Pagelaran Indonesia Bahagia, 15 Juni 2024 lalu di Auditorium Abdul Rahman Saleh RRI Jakarta Pusat, yang menyajikan Hymne Kebahagiaan dan Sendratari Bende Mataram, ternyata menyisakan pertanyaan bagi beberapa penonton. Bagaimana kelanjutan cerita Bende Mataram?
Sebagai salah satu pemain dalam Sendratari tersebut dan memerankan Sultan Turki, saya mendapatkan pertanyaan dari penonton maupun beberapa orang yang saya kenal. Seperti tentang siapakah yang dimaksud Kelompok Kaya. Saya menjawab itu adalah kelompok orang-orang yang ingin menguasai Nusantara dari berbagai sektor seperti ekonomi, budaya, dan kesehatan. Ternyata penjajahan pada negeri kita itu tidak hanya secara ekonomi seperti saya ketahui selama ini. Berdasarkan sejarah bahwa kita dijajah oleh VOC, karena mereka menginginkan rempah-rempah kita. Penjajahan ekonomi kita bisa usir orang-orangnya lewat perang kemerdekaan, tapi penjajahan budaya kita tidak bisa usir, bahkan kita nomer satukan dia ketimbang bangsa kita sendiri. Kita ikuti penuh budaya mereka tanpa kita sadari dan menyepelekan budaya sendiri, bahkan lebih mengunggulkan budaya asing ketimbang budaya sendiri. Penjajahan kesehatan untuk membuat ketakutan bangsa ini, sehingga bangsa ini patuh disuruh apa saja (tanpa sikap kritis). Ini juga tidak disadari oleh bangsa ini.
Dari perspektif saya sendiri, “kelanjutan” cerita Bende Mataram tengah dilakukan para kader Pusaka Indonesia melalui kegiatan seni budaya seperti berlatih tari tradisional di wilayah masing-masing, menggiatkan pengenalan herbal dan jamu melalui produk yang dijual di Pasar Gemah Ripah maupun kursus meramu herbal, keberdikarian ekonomi dalam Pasar Gemah Ripah, dan yang tak kalah penting adalah pemulihan tanah melalui metode organik Sigma Farming. Siapa pun, bisa melanjutkan cerita Bende Mataram agar berakhir indah, baik melalui Pusaka Indonesia maupun tidak, selama dilandasi oleh ketulusan dan niat untuk membangun negeri dengan apa pun yang kita bisa.
Agus Haryono,
Kader Pusaka Indonesia dan pemain Sendratari Bende Mataram