Skip to main content

Pagelaran Kebangkitan Pancasila (PKP) yang digelar 29 Juli 2023 sudah berlalu, namun acara tersebut masih meninggalkan kesan mendalam bagi para kader Pusaka Indonesia, yang menyaksikannya langsung di Auditorium RRI Pusat Jakarta, maupun yang mengikuti secara daring melalui tayangan live streaming di channel Youtube Bumi Surgawi. Masing-masing berbagi pengalaman yang disampaikan melalui tulisan yang merupakan salah satu program Jurnalisme Pusaka yang dikelola tim Pusaka Indonesia.

Penari Lenggang Nyai Khas Betawi Kader DKI-Banten

Virine Sundari, kader Pusaka Indonesia dari DKI-Banten, menyatakan kekagumannya. Saya cukup terkejut dan kagum, acara ini dihelat di gedung bersejarah area ring satu pemerintahan pusat. Kembali teringat ketika kegiatan Ngaji Pancasila sebelumnya di sebuah hotel kecil di Semarang, lalu kegiatan berikutnya di Hotel Phoenix, Jogja yang bersejarah, dengan skala lebih besar, dan yang terakhir kemarin di gedung RRI Jakarta, lebih besar lagi,” kata Virine.

Virine merenungi, bagaimana sebuah ormas yang masih kecil dengan pendanaan mandiri dari  gotong royong anggota, bisa semakin berkembang dalam skala kegiatan, dan bisa bekerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai visi misi yang sama, dalam jangka waktu cukup singkat. Dengan beragam tantangan yang mengiringi persiapan acara ini, Virine menyimpulkan bahwa keajaiban ini mungkin terjadi bila semua pihak yang terlibat, bekerja dalam keheningan. “Betapa indahnya bagaimana Semesta bekerja dalam mendukung kegiatan ini. Semua akan diletakkan dalam titik-titik yang akan terhubung untuk menciptakan sebuah keajaiban,” ungkap perempuan yang berkarier di bidang keuangan di Jakarta ini.

Virine juga memaknai lokasi pagelaran berseberangan dengan Monas yang dibangun Presiden Soekarno, melambangkan  revolusi serta kepribadian dan cita-cita rakyat Indonesia. Virine memaknai bahwa kerja raksasa untuk mewujudkan visi berbangsa dan bernegara yang sesuai UUD 1945 dan Pancasila  digaungkan dari gedung ini, menjadi pesan Semesta bahwa pergerakan ini akan semakin membesar, membangunkan banyak masyarakat Indonesia dari tidurnya dan berbenah menyelamatkan negeri ini. “Seperti amanat Mas Guru SHD bahwa kader-kader Pusaka Indonesia harus menjadi pilar yang kokoh dalam mewujudkan Bumi Surgawi dan itu hanya bisa diwujudkan dalam laku hening yang semakin kokoh,” tegas Virine.

Kesenian Ludruk dan Lenong oleh Kader Pusaka Indonesia Jawa Timur & DKI Banten

Lain lagi kesan Putu Saraswati, kader Pusaka Indonesia dari Bali. “Saya menonton PKP ini secara daring melalui Youtube Bumi Surgawi, tapi rasanya ikut berada di sana bareng-bareng mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Saya juga menyaksikan tarian Mas Guru seperti menggambarkan semua energi semesta (Tao, Druid, Ra, Golden Energy, Diamond Energy), serta dari awal sampai akhir semuanya spektakuler, membawakan pertunjukan secara totalitas sepenuh jiwa. Selalu ada kejutan di setiap tampilan semua pengisi acara, menetes air mata penuh rasa bahagia, sampai saya mengulang-ulang untuk menontonnya kembali,” cerita Putu.

Tarian Jiwa Garuda Bangkit oleh Ketua Umum Pusaka Indonesia Setyo Hajar Dewantoro

Kader Pusaka Indonesia lain, Denny Riswana asal Jawa Timur, menyebut PKP sebagai momen menabur benih kejayaan. “Sebenarnya tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Perasaan penuh semangat, keoptimisan dalam bingkai kesadaran murni atas kasih yang tanpa syarat, bikin merinding. Saya bisa merasakan bagaimana pahlawan kemerdekaan dulu dalam menyusun nilai dasar Republik ini, rasanya seperti yang saya rasakan pada acara ini. Orasi dari Prof. Yudhie membuat mata bangun, diucapkan beliau secara serius dan benar. Kekuatan maskulin dari Mas Guru SHD, dalam liukan tarian jiwa membuat jiwa berdebar, menegaskan bisa membawa bangsa ini kembali pada kejayaannya,“ ujar Denny yang menyaksikan secara langsung di Auditorium RRI Jakarta. Ia juga mengagumi penampilan tarian dari berbagai daerah yang dengan ciri khas masing-masing menambah keteguhan dan rasa bangga dilahirkan di bumi Nusantara yang beragam ini. 

Putu Benny, kader Pusaka Indonesia dari Bali, menyebut pagelaran tersebut sebagai persatuan dan kesatuan yang terejawantahkan. Pendanaan yang gotong royong, kerendahan hati untuk bisa berkolaborasi, untuk menyukseskan acara di depan maupun di belakang panggung, dengan mengesampingkan ego demi tercapainya tujuan bersama, adalah wujud nyata dari itu.

Musik Seruling oleh Cahya Wardana Kader Pusaka Indonesia dari Klungkung Bali

“Saya menyaksikan dari Youtube, setiap sesi acara mampu membakar semangat ber-Pancasila. Pagelaran ini merupakan wujud nyata dari terlaksananya sila ketiga Persatuan Indonesia. Selain itu, setiap sesi mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air maupun budaya tiap daerah yang ditampilkan. Sebagai orang Bali, ketika mendengar tiupan seruling dan tarian bak bidadari menari yang ditampilkan kader dari Bali, yang harmoni dengan suara nada dari tiupan seruling tersebut, dalam hati tumbuh rasa cinta terhadap Bali, melahirkan talenta seni sedemikian rupa,” ujar Putu Benny.

Sajian yang juga memukau Putu Benny adalah Tarian Jiwa Mas Guru SHD. Menurut Putu, tarian yang sangat elok dan tegas. Paduan gagah dan indah Tarian Jiwa Garuda Bangkit yang ditarikan tersebut secara keseluruhan menggambarkan proses dalam memperoleh pencerahan sehingga bergerak nyata dalam menyelaraskan Tanah Air.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang paling berkesan dari Pagelaran Kebangkitan Pancasila?