Skip to main content

Perkumpulan Pusaka Indonesia Gemahripah (PIG) Bali kembali bangkit setelah sempat mati suri karena dinamika kepengurusan yang cukup menguras energi. Pengurus baru PIG bali saat ini dipimpin oleh Ketua Ni Putu Eka Ernita, yang sebelumnya telah secara aktif menjadi pengelola laboratorium percobaan Kebun Surgawi di Mengwi, Kabupaten Badung.

Mbok Eka langsung tancap gas dengan menggagas sejumlah agenda kegiatan yang diperbarui sesuai dengan potensi para kader-kader yang baru bergabung yang bersemangat dengan ide-ide keren untuk berkreasi.

Salah satu ide yang akan dikembangkan oleh PIG Bali, adalah perluasan Kebun Surgawi 2 yang lokasinya berdekatan dengan Kebun Surgawi 1 yang merupakan halaman belakang lahan di kediaman keluarga Mbok Eka.

Bila Kebun Surgawi 1 dikembangkan sebagai lahan percobaan untuk memulihkan tanah tandus akibat pengelolaan yang tidak selaras, sementara Kebun Surgawi 2 diniatkan untuk dikelola secara professional dalam skala kecil, sebagai wahana pembelajaran kader PIG Bali berwirausaha di bidang agrobisnis.

 

Pembelajaran dari Kebun Surgawi 1

Para petani surgawi Kebun Mengwi

Berproses memulihkan Ibu Bumi

 

 

 

 

 

 

Kebun ini seluas 700 m2 dengan kondisi awal yang gersang, dan penuh dengan sisa-sisa bongkaran bangunan. Sebetulnya lokasinya cukup baik, dekat dengan area perkebunan dan persawahan dan sungai kecil yang menjadi sumber pengairan. Namun ketiadaan sumber daya pengelola menyebabkan tanah tersebut terbengkalai.

Tanah ini kemudian menjadi lahan ujicoba proses pemulihan tanah dengan metode biodynamic, menggunakan banyak sampah organik dari pasar dan rumah tangga, dan kohe atau kotoran hewan dari kambing, dan unggas seperti ayam, bebek dan entog yang diternakkan di lokasi lahan.

Proses pemulihan ini memakan waktu yang cukup lama agar tanah kemudian siap ditanami. Ketekunan dalam berproses, dan kesabaran dalam menjalani tahapan demi tahapan memang adalah kunci untuk terus bertahan. Selain tentunya memasrahkan sepenuhnya pada Semesta untuk hasilnya. Itulah seni bekerja bersama alam dan Ibu Bumi yang memiliki mekanismenya sendiri dalam berproses, yang tidak bisa dikontrol manusia sepenuhnya.

Akhirnya ketekunan pun membuahkan hasil sedikit demi sedikit. Tanaman sayuran seperti terong, cabe, tomat, pare, dan labu sudah bisa tumbuh serta dipanen meski jumlahnya belum seberapa. Tanaman-tanaman bumbu seperti sereh, kunyit, juga sudah bisa tumbuh subur dan panen cukup banyak untuk bisa dijual ke pasar setempat. Tanaman keras seperti durian yang sudah lebih dulu ada di lokasi dipulihkan kondisinya menjadi lebih sehat dan kemudian tumbuh lebih subur.

Ternak pun berkembang biak dengan baik, dan menghasilkan kohe yang berguna sebagai pupuk alami untuk menyuburkan lahan, selain telur dan juga daging yang bisa dijual.

Sebagai laboratorium percobaan tentu banyak pembelajaran penting dari Kebun Surgawi 1 ini, tak hanya pemahaman mengenai karakter jenis-jenis tanaman, dan teknik memulihkan tanah yang tepat, juga dinamika di dalam kelompok pengelola. Kekurangpahaman mengenai misi dari tujuan laboratorium ini sebagai upaya pemulihan Ibu Bumi dan mewujudkan ketahanan pangan, menjadikan sebagian anggota berekspektasi bahwa ini kebun akan menghasilkan seperti layaknya kebun yang dikelola secara industri yang sarat dengan obat kimia untuk memacu produktivitas, tapi berdampak merusak tanah dan tidak selaras dengan prinsip kelestarian alam. Akhirnya seleksi alam pun terjadi, dan mereka yang tidak selaras pun kemudian tereliminasi dengan sendirinya.

Namun pengelolaan laboratorium percobaan Kebun Surgawi 1 yang sudah berjalan 10 bulan itu tentu saja memberikan banyak pembelajaran. Bukan hanya untuk pengelola, tapi semua kader PIG yang terlibat, di Bali maupun daerah-daerah lain di Indonesia yang sedang berjuang bersama untuk memulihkan Ibu Bumi dengan jatah karyanya masing-masing.

Melaju Bersama Kebun Surgawi 2

Kebun Surgawi 1 terus berjalan dengan pengelolaan mandiri oleh Mbok Eka dan keluarganya, dan berproses mengujicobakan tanaman-tanaman jenis baru yang beragam untuk melihat hasilnya.

Sementara itu, ada kesempatan untuk mengelola kebun yang lebih luas di lokasi berdekatan, yang disepakati kemudian akan menjadi Kebun Surgawi 2 dengan lahan seluas 1700 m2. Tanah ini bekas persawahan yang biasa dikelola dengan pupuk kimia dan insektisida kimia, yang perlu dipulihkan kembali agar kembali subur dan siap ditanami.

Namun yang membedakan dengan Kebun Surgawi 1, kebun kedua ini diniatkan dikelola secara professional, dalam artian dengan tujuan untuk wirausaha pertanian. Untuk itu sejak awal disiapkan  lebih matang dengan membuat perencanaan anggaran untuk permodalan serta perawatannya agar kemudian bisa optimal dalam prosesnya.

Maka, Minggu 3 April 2022 lalu, PIG Bali mengundang rekan kader PIG dari Jakarta ,Virine Sundari yang memang ahli di bidang keuangan, untuk meninjau lokasi tanah dan membantu rekan-rekan PIG Bali membuat semacam perencanaan bisnis untuk Kebun Surgawi 2 ini, yang kemudian akan ditawarkan kepada para kader PIG yang berminat terlibat sebagai investor.

Bertempat di dangau sederhana yang berada di Kebun Surgawi 1, hampir 20 rekan kader PIG Bali datang dari berbagai tempat untuk berkumpul dan berdiskusi dengan Mbak Virine. Ada banyak informasi dan pengetahuan, yang juga menjadi pemahaman baru bagaimana Kebun Surgawi 2 ini akan dikelola, sekaligus menerapkan pembelajaran mengenai tanaman yang cocok dari laboratoriun percontohan sebelumnya, serta potensi komoditas yang dibutuhkan pasar saat ini.

Program menarik dan disambut antusias oleh rekan-rekan kader Bali, yang saat ini lebih didominasi kader muda dan berasal dari beragam profesi. Mereka juga semangat untuk belajar hal baru dan mencoba berkreasi dengan cara yang menerapkan keselarasan dengan alam Semesta, bukan hanya mengejar keuntungan yang berakar dari hasrat egoistik. Bertumbuh secara spiritual dari proses bekerja bersama Ibu Bumi ini, melakukan yang terbaik, dan tidak melekat pada hasil apapun yang selaras menurut Kehendak-Nya.