Perkumpulan Pusaka Indonesia meluncurkan Buku Jamu, Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern, Sabtu (28/12). Peluncuran buku ini diselenggarakan dalam bentuk talkshow dengan menghadirkan tiga pembicara, yakni dokter Prapti Utami, Ine Redjamat, dan Retno Sulistyowati.
Dokter Prapti adalah dokter herbal medik tersertifikasi yang telah lama berkolaborasi dengan Pusaka Indonesia dalam mengampu kelas-kelas Meramu Jamu di Akademi Herbal Nusantara (AHN). Sementara itu, Ine Redjamat adalah seorang kader Pusaka Indonesia sekaligus seorang jamu enthusiast dan Koordinator AHN. Retno Sulistyowati adalah kader Pusaka Indonesia sekaligus seorang acaraki jamu dengan brand “Warisan Otentik.”
Kegiatan yang bertempat di Aula Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dihadiri oleh 87 peserta dari berbagai kalangan. Jamu dan gaya hidup kembali ke alam ternyata sedang menjadi tren kekinian, memancing rasa ingin tahu para peserta.
Sebelum mengikuti talkshow, peserta menikmati pameran rempah dan herbal yang diselenggarakan oleh AHN. Pameran ini menampilkan berbagai jenis rumput liar kaya manfaat, rempah-rempah segar, herbal kering, serta beberapa resep jamu yang dapat dipraktikkan. Jenis rempah dan herbal yang dipamerkan merupakan bahan-bahan yang telah dipelajari dalam kelas AHN.
Apa yang istimewa dari buku ini? Buku setebal 346 halaman ini menyajikan beragam jenis tanaman herbal yang ada di sekitar kita, yang bisa digunakan dalam keseharian untuk mendukung kesehatan keluarga. Buku ini memuat lebih dari 50 jenis tanaman berkhasiat, puluhan resep, mulai dari resep jamu untuk minuman sehari-hari, untuk atasi gangguan kesehatan, produk kecantikan, hingga kebersihan rumah. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan tip menanam herbal di rumah dengan metode organik Sigma Farming, yang bisa diaplikasikan di lahan pekarangan terbatas, maupun lahan luas.

dokter Prapti, narsum dan reviewer Buku Jamu, Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern
Menurut Dokter Prapti, yang juga menjadi reviewer buku ini, mengungkapkan, di luar sana telah banyak beredar buku-buku jamu. Di antaranya, ada yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk e-book. Jenis tanaman herbal yang ditulis dalam buku ini juga bisa ditemukan di buku lain. “Akan tetapi, pada buku Jamu yang diterbitkan Pusaka Indonesia ini, kita tidak berhenti dengan sekadar membaca dan mempraktikkan. Di Pusaka Indonesia, ada komunitas yang sehati dan sama-sama belajar bersama. Ada Kebun Surgawi yang mengurusi penanaman dengan metode penanaman Sigma Farming. Dengan demikian khasiat tanaman jadi optimal. “Semuanya jadi satu kesatuan. Kalau sekadar membaca saja, maka kita akan terhenti pada informasi yang patah-patah dan tidak utuh,” jelas dokter Prapti.
Retno Sulistyowati menambahkan, dari pengalamannya membesarkan brand Warisan Otentik, untuk memastikan kualitas dari bahan baku yang ia gunakan, ia menanam sendiri tanaman herbal yang ia butuhkan. Seluruh proses penanaman menggunakan sistem organik dengan metode Sigma Farming sehingga kealamiannya dijamin 100 persen. Misalnya, untuk pupuk, ia menggunakan kotoran hewan. Untuk perawatan lanjutan, ia menggunakan limbah rumah tangga, seperti limbah ikan yang diolah menjadi asam amino. Untuk pupuk, ia menggunakan pupuk organik cair dari limbah rumah tangga.
Retno menuturkan, sebelum mulai menanam, bahan baku yang ia gunakan diperoleh dari pasar. Namun ketika ia membandingkan, ternyata bahan baku yang ditanam sendiri rasanya jauh lebih enak dan segar. Namun jika permintaan konsumen sedang banyak dan bahan baku yang ia miliki tidak mencukupi, maka ia akan mencari stok dari Kebun Surgawi yang dikelola oleh kader Pusaka Indonesia yang lain. Produk jamu dari Warisan Otentik sendiri, saat ini bisa diperoleh di Pasar Gemah Ripah.
Sementara, Ine Redjamat selaku Koordinator AHN, mengaku mewakili generasi yang tidak suka jamu. Awalnya, Ine tidak menyukai jamu karena di masa kecilnya, jamu identik dengan rasa pahit. Namun ketika Pusaka Indonesia menyelenggarakan Kelas Meramu Jamu lewat Program AHN, ia tertarik ikut belajar. Dari kelas AHN, ia kemudian mulai paham bahwa resep-resep jamu yang selama ini sudah ada sejak turun-temurun sebenarnya tidak asal-asalan.
Di Kelas AHN, peserta diajarkan jenis-jenis tanaman herbal yang bisa menjadi bahan pertolongan pertama (first aid), yang dimulai dari bahan-bahan yang tersedia di dapur. “Satu jenis herbal manfaatnya bisa macam-macam. Jadi ketika butuh, kita bisa menggunakan apa yang tersedia saat itu.” Sejak saat itu Ine mengaku jadi jatuh cinta pada jamu dan rutin meramu jamu untuk keluarga. Bahkan, menjadi hidangan wajib ketika sedang berkumpul. Dan ternyata jamu tidak harus pahit, melainkan bisa jadi minuman sehari-hari seperti kopi dan teh.

Sesi foto bersama, seusai peluncuran Buku Jamu, Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern
Wakil Sekjen Pusaka Indonesia, I Nyoman Suwartha yang turut hadir memberi sambutan menyampaikan, lewat peluncuran buku ini, semoga ke depannya masyarakat Indonesia lebih lebih mengenali dan mencintai jamu. “Terutama untuk generasi milenial yang mulai asing dengan jamu. Kita mulai mencoba mengembalikan budaya jamu ini,” kata Nyoman.
Anis Syahrir
Kader Pusaka Indonesia WIlayah DKI-Banten