Pertengahan Maret 2025 lalu, Pusaka Indonesia diundang menjadi tamu dalam talkshow radio yang bertema literasi. Kali ini, membahas mengenai Manfaat Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern, yang diangkat dari buku Jamu, Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern dalam program Jazz dan Cerita Kita di RRI Jazz Channel pada Kamis, 13 Maret 2025.
Ditemani lagu-lagu jazz, penyiar program ini, Lia Kusumawardani, mengawali dengan menggali lebih jauh tentang proses penyusunan Buku Jamu. Awalnya, buku ini merupakan kumpulan catatan pribadi dan pengalaman Retno Sulistyowati, yang sejak lama tertarik dengan herbal dan jamu. Hobi memasak Retno yang melibatkan berbagai rempah membuatnya semakin ingin mendalami dunia herbal untuk penyembuhan. Retno berbagi pengalamannya saat mengalami batuk selama tiga bulan, yang akhirnya sembuh dengan bantuan bahan herbal yang ada di dapurnya. Ia hanya menggunakan tiga jenis herbal, yakni jahe, kencur, dan serai. Ketiganya biasa ia gunakan dalam masakan: jahe untuk memberi rasa hangat, kencur untuk memberi rasa sedap, dan serai untuk memberi aroma.
Sejak saat itu, Retno mulai bereksperimen dengan beragam resep. Lia, mewakili masyarakat awam, menanyakan tentang bagaimana mereka yang ingin mencari penyembuhan lewat herbal dapat memulainya, mengingat banyak yang tidak tahu harus mulai dari mana dan apa yang harus dilakukan. Sebagai praktisi, Retno memahami bahwa herbal adalah obat alami yang penyembuhannya tidak instan. Proses penyembuhan membutuhkan waktu dan efeknya bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada kondisi tubuh masing-masing. Bagi pemula, Retno menganjurkan untuk mulai dengan dosis kecil. Ukuran dosis dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh, seperti seruas jari atau sejimpit tangan. Langkah pertama adalah mencoba ramuan dengan dosis yang sama selama tiga hari untuk mengetahui apakah tubuh menerima atau menolaknya. Jika tidak ada penolakan, ramuan dapat dilanjutkan hingga keluhan berkurang.

Talkshow Manfaat Resep Kuna untuk Kesehatan Manusia Modern di RRI Jazz Channel
Ficky Yusrini, editor Buku Jamu, menyatakan bahwa buku ini bisa dijadikan pedoman atau handbook bagi siapa saja yang ingin mengenal resep jamu kuno yang telah terbukti khasiatnya. Baik Ficky maupun Retno, keduanya mempelajari herbal dari kegiatan Pusaka Indonesia, yang sejak pertengahan tahun lalu memiliki Akademi Herbal Nusantara (AHN), salah satu sub-bidang di bawah Bidang Pendidikan & Pemberdayaan Pusaka Indonesia. Tentang alasan Pusaka Indonesia menerbitkan buku ini, Ficky menjelaskan bahwa hal ini sejalan dengan dasar pergerakan Pusaka Indonesia untuk mengembalikan jati diri bangsa. Pusaka Indonesia melihat bahwa herbal merupakan salah satu potensi besar yang dimiliki bangsa ini dan dapat dikembangkan lebih luas. Oleh karena itu, buku ini disusun untuk mempopulerkan kembali herbal dan mengedukasi publik seluas-luasnya tentang khasiat herbal.
Buku Jamu tidak berhenti hanya sebagai teks, karena pembelajaran herbal di Pusaka Indonesia terus berjalan. Keistimewaan belajar di AHN, menurut Ficky, adalah peserta diajak untuk mengenal dirinya terlebih dahulu sebelum mempelajari manfaat herbal di Kelas Meramu Herbal. Selain itu, tersedia WhatsApp Group yang aktif setiap hari. Secara reguler, peserta diberi tugas praktik membuat ramuan jamu berdasarkan kondisi tubuhnya, sehingga pengetahuan ini benar-benar meresap, bukan hanya sekadar membaca informasi di internet.
Selain memberikan panduan resep-resep jamu kuno, buku Jamu juga mengajak pembaca untuk menanam herbal sendiri di rumah. Ini bukan hanya untuk mendorong kemandirian, tetapi juga memastikan bahwa bahan herbal yang digunakan bebas dari pestisida. Dalam mendukung gerakan kembali ke alam, Pusaka Indonesia mengembangkan metode pertanian organik dengan metode Sigma Farming. Retno menanam berbagai macam rimpang dan daun-daunan herbal menggunakan metode Sigma Farming, yang terbukti berhasil menghasilkan tanaman yang subur dan berkembang dengan baik.
Dalam hal penyimpanan, Retno memberikan beberapa tip agar herbal tetap awet setelah panen, yaitu: mencuci bersih, mengiris tipis-tipis, dan menjemurnya hingga kering. Setelah itu, herbal dapat disimpan dalam toples kedap udara. Masa kedaluwarsa herbal tergantung pada tingkat kekeringan saat dijemur, seberapa sering toples dibuka, dan kebersihannya. Saat mengambil herbal, disarankan menggunakan sarung tangan atau sendok untuk menjaga kebersihan. Jika semua ini diperhatikan dengan baik, herbal bisa bertahan selama 6-12 bulan. Untuk penyimpanan jangka panjang, lebih aman jika menggunakan vakum. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mencatat dan mengidentifikasi herbal yang telah dikeringkan, karena bentuknya bisa sangat mirip satu sama lain.
Begitu banyak manfaat herbal, selain berguna untuk ramuan jamu, herbal juga bermanfaat untuk perawatan luar tubuh seperti skincare dan sampo. Untuk keperluan rumah tangga, herbal dapat digunakan untuk mencuci piring dan mengepel lantai.
Di akhir bincang-bincang, Ficky berharap agar herbal dapat menjadi tren dan dikenal luas oleh masyarakat. Ia berharap lebih banyak orang akan mengenal, mencoba, dan merasakan manfaat luar biasa dari herbal. Sementara itu, Retno berharap herbal dapat lebih menyatu dalam keseharian kita. Buku Jamu ini diharapkan bisa menjadi panduan praktis yang memuat informasi tentang apa yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Irma Rachmi
Kader Pusaka Indonesia DKI Banten