Skip to main content

Kita pernah mendengar bagaimana CIA (Central Intelligence Agency-AS) terlibat dalam penggulingan  pemerintahan Presiden Sukarno dan kemudian mengawal rezim Soeharto yang diktator selama sekitar 30 tahun. Dokumen-dokumen CIA lama yang sudah tidak dianggap rahasia, banyak membahas bagaimana AS, khususnya melalui operasi CIA, sangat berkepentingan atas kejatuhan Presiden Sukarno. Termasuk dokumen yang ditemukan ketika pesawat Allan Pope jatuh ditembak menunjukkan dukungan AS atas pemberontakan-pemberontakan (separatis) atas Presiden Sukarno di tahun 1958. Atau keterlibatan CIA mempengaruhi Pemilu tahun 1955 seperti diceritakan Evan Thomas dalam buku “The Very Best Men” (2006).

Rupanya keterlibatan CIA tidak berhenti disitu saja. MintPress News menerima dokumen keterlibatan CIA di Indonesia melalui organisasi NED (National Endowment for Democracy). Dokumen rahasia NED ini yang kemudian ditulis oleh Kit Klarenberg di https://www.mintpressnews.com/leak-cia-ned-color-revolution-coup-indonesia/285617/ (Bocor: CIA menyiapkan revolusi berwarna di Indonesia). Revolusi berwarna ini artinya revolusi yang dilakukan dengan protest, demonstrasi, dll untuk menggulingkan pemerintah. Dokumen NED yang bocor ini menyebutkan bahwa NED telah membangun jejaring politik, media, NGO yang masif di Indonesia untuk memasukkan kepentingan AS di Indonesia.

Artikel di atas ditulis pada bulan September 06, 2003 tapi dimunculkan kembali kemarin 24 Agustus 2024, yang sepertinya bisa menjadi refleksi atas eskalasi politik Indonesia beberapa hari ini sehubungan dengan UU Pilkada. Atau dengan kata lain, aksi eskalasi demo di banyak kota di Indonesia inipun sebenarnya tidak lepas dari campur tangan pihak asing dalam hal ini CIA (AS) melalui NED.

Menurut Kit, dokumen yg bocor ini adalah laporan mingguan IRI (International Republican Institute) yang dikirimkan ke kantor pusat di Washington untuk bulan Juni, Juli dan Agustus 2023. IRI adalah komponen inti dari gerakan NED yang biasanya bekerja sama dengan organisasi lokal seperti PERLUDEM (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi) di Indonesia. Disebutkan sejak tahun 2022 telah digelontorkan dana US$ 700,000 untuk kegiatan “peningkatan kapasitas pengurus partai politik”. Salah satu laporan IRI adalah seorang pengurus partai yang mereformasi partainya dan selalu tampak dalam jajaran kepengurusan partai. Baru-baru saja orang ini di-training tentang hukum bila terjadi perselisihan hasil pemilu Feb 2024 oleh PERLUDEM, yang menjadikan orang ini menjadi orang yang dipercaya dalam partainya. 

Intinya NED mulai menanamkan orang-orangnya di partai politik di Indonesia dan berusaha menjegal kandidat yang didukung Jokowi di Pemilu Februari 2024 lalu. Jokowi dianggap NED tidak mendukung kepentingan AS. Dalam dokumen ini disebutkan diplomat senior AS (Ted Meinhover) dari kedubes Amerika khawatir bahwa elektabilitas Prabowo meningkat sedang Anis menurun. Ted menyoroti “electoral threshold” presiden yang 20% menyulitkan AS dalam menempatkan boneka AS menjadi kandidat presiden. 

Ted juga menyebutkan bahwa kedubes AS secara aktif berhubungan dengan partai buruh dan konfederasi serikat pekerja/buruh untuk menjegal UU Cipta Kerja. AS mensupport upaya-upaya untuk menolak UU Cipta Kerja karena akan membahayakan peran investor AS dan kepentingan finansialnya di Jakarta (UU Cipta Kerja memudahkan negara-negara lain mudah investasi di Indonesia rupanya membahayakan posisi AS). Dan memang terbukti kemudian terjadi demo buruh atas UU Cipta Kerja pada bulan Agustus 2023 yang mendapat support dana dari IRI. PERLUDEM juga kemudian membuat “apps” (aplikasi) “agar warga Indonesia mengetahui bagaimana electoral threshold itu ditetapkan” dan bagaimana pengguna apps bisa “membuat versi sendiri tentang penetapan batas wilayah atau penggambaran ulang daerah pemilihan sebagaimana yang mereka anggap tepat menurut standar dan prinsip universal”.

Kit kemudian membandingkan budget yang dipakai NED di Indonesia ini minim (US$2 juta per tahun), dibanding yang dipakai di Ukraina ketika menggulingkan pemerintah yang sah dan membantu Zelensky menjadi presiden (peristiwa Maidan 2014) yang menghabiskan dana $USD 24 juta dalam setahun. Pers barat menyebut peristiwa protes Maiden itu murni dari akar rumput, yang padahal sebenarnya ditunggangi oleh intelijen AS (persis yang diceritakan Putin ketika diwawancarai Carlson Tucker).

Hal yang sama dilakukan NED di Indonesia dengan mendukung pengurus partai-partai politik, partai buruh dan konfederasi serikat pekerja/buruh agar dapat menjatuhkan pemerintah yang sah dan menggantikannya dengan boneka AS. 

Kenapa sih Indonesia jadi penting “dikuasai” AS? Menurut Kit, hubungan buruk AS dan China membuat AS perlu “dukungan” dari negara-negara Asia lain untuk melawan China bila diperlukan. 

Yang kita bisa pelajari dari artikel ini adalah: jangan terlalu percaya (naif) bahwa demo akhir-akhir ini yang dilakukan oleh  pelajar, mahasiswa, dosen, buruh, atau “artis” adalah murni dari akar rumput. Kita harus jeli, karena banyak kepentingan asing yang bermain di Indonesia untuk berusaha menanamkan pengaruhnya di negara kita. Atau bahkan mungkin ini operasi intelijen kita sendiri untuk menunjukkan bahwa kita masih negara demokrasi sehingga ada demo itu sehat, yang ujung-ujungnya melanggengkan para bohir politik yang sudah makmur. Atau hanya sekedar konflik intelijen?

 

Eko Nugroho

Wakil Ketua Umum Pusaka Indonesia

 

Sumber foto: mintpressnews.com