Skip to main content

Memahami struktur organisasi EU tidak mudah, karena kita tidak mempunyai contoh yang dekat dengan kita. ASEAN yang juga kumpulan negara-negara Asia Tenggara yang memilih bergabung bersama, sangat berbeda dengan EU. ASEAN lebih mengedepankan kerjasama multilateral, tapi tidak terlalu masuk ke kebijakan ekonomi, politik, sosial, dan keamanan masing-masing negara. Sebaliknya EU berusaha mengatur semuanya.

Saat ini EU mempunyai anggota 27 negara. EU menyebut dirinya bukan sebuah negara atau federasi dari berbagai negara, tapi sebagai “supranational organization” atau organisasi di atas negara-negara anggotanya. Artinya, negara-negara anggotanya telah mentransfer sebagian “sovereignity”-nya (baca: kedaulatannya) ke EU, agar EU bisa mengatur perdagangan, keamanan, dan kebijakan sosial antar negara. Yang dilakukan EU utamanya ada 3, yaitu:

  1. Integrasi ekonomi: pasar tunggal yang membolehkan barang, jasa, modal dan manusia bisa bebas masuk ke masing-masing negara anggota. Contohnya, Jerman bisa menjual mobilnya ke Perancis tanpa adanya hambatan. Atau Perancis bisa menjual wine-nya ke Jerman tanpa tarif atau pemeriksaan diperbatasan. Selain itu, EU juga melakukan kerja sama ke negara-negara lain sebagai perwakilan negara-negara anggotanya. EU melakukan kerja sama dengan Jepang, Canada, atau Korea Selatan. Sekaligus EU juga bisa mengenakan tarif tinggi ke mobil-mobil listrik buatan China atas nama anggotanya atau melarang Rusian menjual LNGnya ke negara-negara EU.
  2. Membuat dan mengimplementasi kebijakan seperti pertanian, lingkungan hidup, energi, dan trasportasi. EU bisa memberikan subsidi ke petani-petani di satu negara, tapi juga bisa menetapkan aturan ketat untuk menghindari “climate change” atau “global warming” (seperti larangan peternak di Belanda untuk memiliki sapi banyak karena kohe sapi “dianggap” menaikkan level CO2).
  3. Mempromosikan Hak Fundamental, seperti hak untuk memberikan pendapat, hak pribadi, dan tidak melakukan diskriminasi. Bagus di atas kertas, tapi prakteknya tidak selalu demikian. EU hampir saja melarang X (ex twitter) beroperasi di EU hanya gara-gara Elon memberikan support ke Trump dalam pemilihan presiden di AS. Beberapa negara secara individu seperti Perancis menahan pembuat Telegram, Parel Durov (sudah bebas karena jaminan).

Supranational organization ini siapa yang mengatur? Ada 4 badan penting yang memimpin EU (totalnya ada 7, tapi kita fokus ke 4 untuk kali ini) yaitu European Commission (Komisi Eropa), Europian Council (Dewan Eropa), Council of the EU (Dewan dari negara-negara EU), dan European Parlemen (Parlemen Eropa) yang masing-masing dipimpin oleh orang yang berbeda. Yang sangat membingungkan memang membedakan antara European Council dan Council of the EU. Yang pertama adalah kumpulan dari pemimpin dari setiap negara-negara anggota EU. Yang kedua adalah kumpulan dari menteri-menteri masing-masing negara yang ditunjuk yang bertugas bersama dengan European Parlemen menyusun legislatif. Parlemen Eropa dipilih langsung oleh rakyat eropa yang terdiri dari 720 anggota (mirip dengan DPR di Indonesia). Anggotanya disebut MEP (Member of European Parlemen). 

Bisa dibilang Presiden Komisi Eropa (Eurepean Commission) adalah yang paling dekat dianggap pemimpin EU. Presiden Komisi Eropa yang menggerakan kapal EU membuat undang-undang dan mewakili EU dalam berbagai panggung internasional. Presiden Komisi Eropa saat ini adalah Ursula von der Leyen, yang bulan Juli 2024 baru saja dipilih kembali untuk 5 tahun ke depan. Ursula dipilih melalui usulan tunggal oleh European Council (kumpulan kepala negara EU) dan kemudian diketok palu oleh European Parlemen. Tahun 2014, Presiden European Council sempat dipilih langsung oleh Parlemen Eropa (mirip jaman MPR memilih presiden di Indonesia sebelum UUD 1945 diamandemen) tapi kemudian diubah menjadi harus dinominasikan oleh European Council sebelum dipilih European Parlement. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa hampir semua berita tentang EU (European Uninon) berasal dari EC (European Commission) yang memang “memegang tampuk” ekesuktif. EC beranggotakan komisioner dari masing-masing negara anggota (27 anggota). Masing-masing komisioner bertanggung jawab atas bidang tertentu. Misal, European Green Deal, Pasar Dalam Negeri, Demokrasi dan Demografi, Ekonomi, Pertanian, dll. Komisioner ini mirip dengan menteri kalau di pemerintahan Indonesia. Walaupun masing-masing komisioner berasal dari negara-negara anggota EU, sebagai komisioner EU mereka tidak boleh memprioritaskan agenda negaranya. Mereka bekerja untuk kepentingan EU secara umum. 

Kerumitan sistem di EU ini memang membingungkan dan memudahkan kepentingan-kepentingan tertentu menguasai Komisi Eropa. Konon 40% lebih rakyat EU tidak memilih dalam pemilihan Parlemen Eropa. Sehingga Christine Anderson, MEP yang sangat vokal dalam menyuarakan anti plandemi (covid dan m-pox), green deal (berhubungan dengan global warning, sensor berita, dll) menghimbau agar rakyat Eropa untuk tidak memilih partai atau orang yang sama di negaranya masing-masing. (1) 

Bila kita melihat struktur pemilihan EU, maka memilih pemimpin di setiap negara akan menentukan kebijakan EU ke depan. Christine Anderson mengolok Ursula sebagai president “european coruption”, karena kontrak rahasianya dengan Pfizer dan seharusnya tidak bisa dinominasikan oleh European Commission karena investigasi sedang dilakukan. 

Sayangnya orang-orang seperti Anderson tidak banyak di Parlemen Eropa. Namun saat ini negara-negara seperti Hungaria, Jerman, dan Spanyol mulai “melawan” kebijakan European Commission. 

  1. Hungaria, melihat kepentingan negaranya banyak ditopang oleh Rusia dan China, memilih tetap bekerja sama secara ekonomi dengan Rusia dan China. Menteri luar negeri Hongaria mengkritik keras kebijakan AS dan EU di rapat umum PBB baru-baru ini. (2) 
  2. Spanyol mulai panik ketika China mulai mengindikasikan menyetop impor babi dari Spanyol yang nilainya sampai EURO 1,2 milyar per tahun. Spanyol tidak akan menerapkan tarif tinggi ke mobil-mobil elektrik China masuk ke Spanyol. Spanyol juga meminta EC untuk mulai mengubah kebijakan tarif tinggi ke mobil-mobil elektrik China. (3)
  3. Olaf Scholz, yang mulai melihat pilihan rakyat Jerman ke partainya menurun, mulai membuat kebijakan menahan imigran yang masuk Jerman (melawan kebijakan EU yang membolehkan imigran masuk seperti di AS). Olaf sudah pusing dengan ekonomi Jerman yang semakin melemah. Karena larangan EC untuk membeli LNG dari Rusia, maka Jerman harus membeli LNG dengan harga 3-4 kali lipat. Yang menyebabkan industri automobil Jerman sulit bersaing, ditambah upah yang sudah tinggi di Jerman. VW mengumumkan akan mem-PHK 30,000 karyawannya. Saat ini industry otomotif Jerman dengan aktif meloby EC agar tidak menerapkan kenaikan tarif kepada mobil-mobil elektrik China. China sudah mengancam akan membatasi mobil Jerman masuk China bila Jerman memberlakukan kebijakan EC. Nilai ekspor mobil Jerman ke China adalah USD $20,5 milyar (2022). Bila ini dilakukan, ekonomi Jerman akan semakin terpuruk. (4) 

Dunia akan lebih baik bila semua negara bekerja sama dengan itikad baik. Saling menyalahkan dan memberikan sanksi ekonomi memberi kontribusi ke kontraksi (penurunan) ekonomi dunia. Sanksi ekonomi akan produk China dan Rusia akan menaikkan biaya produksi di Eropa dan AS yang nantinya akan dibebankan ke rakyat mereka masing-masing.

 

Eko Nugroho,
Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia

 

Sumber referensi:

  1. https://www.facebook.com/scholzhunter/videos/1279699040063568/?mibextid=CTbP7E&rdid=bUgNgIav9Mkpua6f
  2. https://youtu.be/ixtkbNoci5U?si=CbeVEI4EtEXtzf5a
  3. https://youtu.be/ahH3BJgN-E8?si=TH0P4rC-jRW6zBkN
  4. https://www.scmp.com/news/china/diplomacy/article/3278782/germany-lobbies-fellow-eu-members-vote-against-tariffs-chinese-evs

Sumber foto: gale.com