Menurut laman Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey), 96% dari air di permukaan Bumi ini merupakan air laut. Empat persen sisanya adalah air tawar yang bisa kita pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, wajar jika air dinilai sebagai sumber daya alam yang sangat berharga. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya. Di samping itu, air juga berperan penting dalam keseimbangan ekosistem lingkungan.
Terdapat wacana bahwa Bumi kita mengalami ancaman krisis air. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti isu pemanasan global, kerusakan lingkungan, krisis iklim, dan lonjakan populasi manusia. Kebutuhan air secara global pun melonjak, dan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, maka isu ketahanan air dinilai sebagai hal yang perlu diperjuangkan.
Apa itu Ketahanan Air?
Definisi dari ketahanan air bukanlah sekadar memastikan ketersediaan air. Lebih dari itu, ketahanan air dikaitkan dengan empat hal, yaitu aksesibilitas, berkelanjutan, keamanan, dan ketersediaan potensi air. Ketahanan Air juga terkait erat dengan ketahanan pangan dan energi. Maka untuk menciptakan ketahanan air, dibutuhkan kerja sama dan peran serta masyarakat untuk mewujudkannya. Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan perlu diperhatikan untuk memastikan ketahanan air.
Isu ketahanan air juga dituangkan dalam dokumen khusus yang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang berjudul, Indonesia Visi 2045: Menuju Ketahanan Air. Visi Indonesia di 2045 adalah menjadi satu dari lima ekonomi teratas dunia. Namun, hal ini tidak akan bisa dicapai tanpa adanya ketahanan air. Dokumen ini menguraikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya air yang melimpah. Namun karena kondisi demografi dan ekonomi, distribusi air jadi tidak merata. Hanya 11% dari sumber air yang dimanfaatkan, di mana permintaan terbesar adalah untuk kebutuhan di sektor pertanian.
Krisis Air di Indonesia
Isu kelangkaan air di sejumlah wilayah di Indonesia bukan hal baru. Pada September 2023 misalnya, Kompas melaporkan, sebanyak 166.415 warga mengalami kekurangan air bersih sebagai dampak dari kekeringan. Mereka tersebar di 53 kecamatan di 11 provinsi. Pada tahun 2024, kekeringan akibat kemarau kembali dilaporkan melanda sejumlah wilayah. Di bulan Oktober, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyalurkan bantuan 1,89 juta liter untuk warga terdampak kekeringan di 10 desa di 5 kecamatan di Jawa Timur. Hal sama juga melanda sejumlah daerah lain di berbagai provinsi.
Masih maraknya bencana kekeringan yang terjadi menunjukkan bahwa isu krisis air adalah hal yang nyata terjadi dan perlu penanganan yang serius. Apalagi, menurut dokumen yang dipublikasikan Bappenas, permintaan air akan mengalami peningkatan sebanyak 31% hingga 2045 mendatang.
Peran Indonesia dalam Diplomasi Air
Indonesia belum lama ini didaulat menjadi tuan rumah dalam perhelatan World Water Forum (WWF) yang diselenggarakan di Bali pada 18-24 Mei 2024 dengan tema Water for Shared Prosperity atau Air untuk Kemakmuran Bersama. Forum ini membahas isu-isu air di level global, termasuk sistem tata kelola dan sanitasi. Forum ini juga membahas isu ketahanan pangan dan energi serta mitigasi bencana alam.
Penetapan Indonesia sebagai tuan rumah, pada dasarnya adalah bagian dari Water Diplomacy atau Diplomacy Air. Melalui forum ini, ada beberapa usulan tata kelola air yang disampaikan Indonesia dan akan disahkan melalui sidang PBB. Dua di antara usulan terpenting tersebut adalah penetapan Hari Danau Internasional sebagai bagian dari upaya pengelolaan air danau, serta pengelolaan sumber daya air terintegrasi di pulau-pulau kecil.
Di sisi lain, pada awal Oktober 2024 lalu, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi ditunjuk sebagai utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk isu air (Special Envoy on Water). Lewat peran ini, Retno Marsudi akan bertindak sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB dalam berbagai forum internasional terkait air. Harapan penulis, Retno Marsudi juga dapat menjalankan diplomasi air bagi kepentingan Indonesia, dan menjadi suara bagi Indonesia di tingkat dunia.
Peran Masyarakat dalam Membangun Ketahanan Air
Lalu bagaimana peran kita sebagai rakyat biasa dalam membangun dan mendukung ketahanan air Indonesia? Pada dasarnya, kita bisa memulai dari cara hidup kita sehari-hari. Misalnya mulai mengkonsumsi air dengan bijak, tidak membuang-buang air bersih, dan mematikan keran air ketika tidak sedang digunakan. Kita juga bisa mendukung setiap gerakan yang bertujuan untuk konservasi air dan menjaga ketersediaan air tanah di sekitar kita.
Di Pusaka Indonesia sendiri, para kader telah bergerak dalam kegiatan konservasi air lewat program Akademi Bumi Lestari. Beberapa upaya yang telah dilakukan di antaranya penanaman pohon beringin, pohon bambu, dan restorasi Mangrove. Langkah ini merupakan upaya Pusaka Indonesia dalam konservasi air dan memastikan kelestarian sumber-sumber air tanah yang tersedia. Hal ini juga pada dasarnya merupakan bagian dari Visi dan Misi Pusaka Indonesia dalam mewujudkan salah satu dari Trisakti Pancasila, yakni keberdikarian di bidang pangan, ekonomi, pelestarian lingkungan, dan teknologi tepat guna.
Masa depan adalah samudera probabilitas. Meneropongnya dengan sudut pandang optimistik atau pesimistik, pilihannya ada di tangan kita. Maka, penulis mengajak, mari melakukan yang terbaik yang kita bisa, untuk meningkatkan Ketahanan Air Indonesia.
Natalia Puri Handayani
Wakil Ketua Bidang Riset dan Kajian Pusaka Indonesia