Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat dan instan, semakin banyak orang mulai menyadari bahwa pola hidup praktis justru sering membawa dampak buruk bagi kesehatan. Kesadaran inilah yang mendorong masyarakat melirik kembali warisan leluhur Nusantara—jamu dan herbal—sebagai alternatif alami untuk menjaga dan memulihkan kesehatan.
Topik ini menjadi perbincangan menarik dalam siaran Obrolan Komunitas RRI Pro 1 Jakarta pada 23 April 2025, bersama Ine Redjamat, Koordinator Akademi Herbal Nusantara (AHN) dari Pusaka Indonesia. Dalam wawancara tersebut, Ine menjelaskan bahwa AHN merupakan bagian dari Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Pusaka Indonesia yang memiliki misi membudayakan kembali tradisi jamu sebagai warisan kesehatan bangsa.
Belajar Herbal dari Dasar
AHN telah menjadi wadah pembelajaran bagi para kader Pusaka Indonesia yang ingin mendalami herbal. Ada apa saja di AHN? AHN rutin mengadakan kelas herbal secara online, dipandu oleh narasumber utama dr. Prapti Utami—dokter sekaligus praktisi herbal medik berpengalaman lebih dari 24 tahun. Hingga kini, telah diselenggarakan tiga kali Kelas Dasar Meramu Herbal dan satu kali Kelas Tematik dengan tema “Herbal untuk Kesehatan Pencernaan”.
Setiap kelas tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga mendorong peserta membangun kesadaran diri (self-awareness) terhadap kondisi tubuh mereka sebagai langkah awal perubahan gaya hidup sehat yang menyeluruh.
Langkah-langkah self-awareness yang diajarkan mencakup pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui apakah berat badan sudah ideal, serta deteksi silent inflammation—peradangan tersamar dalam tubuh yang sering tidak bergejala, namun berisiko bila dibiarkan. Peserta diajak menjawab pertanyaan dalam formulir khusus untuk mengenali tanda-tanda peradangan melalui keluhan ringan seperti sembelit, rambut rontok, sering merasa lelah, dan pusing.
Mengelola lima keseimbangan hidup—yakni kerja, makan dan minum, olahraga, relaksasi atau manajemen stres, serta istirahat—juga menjadi bagian penting dalam proses self-awareness. Peserta diminta merefleksikan aktivitas harian mereka dan mengenali pola hidup yang tidak seimbang. Misalnya, jika aktivitas kerja berlebihan, sering kali waktu tidur berkurang dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala. Kesadaran diri semacam ini menjadi gerbang awal untuk memahami dan memperbaiki gaya hidup.
Praktik Meramu Herbal
Setelah memahami kondisi tubuh masing-masing, peserta diajak untuk meracik herbal sesuai kebutuhan mereka, lalu mengevaluasi hasil konsumsi setelah dua minggu. “Apa dampaknya, reaksinya, setelah mengonsumsi herbal yang kita buat itu,” jelas Ine.
Menurut Ine, transformasi peserta sangat terasa. “Banyak yang awalnya tidak tertarik dengan jamu karena baunya menyengat atau rasanya pahit. Setelah mengenal berbagai herbal Nusantara dan dijelaskan khasiatnya, mereka berubah menjadi antusias dan rutin meracik jamu untuk keluarga.”
Peserta juga membagikan pengalaman otentik mereka dalam menggunakan herbal untuk mengatasi keluhan sehari-hari, seperti pegagan untuk rambut rontok, boreh kunyit untuk biduran dan luka kulit, parutan bawang merah untuk perut kembung, irisan bawang merah dan plester untuk mengeluarkan serpihan kayu dari kulit, serta gel lidah buaya untuk mengobati luka bakar ringan. “Dari pengalaman ini, banyak yang ingin menularkan ilmunya ke keluarga, teman, kelompok arisan, hingga lingkungan sekolah anak-anak mereka. Dengan begitu, pengetahuan tentang herbal semakin meluas,” ujar Ine.

Hasil praktik meramu jamu kunyit asam
Herbal First Aid
Dalam Kelas Dasar, dr Prapti mengenalkan 10 tanaman herbal yang wajib dimiliki sebagai pertolongan pertama (first aid), yaitu bawang merah, bawang putih, daun salam, daun jambu, bunga sepatu, kunyit, jahe, daun binahong, lidah buaya, dan asam jawa. Sebagian besar mudah ditemukan di dapur. Disebut first aid karena bisa ditemukan dengan cepat.
Tanaman-tanaman ini dapat digunakan untuk berbagai keluhan, misalnya, jahe untuk perut kembung, kunyit untuk luka luar, atau lidah buaya untuk luka bakar ringan. Cara penggunaannya pun dibedakan: untuk keluhan luar, herbal dilumatkan lalu ditempelkan (diborehkan) ke kulit; untuk keluhan dalam, diseduh atau direbus lalu diminum.
Baca juga: Memanfaatkan Herbal sebagai First Aid untuk Membangun Kesehatan Keluarga
Untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama di musim pancaroba, Ine membagi resep jamu yang enak untuk dicoba, yakni ramuan yang terbuat dari serai, kayu manis, dan gula merah. Sedangkan, untuk flu, batuk, dan demam, bisa dicoba racikan dari jahe, kencur, temulawak, asam jawa, dan gula aren. “Rasanya enak dan tidak pahit. Bukan minuman yang menakutkan seperti anggapan banyak orang,” kata Ine.
Tak hanya belajar di kelas secara daring, Ine menambahkan, AHN juga mengadakan program belajar herbal secara offline dengan mengunjungi Balai Penelitian Tanaman Obat & Aromatik (Balitro) di Bogor, di mana peserta bisa melihat, menyentuh, dan mencium langsung tanaman herbal dari sumbernya.
AHN juga rutin menggelar pameran herbal atau disebut meja meramu di setiap kegiatan besar yang diselenggarakan Pusaka Indonesia. Meja meramu adalah tempat pengunjung bisa mencicipi jamu yang dibuat oleh peserta, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaat jamu yang penampakannya menarik, enak, dan menyehatkan.
Bagi yang ingin memperdalam ilmu herbal secara mandiri, Pusaka Indonesia telah menerbitkan buku panduan belajar herbal berjudul “Jamu: Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern”. Buku ini bisa dipesan melalui Admin Gemah Ripah Nature’s Corner (GRN) di nomor 0811-9110-660.
Listiana Ulya Maulida
Wakil Koordinator Bidang Akademi Herbal Nusantara