Skip to main content

Beberapa waktu yang lalu PT. TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengakuisisi 100% saham Sembcorp Environment Pte. Ltd. (SembEnviro) senilai S$ 405 juta atau sekitar Rp 4,77 triliun. Penulis menjadi tergerak untuk sedikit menelaah alasan mengapa saat ini banyak perusahaan berskala besar yang tertarik untuk berinvestasi di bisnis pengelolaan limbah atau waste management. Seperti diketahui SembEnviro adalah salah satu pemain terkemuka dalam pengelolaan limbah di Singapura, dengan pengalaman puluhan tahun dalam pengelolaan limbah kota, daur ulang, dan layanan lingkungan dimana mereka memiliki platform pengelolaan limbah modern yang terintegrasi, termasuk produksi waste-to-energy

Terlepas dari alasan lain yang melatari intensi dari akuisisi PT TOBA di Sembcorp Environment Pte Ltd ini, ada beberapa alasan mengapa bisnis waste management ini memang memiliki potensi keuntungan yang tinggi selain dari tujuan sosial untuk menjaga kelestarian bumi.(1)

Dari berbagai sumber yang dibaca, dapat disimpulkan beberapa hal yang membuat perusahaan masuk ke bisnis waste management, sebagai berikut:

  1. Volume Sampah yang Terus Meningkat:
    Suatu fakta yang tak terbantahkan bahwa dengan pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan gaya hidup konsumtif, jumlah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, industri, dan komersial terus bertambah setiap hari. Dari segi bisnis ini menciptakan kebutuhan dan permintaan yang konstan dan terus meningkat untuk layanan pengelolaan sampah dan limbah.
  2. Masalah Lingkungan yang Mendesak:
    Sampah, terutama plastik dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), menyebabkan masalah lingkungan serius seperti pencemaran tanah, air, dan udara. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang penuh, polusi laut, dan emisi gas rumah kaca dari sampah yang membusuk mendorong pencarian solusi. Orang-orang yang peduli lingkungan melihat ini sebagai kesempatan untuk berkontribusi sambil berbisnis.
  3. Pergeseran Paradigma:
    Saat ini ada pergeseran paradigma tentang sampah. Dulu sampah hanya dilihat sebagai masalah, saat ini sampah dilihat sebagai sumber daya. Sampah dianggap sebagai “emas baru” atau bahan baku yang belum dimanfaatkan. Banyak jenis sampah, seperti plastik, kertas, logam, dan sampah organik, memiliki nilai ekonomis tinggi jika diolah dengan benar melalui proses daur ulang, kompos, atau waste-to-energy.
  4. Dukungan Regulasi dan Kebijakan Pemerintah:
    Pemerintah di berbagai tingkatan semakin serius dalam pengelolaan sampah. Undang-undang, peraturan pemerintah, dan kebijakan daerah mendorong pengurangan sampah, daur ulang, dan pengolahan limbah. Contohnya di Indonesia, ada target pengurangan sampah yang ambisius. Ini menciptakan iklim yang kondusif bagi bisnis waste management karena adanya kepastian hukum dan dorongan untuk beralih dari praktik lama.
  5. Tingginya Potensi Keuntungan:
    Permintaan Pasar: Meningkatnya permintaan dari industri-industri yang membutuhkan bahan baku daur ulang (misalnya biji plastik, bubur kertas)Nilai Tambah: Sampah yang diolah (misalnya menjadi kompos, produk kerajinan, atau energi) memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi daripada sampah mentah.Biaya Bahan Baku Rendah/Gratis: Terkadang, bahan baku sampah bisa didapatkan dengan biaya sangat rendah atau bahkan gratis (misalnya dari bank sampah atau rumah tangga).
  6. Peningkatan Kesadaran Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR):
    Konsumen: Semakin banyak konsumen yang sadar lingkungan dan mencari produk serta layanan dari perusahaan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan limbahnya.
    Perusahaan: Banyak perusahaan besar memiliki program CSR dan target keberlanjutan yang menuntut mereka untuk mengelola limbahnya secara lebih baik, seringkali dengan menggandeng penyedia jasa waste management.
  7. Inovasi Teknologi:
    Sektor waste management terus berkembang dengan inovasi teknologi. Mulai dari sistem pemilahan otomatis, teknologi pengolahan limbah canggih (seperti gasifikasi, pirolisis), hingga aplikasi digital untuk pengelolaan sampah dari hulu ke hilir. Investasi pada teknologi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
  8. Peluang Sosial (Penciptaan Lapangan Kerja):
    Bisnis pengelolaan limbah, terutama di segmen pengumpulan dan pemilahan, dapat menciptakan banyak lapangan kerja yang bersifat padat karya, termasuk bagi masyarakat di lapisan bawah, seperti pemulung atau pengepul. Untuk yang bersifat teknologi juga diperlukan operator yang bisa menjalankan teknologi pengolahan yang canggih. Semua ini akan berkontribusi pada ekonomi sirkular.

Baca juga: Mengolah Sampah Rumah Tangga Menjadi Kompos: Solusi Ramah Lingkungan

Jadi dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara masalah lingkungan yang mendesak, kebutuhan yang tak terhindarkan, dukungan regulasi, potensi keuntungan finansial, dan kesadaran yang meningkat menjadikan bisnis waste management sangat menarik bagi para investor. Mereka melihat bukan hanya masalah, tetapi juga peluang besar untuk inovasi, keuntungan, dan dampak positif bagi planet bumi.

Selanjutnya, mengestimasi nilai dari industri pengolahan limbah ini masih menjadi tantangan karena belum tersedia data yang akurat dan terbaru. Data terakhir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa pada Tahun 2023, nilai ekonomi limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. Perlu dicatat bahwa ini hanya untuk limbah B3, dan belum mencakup seluruh jenis limbah padat non-B3 yang volumenya jauh lebih besar. Pada tahun 2023, Indonesia berhasil mengelola sekitar 11,5 juta ton sampah dari total timbulan 17 juta ton (sekitar 66,47%). Meskipun angka ini menunjukkan upaya yang signifikan, masih ada jutaan ton sampah yang belum terkelola dengan baik. Akuisisi seperti yang dilakukan TBS Energi Utama di Singapura menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia juga melihat potensi keuntungan dan keahlian dari pasar yang lebih matang seperti Singapura, di mana dengan transfer teknologi dapat diterapkan atau dikembangkan di pasar domestik Indonesia yang lebih besar namun masih berkembang.

Singapura seperti telah kita ketahui, telah mencapai tingkat efisiensi dan nilai ekonomi tinggi per ton sampah yang dikelola karena infrastruktur dan teknologi canggihnya. Sementara itu, Indonesia masih berada di fase awal pengembangan infrastruktur pengelolaan limbah modern skala besar, sehingga nilai pasar saat ini mungkin belum sepenuhnya merefleksikan potensi kolosal yang ada. Beberapa studi dan laporan investasi menunjukkan potensi nilai pasar dapat mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah dalam beberapa tahun ke depan, jika investasi dan infrastruktur terus berkembang.

Dengan demikian, industri pengelolaan limbah sampah modern saat ini sudah memasuki fase penting. Pengelolaan sampah modern telah menjadi industri yang dapat menghasilkan multi-produk yang tidak saja sangat penting dan strategis, namun juga mampu mengubah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi dan sosial.

 

Virine Tresna Sundari
Analis Riset dan Kajian Pusaka Indonesia

Referensi:

https://market.bisnis.com/read/20241220/192/1825876/pemegang-saham-tbs-energi-toba-restui-akuisisi-sembcorp-enviroment-rp477-triliun

https://assets-new.tbsenergi.com/INA_Press_Release_TBS_Energi_Utama-071024-Final.pdf

https://sipsn.kemenlh.go.id/sipsn/

https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2022/08/The-Future-is-Circular.pdf

https://www.cnbcindonesia.com/research/20250610144121-128-639755/inovasi-hijau-chandra-asri-sampah-plastik-kini-punya-masa-depan

https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-8005519/melihat-sampah-plastik-disulap-jadi-paving-block-bernilai-jual?page=3

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/brin-sukses-terapkan-teknologi-pengolahan-sampah-makanan-skala-kawasan-1

https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/sampah-menjadi-energi-potensi-2066-gw-termanfaatkan-176-mw

sumber foto: Kompas.com