Skip to main content

Pusaka Indonesia Wilayah DKI-Banten terus berkarya. Jumat, 2 Juni 2023, bertempat di Dapur Warisan Otentik, Tangerang, diadakan kegiatan membuat antirayap, ekoenzim, dan asam amino. Dihadiri 12 orang, acara diawali dengan meditasi bersama sekitar pukul 10 pagi. Setelah itu, berlanjut dengan membuat rujak. Rujak dipersiapkan secara istimewa, mendemonstrasikan cara mencuci buah dari tip yang diunduh dari Semesta oleh Retno Sulistyowati, yakni menggunakan garam Kusamba.

Belajar membuat ekoenzim, antirayap dan asam amino.

Sebagian lain bertugas membuat ramuan antirayap dan asam amino, praktik ilmu dari Workshop Sigma Farming 3 Semarang. Bahan utama ramuan antirayap adalah buah bintaro, yang didapatkan dari sekitar lingkungan kader. Sedangkan, bahan asam amino, memanfaatkan bahan limbah ayam dari warung ayam geprek milik Retno.

Pekerjaan berlanjut dengan bersama-sama membuat 42 liter ekoenzim yang terbagi dalam dua drum besar. Semua dilakukan dengan semangat kolaborasi: memberikan kontribusi sesuai kemampuannya, ada yang menghitung komposisi, menimbang, mengasah pisau, mengaduk, hingga mencuci perabotan.

Pada siang harinya, tim bergerak menuju ke Kelurahan Keroncong, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, mengunjungi kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Keroncong. “Sesampainya di sana, kami kagum akan usaha dari para ibu-ibu hebat, mengelola lahan yang dulunya menjadi tempat pembuangan sampah hingga menjadi sebuah kebun yang dirawat dengan pola organik,” ujar Maria Natalia, salah seorang kader Pusaka Indonesia. Di sana, Maria dan teman-temannya disambut hangat oleh warga.

Para kader Pusaka Indonesia mendapat kesempatan untuk edukasi pembuatan ekoenzim, yang dipandu oleh Sari. Di lokasi, praktik membuat ekoenzim menggunakan ember 25 liter. Dilanjutkan cara memanen ekoenzim. Ibu-ibu diajak untuk membaui ekoenzim yang difermentasi selama 6 bulan. Acara dilanjutkan dengan praktik pemanfaatan ekoenzim untuk merendam sayur dan buah, seperti kangkung, anggur, dan apel. Juga, praktik mengepel menggunakan ekoenzim, yang langsung bisa dirasakan hasilnya. Buah anggur yang dicuci menggunakan ekoenzim lapisan luarnya bisa seketika rontok. Demikian juga lantai yang dipel langsung kesat dan kinclong. Larutan ekoenzim sisa rendaman dan mengepel kemudian digunakan untuk menyiram tanaman di kebun.

Retno melanjutkan pelatihan dengan praktik pengolahan limbah rumah tangga ala Dapur Warisan Otentik, yakni dengan membuat kompos, mengolah ampas kopi dan teh menjadi pupuk, dan membuat pestisida alami dari bubuk cangkang telur.

Selesai pelatihan, para kader mendatangi kebun mereka, mengamati tanah dan tanaman sambil bertukar cerita dengan para ibu. Kebun seluas kurang lebih 200 m² itu dikelola oleh ibu-ibu yang bertekad bertanam secara alami, meski awalnya sempat disarankan untuk menggunakan pupuk urea, tapi mereka menolaknya. Belajar secara mandiri, mereka menggunakan pupuk kandang, kulit bawang, dan bahan alami lainnya. Tentunya, tidak sedikit tantangan dan masalah-masalah tanaman yang mereka temui.

Acara diakhiri dengan foto bersama di kebun. Tim Pusaka Indonesia DKI-Banten pulang dengan membawa hasil kebun yang baru dipanen, antara lain: caisim, kangkung, bayam, terong, tomat, dan cabai serta keripik singkong produksi UMKM setempat. Dengan niatan yang tulus ke depannya, kebun KWT Kampung Keroncong Dalam akan menjadi salah satu kebun mitra binaan Pusaka Indonesia DKI – Banten.

Untuk Indonesia Raya yang Jaya.