Terusik oleh kotornya sungai belakang rumah, Deviani, kader Pusaka Indonesia yang tinggal di Tasikmalaya, Jawa Barat tergerak untuk berbuat sesuatu. Devi tertarik mengikuti kiprah teman-teman Pusaka Indonesia yang aktif membuat ekoenzim, kompos, dan bertani ala Sigma Farming. Tanpa menunda, Devi mencari tahu tentang ekoenzim, dan bersemangat mempraktikkannya untuk membersihkan kotanya, dalam hal ini sungai dan sampah. Terlebih setelah mendengar bahwa ekoenzim efektif mengatasi pencemaran air. Salah satunya, pernah dilakukan di Sungai Rispana, India tahun 2017, menunjukkan bahwa dari sungai yang mengalami pencemaran cukup parah bisa teratasi dengan penambahan ekoenzim. Selain itu, mengikuti keberhasilan Semarang, saat terjadi kebakaran pupuk di Semarang tahun 2022, komunitas ekoenzim menyumbangkan ekoenzim buatannya untuk membantu menetralisir bau tak sedap. Bau akibat kebakaran pabrik pupuk tersebut berangsur hilang.
Devi pun bergerak mendatangi komunitas-komunitas pegiat lingkungan di Tasikmalaya dan menemukan pegiat ekoenzim lain di kotanya. Selanjutnya, ia juga mendatangi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya dan menawarkan ekoenzim untuk menyelesaikan masalah bau sampah.
Datang di waktu yang tepat, di saat Pemerintah Kota sedang giat-giatnya berbenah dan memanfaatkan momentum Nominasi Peraih Adipura, tawaran Devi disambut baik DLH. Selasa, 29 Agustus 2023, DLH segera menerjunkan empat unit pemadam kebakaran (Damkar) untuk melakukan penyemprotan larutan ekoenzim ke tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, Kecamatan Tamansari. Aksi penyemprotan tersebut merupakan upaya untuk mengurangi bau, polutan, sekaligus mengurangi kadar gas metana yang bisa menimbulkan kebakaran di area pembuangan sampah seluas sekitar 11 hektar itu.

Pusaka Indonesia bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya
“Saya bersyukur mendapatkan inspirasi dari kader Pusaka Indonesia di Tasikmalaya mengenai manfaat ekoenzim yang ternyata demikian banyak manfaatnya untuk pemulihan lingkungan hidup. Pembuatannya juga mudah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar dan juga sekaligus mengurangi sampah organik yang berakhir di TPA. Penyemprotan ekoenzim di TPA Ciangir yang telah terbukti mengurangi bau sampah dengan signifikan, adalah langkah awal untuk lebih memanfaatkan ekoenzim bagi pemulihan lingkungan hidup di Tasikmalaya, ” kata Drs. H. Deni Diyana M.si, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kotamadya Tasikmalaya.
Penyemprotan dilakukan selama dua hari berturut-turut, dengan melarutkan ekoenzim sebanyak 300 liter ke dalam 20 ribu liter air, yang dapat terwujud atas kolaborasi dari seorang pengusaha, komunitas Budha dan berbagai pihak. “Setelah disemprot larutan EE 4 mobil damkar, bau sampahnya berkurang 40%,” tutur Devi, yang semakin bersemangat untuk menyebarkan manfaat ekoenzim di Tasikmalaya.
Kerjasama pemulihan lingkungan masih terus berlanjut. Devi, yang membawa bendera Pusaka Indonesia, dipercaya oleh DLH untuk mendampingi masyarakat di sekitar bantaran sungai membuat biopori guna pengolahan limbah organik. Ke depannya, Devi sedang menyiapkan ekoenzim untuk upaya pembersihan sungai, yang rencananya akan berlangsung pada bulan Desember mendatang.