Skip to main content

I Kadek Cahya Adi Wardana terlahir di keluarga yang tak asing dengan dunia seni. Ia tumbuh besar di Desa Adat Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali. Pemuda yang biasa dipanggil Cahya ini memiliki talenta seni yang telah mendarah daging di dalam dirinya. Kakeknya seorang seniman Tari Barong yang cukup dikenal di daerah asalnya. Kakek dari pihak ibu juga seorang seniman gamelan yang mengajar dan menggembleng para laki-laki di Desa Adat untuk berlatih gamelan gong kebyar mengiringi upacara adat dan pentas seni. 

I Kadek Cahya Adi Wardana, kader Pusaka Indonesia dari Klungkung. Bali

Cahya mengaku perjalanan dirinya menjadi pemain seruling dimulai dari peristiwa di masa kecil yang awalnya ia anggap sebagai tragedi. Saat Sekaa Gong di desa adat (unit organisasi sosial kemasyarakatan yang mewadahi kegiatan seni budaya) mulai melatih gamelan untuk keperluan pentas seni tari sakral di pura, para tetua mengusulkan agar ada penerus pemain gamelan yang dimainkan oleh anak-anak. Pada sesi latihan pertama di balai adat, Cahya berhalangan hadir sehingga posisi instrumen gangsa (salah satu instrumen gamelan Bali) yang biasa ia mainkan digantikan oleh orang lain. Saat itu, ada aturan bahwa siapa pun yang sudah ditempatkan di satu instrumen harus tetap di posisi tersebut selama latihan hingga pelaksanaan pentas. Tidak boleh ada yang berganti instrumen. Cahya tidak mendapat posisi instrumen seperti yang ia harapkan.

Jiwa seni Cahya pun memacu dirinya untuk berlatih seruling lebih intensif meski hanya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan hanya diam saja selagi teman sebaya yang lain berlatih gamelan untuk pentas. Cahya ingin bisa ikut tampil bersama mereka dengan instrumen yang tidak banyak dikuasai, yaitu seruling. Saat itu, anak-anak yang bisa memainkan seruling untuk pertama kali di desa adatnya adalah Cahya sendiri. Nada dan harmoni yang dihasilkan oleh seruling membuatnya jatuh cinta dengan instrumen tersebut. Ketika seruling sudah ditiup, saat itulah harmoni nada menggema ke seluruh penjuru. 

Sejak saat itu, Cahya memutuskan untuk fokus berlatih seruling. Ia berlatih langsung di bawah bimbingan kakeknya di rumah. Dalam berlatih seruling, proses yang dijalani pemuda ini memang tidak gampang. Jari jemari harus sering dilatih agar bisa luwes dan tidak kaku. Pemain juga harus hafal setiap nada yang dihasilkan dari lubang seruling. Perlu diketahui juga bahwa pemain seruling sangat jarang ada yang menekuni. Di desa adat tempat Cahya tinggal, pemain seruling bisa dihitung dengan jari. Itu pun orang yang sudah berusia lanjut. Di kelompok Sekaa Gong, anak-anak tidak ada yang mau memainkan seruling karena memang susah.

Kini, pemuda yang sedang menempuh studi Manajemen di Universitas Warmadewa, Denpasar, ini sangat bersyukur bisa mengalami momen ‘tragedi’ itu karena membuatnya belajar instrumen yang memang tidak banyak orang bisa. 

Biasanya Cahya memainkan seruling di waktu senggang dan di waktu-waktu tertentu saat tampil di pentas seni. Penampilannya dalam Acara Gala Kepemimpinan Nusantara yang Agung di Yogyakarta bulan Maret lalu, menjadi awal bakat memainkan serulingnya tersampaikan lewat Pusaka Indonesia. Saat itu juga pertama kalinya ia pentas di luar Pulau Dewata. Saat di Yogya, Cahya tidak menyangka dan merasa terharu bisa tampil sangat maksimal dengan kolaborasi yang sangat indah meski  tim Pusaka Bali memiliki keterbatasan waktu untuk latihan bersama.

Di acara tanggal 29 Juli 2023 mendatang, akan menjadi penampilan kedua Cahya di kegiatan Pusaka Indonesia yang berkolaborasi dengan Persaudaraan Matahari dan Nusantara Centre. Judul instrumen seruling yang akan dibawakannya adalah Awan Putih, merepresentasikan keindahan Nusantara dengan alam eksotis nan indah, serta dalam harmoni nada yang menggambarkan keragaman. Ditemani oleh Diah, seorang penari lembut gemulai yang kebetulan adik sepupunya. Dalam penampilan tersebut, keduanya ingin menegaskan bahwa karakter orang Nusantara adalah penuh kasih selayaknya Ibu Pertiwi yang luhur nan anggun.

Cahya akan memukau penonton dengan permainan serulingnya. Saksikan penampilannya bersama sajian seni budaya Nusantara lainnya dengan mendaftarkan diri Anda ke narahubung melalui whatsapp 0898 5081 939 (Puteri).