Ketika saya melihat postingan di WhatsApp Group Pusaka Indonesia tentang Kelas Dasar Meramu Herbal, saya langsung tertarik untuk ikut serta. Latar pendidikan saya di bidang Farmasi membuat saya merasa perlu memperbarui ilmu yang telah saya pelajari 24 tahun yang lalu. Meskipun nama-nama tanaman obat bukan hal baru bagi saya, saya ingin kembali mempelajarinya, terutama karena saya ingin hidup sehat tanpa bahan kimia sintetis.
Kelas melalui Zoom dan dipandu oleh dr. Prapti Utami, M. Si, seorang dokter herbal medik dan pengobat herbal tradisional tersertifikasi. Saya terpukau karena masih ada dokter yang mau menggunakan herbal di saat banyak rekan sejawatnya lebih memilih meresepkan obat kimia. Penjelasan dr. Prapti yang mudah dipahami membuat kelas ini sangat asyik. Di kelas ini, kami diajak untuk mengenali kondisi kesehatan diri sendiri.
Salah satu cara mengenali kondisi kesehatan diri adalah dengan menggunakan prinsip self-awareness, wellness, dan herbal first aid. Self-awareness diajarkan agar kami lebih peka terhadap perubahan keseimbangan tubuh dan pikiran. Kami diminta mengisi beberapa formulir seperti lembar peradangan tersamar, lembar pohon kesehatan keluarga, dan lembar evaluasi diri.
Wellness didefinisikan sebagai kemampuan untuk beraktivitas tanpa gangguan. Langkah sederhana menuju wellness adalah dengan membangun budaya hidup sehat dengan berhenti menggunakan 5P sintetis (pemanis, pewarna, pengawet, penyedap, pangan dengan pestisida, dan GMO atau transgenik) dan beralih ke yang alami. Kami juga diajarkan untuk mengenali 3J 1C (Jenis, Jumlah, Jadwal, dan Cara minum dari olahan bahan organik) serta mengelola 5 keseimbangan, yaitu aktivitas kerja, asupan makanan dan minuman, istirahat, rekreasi dan sosialisasi, mengelola stres, dan berolahraga.
Herbal first aid merupakan pengetahuan tentang tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menangani gangguan kesehatan ringan di dalam keluarga. Kami tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga diajak untuk praktik membuat olahan ramuan herbal. Sebagai contoh, ketika anak saya mengalami kembung, saya mencoba mempraktikkan apa yang telah dipelajari. Berdasarkan buku saku yang diberikan oleh dr. Prapti, saya menemukan bahwa bawang merah dapat meredakan kembung. Saya pun membalurkan bawang merah yang dicampur minyak pada perut bayi saya. Hasilnya, luar biasa!
Meskipun pembelajaran dan pendampingan dilakukan secara daring, suasana kelas tetap menyenangkan. Kami dapat berbagi pengalaman dengan sesama pembelajar melalui WhatsApp group, dan saya pun merasa lebih percaya diri dalam membuat ramuan herbal untuk keluarga.
Di kelas ini, ada PR baik tertulis maupun praktik. Tantangan yang saya hadapi adalah waktu dan bahan-bahan, karena saya bekerja dan terkadang pulang sudah sore sehingga sulit menyiapkan bahan. Beruntung, rumah saya dekat dengan orang tua, yang selalu memiliki bahan-bahan rimpang sehingga saya terbantu dalam menyelesaikan PR praktik.
Selama mengikuti Kelas Dasar Meramu Herbal, saya menjadi sadar bahwa bahan-bahan yang sering kita jumpai di dapur ternyata memiliki banyak manfaat. Misalnya, kunyit yang biasanya digunakan sebagai bumbu dan pewarna alami ternyata memiliki sifat anti-radang, anti-nyeri, anti-bakteri, penyembuh luka, anti-demam, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Kelas ini mengubah cara pandang saya. Sebelumnya, jika ada anggota keluarga yang sakit, kami lebih memilih langsung membeli obat di apotek daripada membuat jamu. Namun setelah mengikuti kelas ini, saya sadar bahwa membuat ramuan herbal untuk keluarga tidaklah sulit. Buku saku yang diberikan sangat membantu dengan panduan yang detail.
Kini, meskipun belum sering, saya selalu menyempatkan waktu untuk membuat ramuan herbal dari hasil belajar di kelas ini. Saya juga melanjutkan pembelajaran ke sesi 2 dari Kelas Dasar Meramu Herbal. Sudah sepatutnya kita memanfaatkan kekayaan tanaman obat dalam negeri yang sering tersedia di dapur kita.
Christin Winata
Kader Pusaka Indonesia DKI Jakarta – Banten