran yang telah ditanam. 

Tanaman anak-anak TK Indriasana II Duwet

Sebuah area di dekat pintu masuk ruangan kelas TK telah disiapkan sebagai area nursery, tempat anak-anak nantinya akan dengan mudah mengobservasi sayuran yang telah mereka tanam. Polybag-polybag kemudian diletakkan di area nursery untuk disirami air sedikit demi sedikit, sembari para murid mencuci tangan dan siap untuk kembali ke dalam ruangan kelas.

Kepala sekolah TK Indriasana II Duwet, Cicilia Jati Rahayu menyatakan apresiasinya atas kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusaka Indonesia di sekolahnya ini. “Hari ini anak-anak sangat bersuka cita. Program ini disambut baik karena sejalan dengan rencana implementasi P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Diharapkan kerjasama ini bisa dilanjutkan mencakup kegiatan lain termasuk pengenalan ekoenzim buat para orang tua juga,” ujar Jati.

Probo, Ketua Pusaka Indonesia Wilayah Yogyakarta mengatakan bahwa munculnya ide kegiatan ini adalah semakin minimnya pembelajaran kepada anak-anak usia dini mengenai kepedulian lingkungan. “Dengan praktik menanam dan melihat hasilnya, maka anak-anak mengenal bagaimana sebenarnya alam ini bekerja, memenuhi kebutuhan manusia melalui keberadaan tanah, tanaman, dan semua mikroorganisme yang ada di dalamnya, dengan pengalaman yang otentik,” ujar Probo.