Banyak yogi dan meditator melihat yoga dan meditasi tidak saling terkait satu sama lain. Yoga hanya sebagai olah tubuh fisik yang dipresentasikan melalui postur-postur yoga (asana) dan digabungkan dengan yogic breathing (nafas yang diatur, semakin panjang tarikan dan embusan nafas dianggap semakin sempurna) dan juga bandhas (energetic lock). Sedangkan para meditator menganggap bahwa meditasi sebaiknya dilakukan dengan duduk bersila sambil memejamkan mata. Ada juga metode dynamic meditation atau meditasi dinamis yang diperkenalkan oleh Osho, tokoh spiritual dari India. Meditasi dinamis ini memakai nafas yang tidak beraturan dilakukan dengan cepat, menggunakan mantra sambil menari.
Yoga sebagai meditasi yang dinamis (dynamic meditation) diperkenalkan oleh Setyo Hajar Dewantoro, pendiri Persaudaraan Matahari. Pondasi melakukan praktik yoga ini adalah nafas yang alami, natural, tidak dipaksakan panjang pendeknya. Tidak seperti praktik yoga pada umumnya, yaitu mengangkat tangan sebaiknya menarik nafas dan membuang nafas. Yoga sequencing (urutan melakukan postur) juga tidak baku, melainkan mengalir mengikuti gerakan dari dalam diri. Gerakan yang muncul dari dalam diri tentunya sesuai dengan apa yang dibutuhkan tubuh. Terkadang bisa melakukan postur yang sama berulang-ulang, menahan postur lebih lama maupun sebaliknya. Landasan posturnya dilakukan dengan mindfulness, tanpa obsesi untuk menguasai atau mastering postur-postur tersebut.
Sebelum mengenal yoga sebagai meditasi dinamis, saya juga melakukan praktik yang terpisah. Saya melakukan asana tanpa disertai mindfulness dan setelah final relaxation usai barulah saya duduk dan bermeditasi. Praktik meditasi yang saya lakukan hanya sebatas relaksasi saja, merasakan tubuh dan mengalirkan nafas ke bagian-bagian tubuh tersebut. Tentunya ini jauh sekali dengan praktik meditasi dinamis yang sebenarnya karena tidak membawa dampak apa pun pada pertumbuhan jiwa (jiwa tidak bertransformasi).
Yoga dapat menjadi alternatif bagi para meditator yang tidak bisa duduk anteng dalam durasi waktu tertentu. Tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan melakukan praktik yoga datang dengan berbagai macam bentuknya. Ada yang merasa tubuh fisiknya tidak ideal, tidak cukup kuat, tidak cukup fleksibel, pernah cedera dan lain sebagainya. Tantangan utama sesungguhnya berasal dari pikiran yang sempit (closed minded), enggan dan takut untuk mencoba hal-hal baru di luar zona kenyamanan (comfort zone). Ada konsep bahwa yoga hanya untuk wanita, karena dianggap kurang macho tidak seperti olahraga pada umumnya.
Jadi pilihannya ada pada diri Anda, bersediakah melampaui batasan-batasan yang dibuat oleh pikiran Anda sendiri?
Penulis
Irma Rachmi
Instruktur Ayodhya Yoga